Untuk menentukan metode yang efektif bagi tunarungu, langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas tunarungu
adalah visualpemata. Dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan kata – kata yang sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi menggunakan kata – kata yang
singkat, jelas dan nyata jika memungkinkan. Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang diucapkan guru atau diisyaratkan harus berada di jangkauan mata dapat dilihat tuanrungu, jika tidak
dapat dilihat oleh anak tunarungu maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.
1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen
dalam belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta didik audio visual salah satu alat bantu
pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Audio visual dapat dipergunakan untuk
menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana yang
perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran
bicara, konsonan S pada anak tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang memadai, karena anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya. Sebelum mereka diajarkan
berbagai pengetahuan, mereka perlu ditangani terlebuh dahulu pada komunikasi secara lisan bicara. Pembentukan bicara pada anak tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari inovasi –
inovasi dalam pembelajaran bicara , sehingga kesulitan yang dihadapi para pendidik dana calon pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran bicara
konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
1. 1.
Rencana Penelitian 1.
Setting penelitian Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S
denga segala permasalahannya dan SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.
1. Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek pembentukanperbaikan konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. Di samping
variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu : 1 input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur evaluasi dsb. 2 proses KMB: Interaksi belajar,
gaya guru mengajar, implementasi berbagai metode perbaikan konsonan S dsb. 3Out put : Hasil belajar siswa beruapa ucapan konsonan S pada waktu berbicara, motivasi siswa, dsb.
1. Rencana Tindakan
1. Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik perlu di tingkatkan dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan latihan ini untuk pembetulan konsonan S
dengan simulasi sesame mahasiswa dengan berbagai teknik perbaikan guan memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi ini dikaji mulai dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami
siswa pada konsonan S, termasuk sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi jika dipandang cukup maka kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada siswa tuanarungu secara langsung di
lapangan SLB-B dan dilakukan perekaman.
1. Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses perbaikan konsonan S pada anak Tunarungu.
1. Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang
maksimal dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi dilakukan oleh teman sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat video record.
1. Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan pembentukan konsonan S yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui kegagalan atau kesalahan yang dialami oleh praktikan dan kemudian didiskusikan
dengan dosen dan sesame mahasiswa untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.
1. Pengumpulan Data