Metode pengajaran yang efektif bagi tunarungu Hipotesis Tindakan

1. 1. Tunarungu dan permasalahannya 1. Pengertian Tunarungu adalah peristilahan secara umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangangangguan pendengaran, sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari – hari. Secara garis besar tunarungu dibedakan menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Menurut Smith, M 1975:392-394; tuli bilaman mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilaman ia mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat pendengarannya masih berfungsi.

1. Karakteristik Tunarungu

Ada beberapa karakteristik tunarungu yaitu : 1. Intelegensi Karakteristik dalam segi intelegensi, secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya; ada yang pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka berada di bawah anak normal. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memahami bahasa.

1. Emosi dan sosial

Keterbatasan yang terjadi dalm berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk memahami danmengikuti secra menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan orang normal, hal ini disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.

1. Bahasa dan Bicara

Tunarungu dalam segi bahasa dan bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga tunarungu dalam segi bahasa yang dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan, kata – kata yang abstrak.

1. Media Komunikasi Tunarungu dalam Belajar

Media komunikasi tunarungu ada tiga yaitu : oral, isyarat, dan komunikasi total. 1. Media oral Media yang digunakan tunarungu dalam belajar menggunakan bicara. Proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru kepada tunarungu menggunakan media bicara sebagaimana proses pembelajaran pada anak normal dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagai konsekuensi logis dalam menggunakan media oral yaitu guru harus mengajarkan bicara ada tunarungu.

1. Media Isyarat

Media yang digunakan oleh guru dalm proses pembelajaran menggunakan isyarat – isyarat sebagai pengganti kata huruf, tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang digunakan kadang – kadang masih bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan sesame tunarungu di tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disusun kamus isyarat bahasa Indonesia. Oleh karena itu semua tunarungu harus belajar isyarat tersebut.

1. Media komunikasi total

Komunikasi total merupakan perpaduan dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan secara bersama – sama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan harapan bila siswa tidak mengerti dari bentuk ucapannya, diharapkan siswa dapat mengerti melalui isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus belajar bicara dan belajar isyarat.

1. Metode pengajaran yang efektif bagi tunarungu

Untuk menentukan metode yang efektif bagi tunarungu, langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah visualpemata. Dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan kata – kata yang sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi menggunakan kata – kata yang singkat, jelas dan nyata jika memungkinkan. Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang diucapkan guru atau diisyaratkan harus berada di jangkauan mata dapat dilihat tuanrungu, jika tidak dapat dilihat oleh anak tunarungu maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.

1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen dalam belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta didik audio visual salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien dalam waktu. Audio visual dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, konsonan S pada anak tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang memadai, karena anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya. Sebelum mereka diajarkan berbagai pengetahuan, mereka perlu ditangani terlebuh dahulu pada komunikasi secara lisan bicara. Pembentukan bicara pada anak tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari inovasi – inovasi dalam pembelajaran bicara , sehingga kesulitan yang dihadapi para pendidik dana calon pendidik dapat terpecahkan. Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. 1. 1. Rencana Penelitian 1. Setting penelitian Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S denga segala permasalahannya dan SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.

1. Variabel