Hakekat Transaksi EDC menurut UU ITE – UU Telekomunikasi

38 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi hasil penelitian tersebut akan disusun analitis menyangkut aspek-aspek kontraktual, dan penerapan aspek-aspek kontraktual tersebut terhadap transaksi dengan menggunakan EDC. Perlu Penulis kemukakan bahwa khusus mengenai hasil penelitian tentang EDC itu Penulis akan mengemukakan suatu kesimpulan terhadap praktek EDC yang pernah terungkap secara sumir dalam pra-penelitian. 1 Adapun yang Penulis maksudkan dengan aspek-aspek kontraktual adalah bahwa sistematika atau konstruksi analisis uraian hasil penelitian ini disesuaikan dengan kerangka atau sistematika yang ada dalam Bab Tinjauan Kepustakaan, dan terutama struktur pertanyaan-pertanyaan issues yang telah penulis kemukakan pada Bab I hal. 5-6. 2

3.1. Hakekat Transaksi EDC menurut UU ITE – UU Telekomunikasi

Berikut ini adalah gambaran yang merupakan hasil “tangkapan” setelah Penulis membaca UU ITE maupun UU Telekomunikasi. Dengan demikian di 1 Lihat catatan kaki no.4 dalam Bab I., supra. 2 Rincian pertanyaan-pertanyaan yang menurut pendapat Penulis merupakan suatu susunan pertanyaan yang berkharateristik struktur kontraktual itu juga Penulis paparkan pada pengantar Bab II. Lihat hal. 14. 39 dalam sub judul ini, Penulis akan mengemukakan bunyi pasal-pasal dalam UU ITE dan UU Telekomunikasi yang menurut pendapat Penulis dapat dipandang sebagai rumusan kata-kata yang membenarkan bahwa pada dasarnya atau pada hakekatnya transaksi elektronik via EDC dalam perspektif mayantara itu adalah suatu kontrak. Adapun hasil penelitian yang menurut pendapat Penulis adalah merupakan gambaran atau deskripsi tentang hakikat transaksi elektronik via EDC sebagai suatu kontrak tersebut nampak dari rumusan Pasal 1 Angka 2 UU ITE. Menurut ketentuan itu, transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, danatau media elektronik lainnya. Apabila EDC dapat dimengerti sebagai alat yang sama dengan komputer 3 yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau media elektronik lainnya, maka Pasal 1 Angka 2 UU ITE tersebut merupakan suatu pasal yang secara khusus sengaja dibuat, termasuk untuk mengatur EDC dan dalam hal ini merujuk hakikat EDC sebagai suatu sarana dalam kontrak elektronik. Dalam kerangka analisis yang demikian itu, Penulis perlu pula kemukakan bahwa yang dimaksud dengan kontrak elektronik menurut UU ITE adalah: “Perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik”. Sistem elektronik tersebut satu diantaranya yang dapat dihubungankan dengan jaringan telekomunikasi adalah EDC. 3 Lihat hal. 2 Bab I Skripsi ini. 40 Selanjutnya seperti telah Penulis kemukakan di atas, dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik idealnya didasarkan atas asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi, seperti yang di atur dalam Pasal 3 UU ITE. Sedangkan tujuan dari pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang diatur dalam Pasal 4 UU ITE adalah untuk a mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; b mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Selanjutnya, tujuan pemanfaatan teknologi informasi, yang di dalamnya termasuk EDC adalah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan e memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

3.2. Pihak-pihak dalam Transaksi EDC