Tentara Pelajar SACSA Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Masyarakat Kebonbimo dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948 - 1949 T1 152010013 BAB IV

40 demikian semakin jelas bahwa Inggris telah diperalat oleh NICA-Belanda dalam usahanya menguasai kembali wilayah Republik Indonesia Wiyono dkk, 1991:90.

E. Tentara Pelajar SACSA

Pada tahun 1946 sampai 1947 terjadi proses konsolidasi diantara Laskar-Laskar Pelajar untuk dihimpun dalam satu kesatuan khusus yang terdiri dari Para Pelajar di Solo. Laskar Alap-alap berganti nama menjadi pasukan Sturm Abteilung SA dan Corps Sukarela Angkatan CSA, dalam penggantian nama tersebut, atas gagasan dari para pimpinan Pasukan Pelajar diantaranya Achmadi, Prakoso, dan Soemitro yang menyebutkan bahwa adanya pasukan khusus di Jerman selama perang dunia II yaitu Sturm Abteilung Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1985:23. Pembentukan pasukan Sturm Abteilung SA pada akhir tahun 1946 digunakan sebagai pasukan inti dari Tentara Pelajar Solo dengan harapan bahwa kedisiplinan, semangat maupun ketrampilan dalam bertempur dapat menyamai dengan pasukan SA di Jerman. Pada awal terbentuk pasukan SA dipimpin oleh Gajah Suranto dan Muktio sebagai wakilnya. Karena dengan alasan Gajah Suranto kurang aktif dalam memimpin pasukan SA, maka jabatan pimpinan pasukan SA diambil alih oleh Muktio. Kurang aktifnya Gajah Suranto dikarenakan selain sudah diberi tanggung jawab sebagai pimpinan SA dia juga menjabat sebagai komandan Tentara Genie Pelajar TGP Keluarga Besar SACSA, T.T.:58-59. Dalam proses konsolidasi antara laskar-laskar pelajar Solo 41 menghasilkan terbentuknya Markas Pertahanan Pelajar MPP dengan sebagai ketuanya Sulaiman dan wakilnya Prakoso. Akibat dari terbentuknya MPP, Pasukan Pelajar tersusun dalam bentuk Regu, Seksi, dan Kompi. Setelah berjalan selama satu tahun susunan pasukan pelajar kurang efektif sehingga mengakibatkan ada perubahan dengan dibentuknya satu Batalyon yang dikenal dengan nama Batalyon 100 Julius Paur, 2008:118-119. Pasca setelah perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948, pada bulan Februari tahun 1948 pasukan Divisi Siliwangi yang berkekuatan kurang lebih 4 Brigade dari Jawa Barat melakukan hijrah ke Jawa Tengah. Kedatangan Divisi Siliwangi dari Jawa Barat yang menuju ke Jawa Tengah merupakan sebagai kekuatan tambahan untuk mempertahankan daerah Republik Indonesia Bulletin SACSA, edisi No 91995:16. Pada saat bangsa Indonesia sedang bersiap-siap untuk menghadapi serangan Pasukan Belanda yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia terlebih dahulu menghadapi gerakan pemberontakan PKI di Madiun yang mana pada masa penumpasan pemberontakan PKI dari kesatuan TNI menugaskan Divisi Siliwangi yang dibantu oleh Tentara Pelajar TP Solo pimpinan Achmadi untuk menumpas gerakan tersebut. Dalam penumpasan gerakan Muso kekuatan utama yang digunakan yaitu pasukan Siliwangi dari Jawa Barat yang mendapat tugas sampai di Madiun. Pasukan TP Solo pimpinan Achmadi dan pasukan Siliwangi 42 mengadakan penumpasan pemberontakan dan melucuti senjata dari Front Demokrasi Rakyat FDR yang dianggap sebagai PKI dibawah pimpinan Muso dan pengikut beraliran kiri yang lainnya seperti Pesindo dan Angkatan Laut Republik Indonesia ALRI yang dipimpin Ahmad Yadau, serta TNI resmi yang dianggap berpihak pada Muso. Masa penumpasan pada tahun 1948 ini lebih dikenal dengan seruan “ Pilih Karno atau Muso” Wawancara dengan Sardijono, 6 Februari 2014. Tentang seruan pilih Karno atau Muso yang disampaikan oleh Sardijono memang benar terjadi dibuktikan dengan pidato Presiden Soekarno di Yogyakarta melalui Radio Republik Indonesia RRI Warta SACSA edisi No.172012:8 : “ Beberapa hari yang lalu, Partai Komunis Indonesia pimpinan Muso telah memproklamasikan berdirinya negara Soviet Republik Indonesia dan tidak mengakui negara Republik Indonesia. Proklamasi itu diumumkan di kota Madiun. Dengan ini saya Presiden Republik Indonesia memerintahkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk memilih sekarang juga, memilih saya Soekarno atau Muso” Setelah mengetahui adanya pemberitaan tentang mengenai seruan untuk memilih Soekarno atau Muso, Para Tentara Pelajar Solo dari Kompi I yang dipimpin Prakoso, Wiryawan dan Hartomo mengambil keputusan untuk memilih Soekarno yang dipertegas dengan adanya laporan hasil keputusan ke Markas Detasemen II dan Markas Komando Militer Kota KMK. Pasukan TP Solo bersama 2 Pasukan Batalyon Siliwangi yang berada di Solo terdiri dari Batalyon Kosasih dan Kemal Idris dengan ditambah satu kompi Mobiele Brigade Mobrig polisi negara yang 43 ditugaskan untuk menumpas pemberontakan PKI yang dipimpin Muso Warta SACSA Edisi No.172012:8. Pasukan TP Solo yang masuk dalam Sub Wehrkreise SWK 106PPS 106 Arjuno pimpinan Achmadi yang diperbantukan dalam penumpasan FDR terutama dari kelompok Tentara Pelajar Sturm Abteilung TP SA yang dipimpin oleh Mashuri sebagai Komandan Seksi. Selama melakukan tugas dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, Kelompok TP SA berhasil mendapat banyak senjata dari hasil rampasan senjata pemberontak pengikut muso dan yang beraliran kiri lainnya sehingga TP SA menjadi pasukan yang kuat. Setelah gerakan penumpasan PKI selesai pada bulan November 1948, TP SA yang awalnya dikomando Seksi Mashuri dan sebagai komandan Kompi oleh Muktio mengambil jalan untuk keluar dari TP Solo yang dipimpin Achmadi yang mana sebelumnya menjadi induk dari TP SA. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perselisihan, karena adanya ketidakpuasan dari kelompok TP Solo yang masih menjadi kesatuan pimpinan Achmadi. Meskipun memisahkan diri dari kesatuan TP Solo yang dipimpin Achmadi, TP kelompok Muktio tetap menggunakan nama TP SA Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014. Karena ketegangan diantara TP pihak Achmadi dengan TP SA yang dipimpin Muktio diketahui oleh Letkol Slamet Riyadi, akhirnya TP SA diakui dan dimasukkan dalam kesatuan pimpinan LetKol Slamet Riyadi. Laskar Alap-Alap dan rakyat pejuang lainnya yang belum 44 mempunyai wadah kesatuan maka atas inisiatif dari Letkol Slamet Riyadi, dilebur menjadi satu wadah yang bernama Corps Sukarela Angkatan CSA. Sehingga kesatuan TP SA dengan CSA digabung menjadi satu dengan nama Tentara Pelajar SACSA yang di pimpin Muktio di bawah komando Letkol Slamet Riyadi yang sekaligus menjabat komandan kesatuan resmi TNI dan memimpin kesatuan diluar TNI Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014 Dalam perkembangannya setelah TP SA dengan CSA digabung menjadi satu kesatuan dengan nama TP SACSA selama masa Agresi Militer II yang mana berkembang menjadi 4 kompi yaitu 1 Kompi SA dan 3 Kompi CSA yang terdiri dari : a. Kompi I dipimpin oleh Muktio b. Kompi 2 dipimpin oleh Robikhan c. Kompi 3 dipimpin Kenyung Sardijono d. Kompi 4 dipimpin Suryo Soelarto Kemudian TP SACSA masuk dibawah kesatuan Batalyon 55 Brigadir V Wawancara dengan Sardijino, 6 Februari 2014. Pernyataan dari Sardijono sama dengan apa yang dijelaskan oleh pengurus pusat keluarga besar SACSA di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1993 dengan nomor 64BPKB.SACSA1993 mengenai kesatuan pada masa Agresi Militer II atas balasan surat dari pengurus Keluarga Besar SACSA perwakilan wilayah Surakarta-Daerah Istimewa Yogyakarta DIY di Solo. Salah satu bagian isi surat balasan tersebut menjelaskan bahwa formasi Batalyon 55 45 Brigade V tentang pasukan CSA adalah Kompi Muktio, Kompi Robikan, Kompi Kenyung Sardijono dan Kompi Suryosoelarto. Sedangkan pasukan Corps Sukarela lainnya tidak masuk formasi Batalyon 55 Brigade V. Setelah selesai dalam penumpasan pemberontakan PKI, kesatuan kelompok Tentara Pelajar Solo dalam perkembangannya menjadi 2 kelompok pasukan Tentara Pelajar yaitu TP Solo dipimpin Achmadi dan TP SACSA dipimpin Muktio Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014. TP SA awalnya hanya berjumlah beberapa puluh orang kemudian berkembang menjadi satu kompi. Dalam proses masa gerilya pasukan TP SA pimpinan Muktio melakukan perang gerilya ke luar kota Solo dari bulan Desember 1948 - Agustus 1949 dengan ditugaskan oleh Letkol Slamet Riyadi di wilayah Kabupaten Boyolali untuk menghambat jalur logistik Belanda baik yang dari Solo maupun Salatiga atau sebaliknya Wawancara dengan Sardijono, 6 Februari 2014. Hal ini juga di benarkan oleh Sudarman Wongsoguna bahwa Tentara Pelajar SACSA Kompi I pimpinan Muktio ditugaskan di daerah Boyolali, berada di Tlatar dan sekitar Wawancara dengan Sudarman Wongsoguno, 4 Februari 2014. Dalam buku Ign. Slamet Rijadi Dari Mengusir Kempetai Sampai Menumpas RMS 2008 , Batalyon II yang dipimpin Letkol Slamet Rijadi mendapat tugas untuk menguasai daerah Kabupaten Boyolali, khususnya wilayah perbatasan Karesidenan Semarang dengan Karesidenan Surakarta yang tugas intinya untuk menghadapi pasukan Belanda yang sudah menduduki daerah Kopeng di luar Salatiga. Markas Batalyon II berada di 46 Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Julius Paur, 2008: 61.

F. Agresi Militer Belanda II Di Boyolali

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15