Dewasa: Generativitas versus Stagnasi

85 keputusan untuk tidak memenuhi dorongan prokreatif yang memiliki konsekuensi serius bagi perkembangan, menurut Erikson. Teorinya telah dikritik oleh individu yang hdup sendiri, selibat, homoseksual, dan individu tanpa anak mengenai cetak biru Erikson akan perkembangan kesehatan, dan juga untuk mengambil pola-pola perkembangan intimasi pada laki-laki setelah melihat identitas sebagai norma. 57

7. Dewasa: Generativitas versus Stagnasi

Menurut Matthew ini muncul sekitar usia 25 sampai 64 tahunan, disebut juga sebagai tahap dewasa madya. Jika individu cukup beruntung mengembangkan sebuah identitas yang positif dan menjalani hidup yang produktif dan bahagia, dia akan berusaha melanjutkan situasi-situasi yang sudah menyebabkan hidup demikian ke generasi berikutnya. Ini dapat dilakukan entah lewat berinteraksi dengan anak secara langsung meski tidak harus anaknya sendiri, atau dengan memproduksi atau menciptakan pengalaman-pengelaman yang akan mengembangkan hidup orang-orang di generasi selanjutnya. Individu yang tidak mengembangkan perasaan generativitas ini dicirikan oleh “stagnasi dan tidak berkembangnya hubungan antar- pribadi” Erikson, 1985, hlm. 267. Jika perbandingan generativitas lebih besar daripada stagnasi, individu akan meninggalkan tahap ini dengan kebajikan yang disebut perhatian, didefinisikan Erikson sebagai “kepedulian luas untuk apa yang sudah dibangkitkan oleh cinta, keniscayaan atau kecelakaan; sanggup mengatasi semua ambivalensi yang dimunculkan oleh kewajiban yang tidak bisa kembalikan” 1964, hlm. 131. Generasionalisme versus Otoritasme. Ritualisme yang mencirikan tahap ini adalah generasionalisme yang melibatkan banyak cara di mana orang dewasa yang lebih tua 57 Diane E. Papalia, Ruth Duskin Feldman. Menyelami Perkembangan Manusia. Salemba Humanika, Jakarta; 2014 p.123-124 86 mentransmisikan nilai-nilai budaya ke generasi berikutnya. Orangtua, guru, dokter dan pemimpin spiritual secara khusus berpengaruh bagi penyebaran nilai-nilai budaya kepada anak. Orang dewasa yang sehat lebih fokus kepada penyediaan bagi anak-anak jenis-jenis pengalaman sama yang mereka beruntung memilikinya, yaitu pengalaman yang mendukung pertumbuhan kepribadian dan mempertahankan nilai-nilai budaya. Pelebihan ritualisasi generasionalisme menghasilkan ritualisme otoritasme. Otoritasme muncul ketika tokoh-tokoh otoritas di sebuah budaya menggunakan kuasa mereka bukan untuk memberikan perhatian dan instruksi bagi anak mudah, melainkan demi tujuan egoisme mereka sendiri. 58 Generativitas versus stagnasi menurut Erik H erikson, generativitas terutama adalah perhatian dalam membentuk dan membimbing generasi berikutnya, meskipun ada individu- individu, yang melalui kemalangan atau akibat khusus dan tulennya di arah yang lain, tidak menerapkan dorongan ini kepada keturunannya sendiri. Konsep generativitas dimaksudkan untuk memasukkan sinonim-sinonim yang lebih populer seperti produktivitas dan kreativitas, tetapi tidak dapat menggantikannya. Jadi generativitas adalah salah satu tahap yang esensial di dalam psikoseksual maupun daftar psikososial. Apabila pengayaan tersebut gagal sama sekali, regresi ke kebutuhan obsesif akan pseudo-intimasi terjadi, sering kali dengan perasaan stagnasi dan pemiskinan pribadi yang merembes. Akan tetapi, fakta memiliki atau bahkan menginginkan anak- anak tidak “mencapai” generativitas. Faktanya, sebagian orangtua muda mengalami kelambatan kemampuan untuk mengembangkan tahap tersebut. Alasannya sering kali ditemukan pada kesan masa kanak- 58 Matthew H. Olson B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian, Edisi Kedelapan Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2013, 303-304 87 kanak awal; di dalam cinta kepada diri sendiri yang didasarkan pada kepribadian yang diciptakan sendiri dengan sangat kuat; dan terakhir dan di sini kita kembali lagi ke awal di dalam kurangnya keyakinan tertentu, “keyakinan pada spesiesnya”, yang akan membuat seorang anak tampak seperti menyambut kepercayaan dari masyarakat. 59 Teori Erikson: Generativitas vs. Stagnasi menurut laura berk, merupakan konflik psikologis usia paruh baya dalam teori Erikson terkenal dengan sebutan genreativitas vs. Stagnasi generativity versus stagnation. Generativitas melibatkan jangkauan pada orang lain dengan cara memberi dan membimbing generasi berikutnya. Generativitas tengah berlangsung masa dewasa awal, biasanya melalui kelahiran dan pengasuhan anak dan membangun sebuah tempat dalam dunia kerja. Generativitas semakin bertambah luas di usia paruh baya, ketika komitmen melampaui identitas diri seseorang dan keintiman pasangan hidup seseorang keintiman menuju pada kelompok lebih besar – keluarga, komunitas, atau masyarakat. Orang dewasa generatif menggabungkan kebutuhan akan ekspresi diri dengan kebutuhan akan persekutuan, memadukan tujuan pribadi dengan kesejahteraan dunia sosial yang lebih luas McAdams Logan, 2004. Kekuatan yang dihasilkan adalha kemampuan untuk memerhatikan orang lain dalam cara yang lebih luas dibanding sebelumnya. Erikson 1950 memilih istilah generativitas generativity untuk mencakup segala hasil yang dapat hidup lebih lama dari diri dan memastikan kesinambungan masyarakat dan perbaikan masyarakat: anak, gagasan, produk, karya seni. Pengasuhan memang menjadi sarana utama mewujudkan generativitas, tetapi ia bukan satu-satunya sarana: Orang dewasa bisa menjadi generatif dalam hubungan keluarga yang lain seperti hubungan Jewel dengan keponakannya, sebagai mentor di tempat kerja, dalam kerja sukarela, dan melalui berbagai bentuk produktivitas dan kreativitas. 59 Erik H. Erikson, Childhood and Society, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2010, 316-318 88 Dari penjelasan kita sejauh ini, perhatikan bahwa generativitas menyatukan keinginan pribadi dan tuntutan budaya. Pada sisi pribadi, orang dewasa paruh baya merasa butuh untuk dibutuhkan – untuk mencapai keabadian simbolis dengan memberikan sumbangsih yang akan terus bertahan setelah kematian mereka. Pada sisi budaya, masyarakat menerapkan jam sosial bagi generativitas di usia paruh baya, mengharuskan orang deweasa untuk memikul tanggung jawab bagi generasi berikutnya melalui peran mereka sebagai orangtua, guru, mentor, pemimpin, dan koordinator McAdams Logan, 2004. Menurut Erikson, “keyakinan pada spesies” budaya seseorang – keyakinan bahwa hidup itu indah dan berharga, sekalipun berhadapan dengan kehancuran dan kerugian manusia – adalah motivator utama bagi tindakan generatif. Tanpa pandangan optimistis ini, orang tidak akan pernah memiliki harapan untuk memperbaiki kondisi manusia. Hasil negatif dari tahap ini adalah stagnasi: Sekali orang telah menggapai tujuan hidup tertentu, seperti pernikahan, anak-anak, dan keberhasilan karier, mereka bisa menjadi egois dan memanjakan diri sendiri. Orang dewasa dengan perasaan stagnasi mengungkapkan absorpsi-diri mereka melalui banyak cara – melalui kurangnya minat pada orang muda termasuk anak mereka sendiri, melalui fokus pada apa yang bisa mereka terima dari orang lain ketimbang apa yang bisa mereka berikan, dan melalui sedikit minat untuk produktif di tempat kerja, mengembangkan bakat mereka, atau memperbaiki dunia dengan cara lain. Sejumlah peneliti mempelajari generativitas dengan menilai sifat kepribadian, seperti ketegasan, ketahanan, dan tanggung jawab. Sebagian peneliti lain meminta orang menilai diri mereka berdasarkan sifat-sifat generatif, seperti perasaan wajib membantu orang lain yang membutuhkan atau kewajiban untuk menjadi warga negara aktif. Sebagian lain mencari tema-tema generatif dalam deskripsi naratif orang mengenai diri mereka sendiri. 89 Teori Erikson, orang yang sangat generatif tampak sangat bis maenyesuaikan diri dengan baik – memiliki tingkat kecemasan dan depresi rendah; memiliki otonomi, penerimaan –diri, dan kepuasan hidup tinggi, dan lebih berpeluang berhasil dalam pernikahan dan memiliki teman karib. Mereka juga lebih terbuka pada ragam sudut pandang, memiliki kualitas kepemimpinan, menginginkan imbalan lebih dari sekadar uang dari pekerjaan, dan sangat peduli tentang kesejahteraan anak, psangan, orangtua yang menginjak usia lanjut, dan msyarakat luas mereka Peterson, 2002; Peterson, Smirles,Wentworth, 1997. Selain itu, generativitas ada kaitannya dengan pengasuhan anak yang lebih efektif – lebih menghargai rasa saling percaya, komunikasi terbuka, penyebaran nilai-nilai kepada anak-anak, dan gaya otoritatif Hart dkk., 2001; Peterson Duncan, 2007; Pratt dkk., 2008. Orang generatif paruh baya juga lebih aktif dalam kegiatan politik, termasuk pemilu, kampanye, dan melakukan kontak dengan para pejabat publik Cole Stewart, 1996. 60 Menurut Laura berk Teori Erikson Generativitas vs Stagnasi sebagai berikut: Menurut Erikson, bagaimana kepribadian berubah di usia paruh baya? a. Generativitas meluas tajam saat orang dewasa paruh baya berhadapan dengan konflik psikologis generativitas vs stagnasi generativity versus stagnation ala Erikson. Orang yang sangat generatif menerima kepuasan penuh saat mereka memberikan sumbangsih pada masyarakat melalui peran sebagai orangtua, hubungan keluarga lainnya, tempat kerja, dan aktivitas sukarela. b. Hasrat pribadi dan tuntutan budaya bergabung bersama membentuk aktivitas generatif orang dewasa. Orang yang sangat generatif tampa mampu menyesuaikandiri dengan baik. 60 Laura E. Berk. Development Through The Lifespan. Edisi Kelima Dari dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 p.144-146 90 Hasil negatifnya, stagnasi, terjadi bila orang menjadi egois dan asyik dengan diri sendiri di usia paruh baya. 61 Menurut John w. shartock Generativitas versis stagnasi generativity versus stagnation, yang merupakan tahap ketujuh dari perkembangan menurut Erikson, berlangsung di masa dewasa menengah. Persoalan utama yang dihadapi individu di masa ini adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna – inilah yang dimaksud dengan generativitas oleh Erikson. Perasaan bahwa belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya disebut stagnasi 62 Menurut Jess Feist Generativitas versus Stagnasi sebagai berikut Generativitas didefinisikan sebagai “pembangkitan makhluk-makhluk baru, produk- produk baru, dan ide- ide baru” Erikson, 1982, hlm. 67. Generativitas generativity, yang berbicara tentang pembangunan dan penuntunan generasi masa depan, mencakup prokreasi anak-anak, prouksi kerja, dan penciptaan berbagai hal dan ide baru yang memberikan kontribusi bagi pembangunan sebuah dunia yang lebih baik. Manusia memiliki kebutuhan yang bukan hanya belajar, tetapi juga memberikan instruksi. Kebutuhan ini akan melepaskan manusia dari mental kekanak-kanakannya menuju kepedulian altruistik terhadap anak muda lain. Generativitas tumbuh dari kualitsa-kualitas sintonik sebelum seperti keintiman memerlukan kemampuan untuk mencampurkan ego seseorang dengan ego orang lain tanpa merasa takut akan kehilangan egonya. Kesatuan identitas-identitas ego ini menarah kepada perluasan kepentingan secara gradual. Selama masa dewasa, keintiman satu-lawan-satu tidak lagi cukup. Orang lain, khususnya anak-anak, sekarang turut menjadi bagian dari kepeduliannya. Memberikan instruksi kepada orang lain 61 Laura E. Berk. Development Through The Lifespan.Edisi Kelima. Dari dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 p.182 62 John W. Santrock, Life Span Development Jakarta: Erlangga, 2012, 26 91 dengan cara-cara yang sesuai budaya merupakan sebuah praktik yang bisa ditemukan di semua masyarakat. Untuk orang dewasa yang matang, motivasi ini bukan hanya sekedar kewajiban atau kebutuhan egoistis namun juga menjadi dorongan evolusioner untuk memberikan kontribusi bagi generasi-generasi mendatang dan untuk menjamin kontinuitias masyarakat manusia. Antitesis generativitas adalah peneyrapan-segala-sesuatu-pada-diri-sendiri self- absorption dan stagnasi stagnation. Siklus generasional produktivitas dan kreativitas menjadi cacat ketika manusia menjadi cacat ketika manusia menjadi terlalu tercerap ke dalam dirinya sendiri, menjadi terlalu menyenangkan-diri-sendiri self-indulgent. Sikap seperti ini hanya akan menumbuhkan perasaan stagnasi yang terus menggelayut. Namun begitu, beberapa elemen stagnasi dan penyerapan-segala-sesuatu-kepada-diri-sendiri ini tetap dibutuhkan. Manusia-manusia yang kreatif harus, pada waktu-waktu tertentu, tetap tinggal dalam kondisi yang lembam dan terserap dengan diri mereka sendiri agar nantinya dapat membangkitkan sebuah pertumbuhan baru. Interaksi generativitas dan stagnasi menghasilkan perhatian – kekuatan dasar masa dewasa. Perhatian: Kekuatan Dasar Masa Dewasa Perhatian sebagai “sebuah komitmen yang terus melebar untuk merawat take care of pribadi, produk, dan ide-ide lain, tetapi sebelumnya dia harus belajar lebih dulu memerhatikan care for.” Sebagai kekuatan dasar masa dewasa, perhatian muncul dari setiap kekuatan ego dasar sebelumnya. Dia harus memiliki harapan, kehendak, tujuan kompetensi, kesetiaan, dan cinta agar dapat merawat apa pun yang di perhatikannya. Perhatian bukan sebuah tugas atau kewajiban, melainkan hasrat alamiah yang muncul dari konflik antara generativitas dan stagnasi atau penyerapan-segala-sesuatu-pada-diri-sendiri. 92 Antipati dari perhatian adalah sikap penolakan rejectivity, patologi inti masa dewasa. Penolakan adalah ketidaksediaan untuk merawat pribadi atau kelompok tertentu Erikson, 1982. Penolakan termanifestasikan sebagai pemusatan-pada-diri-sendiri self- centeredness, pemilah-milahan provincialism, atau pura-pura perhatian pseudospeciation: yaitu keyakinan bahwa kelompok manusia lain lebih rendah daripada dirinya. Penolakan bertanggung jawab bagi sebagian besar kebencian, destruksi, stereotipe, dan perang di antara manusia. Seperti dikatakan Erikson hlm. 70, penolakan “memiliki implikasi yang luas bagi kelangsungan hidup spesies manusia sama seperti bagi setiap perkembangan psikososial individu.” 63 Masa dewasa menengah 40 hingga 65 tahun menurut penney upton sebagai berikut : Konflik dasar generativitas versus stagnasi, peristiwa penting bekerja dan menjadi orang tua, hasil orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang-orang lain. Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian, sedangkan kegagalan menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia 64 Tahap Dewasa Di dalam terminologi Erikson, mereka memasuki tahapan semangat-berbagi vs penyerapan diri dan stagnasi Erikson, 1982, h.67. Semangat berbagi merupakan istilah yang sangat luas, mengacu bukan hanya kepada memproduksi anak, tapi juga memproduksi hal- 63 Jess Feist dan Gregory J. Feist. Theories of Personalitiy. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008,227-228 64 Penney Upton. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2012, p.22-23 93 hal dan ide-ide lewat kerja. Namun Erikson lebih menyoroti yang – pertama membesarkan anak. Orang tua harus sering mengorbankan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Mereka harus mengatasi godaan untuk memuaskan diri sendiri, yang hanya akan mengarah kepada stagnasi yang tidak produktif. Apabila mereka bisa mengatasi konflik ini secara positif, mereka akan mengembangkan kemampuan untuk memperhatikan generasi selanjutnya. Namun begitu Erikson juga mencatat bahwa sejumlah orang sudah mengembangkan semangat berbagi dan perhatian ini meski tidak punya anak. Orang-orang seperti ini dapat mengajar dan menuntun generasi selanjutnya “dengan membimbing anak orang lain atau membantu menciptakan dunia yang lebih baik bagi mereka” Erikson di dalam Evans, 1969, h.51. Di sisi lain, ada juga banyak orang yang menikah tapi kekurangan semangat berbagi ini. Di dalam kasus- kasus yang demikian, pasangan ini sering kali mundur ke dalam ‘pseudo- keintiman’ atau “mulai menutup diri seolah mereka satu-satunya anak tunggal” Erikson, 1959, h.97. Erikson sering melihat pasangan seperti ini terus menganalisis tanpa henti hubungan mereka untuk mencari seberapa banyak bisa memperoleh sesuatu dari pasangannya. Individu-individu seperti ini tampaknya lebih peduli dengan kebutuhannya sendiri daripada kebutuhan anak-anak mereka. 65 Menurut Diaene papalia dari teori Erikson : Intimasi versus isolasi. Tahap keenam perkembangan psikososial Erikson, Intimasi versus isolasi, adalah isu utama masa dewasa awal. Jika seorang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen personal yang dalam terhadap orang lain, kata Erikson, maka meraka akan terisolasi, dan self absort terpaku pada kegiatan dan pikirannya sendiri. Akan tetapi, mereka juga butuh kesendirian isolasi 65 William Crain. Teori Perkembangan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007,447-448 94 sebagai upaya merefleksikan kehidupan mereka. Ketika mereka berusaha menyelesaikan tuntutan saling berlawanan dari intimasi, kompetisi, dan jarak, mereka mengembangkan pemahaman etis, yang dianggap Erikson sebagai tanda kedewasaan. Hubungan yang intim menuntut pengorbanan dan kompromi. Orang dewasa awal yang telah mengembangkan perasaan akan eksistensi diri sense of self yang kuat pada masa remaja sudah siap meleburkan identitas mereka dengan milik orang lain. Erikson membedakan intimacy keintiman seksual, yang mungkin dapat terjadi karena sebuah pertemuan, dari intimacy keintiman matang – dengan hruf kapital “I” – yang lebih dari sekedar seksualitas belaka E. Hall, 1983. Hanya ketika seseorang telah siap bagi keintiman yan g matang, kata Erikson, “genitalitas sejati” dapat terjadi yang didefinisikan sebagai orgasme mutual dalam hubungan cinta heteroseksual. Penetapan tahapan ini menghasilkan “kebijaksanaan” cinta virtue of love: kesetiaan mutual antar pasangan yang telah dipilih untuk berbagai hdup mereka, memiliki anak, dan membantu anak-anak tersebut mencapai perkembangan mereka sendiri yang sehat. Menurut Erikson , keputusan untuk tidak memenuhi dorongan reproduksi alami memiliki konsekuensi serius bagi perkembangan. Teorinya telah dikritik karena mengabaikan orang yang melajangmembujang, berselibat, homoseksual, dan yang tidak memiliki anak dalam pandangannya tentang perkembangan yang sehat. Kritik juga ditujukan pada tindakannya yang menjadikan pola pria dalam perkembangan intimasi setelah identitas sebagai sebuah norma lihat kembali Bab 12. Akan tetapi, kita harus mengingat bahwa Erikson mengembangkan teorinya pada pertengahan abad dua puluh, dalam konteks seksual yang berbeda dengan yang ada pada saat ini. 95 Erik Erikson: Generativitas versus Stagnasi. Berlawanan dengan Jung yang melihat masa paru baya sebagai titik balik ke dalam, Erikson menggambarkan titik balik ke luar. Erikson melihat bahwa tahun-tahun sekitar usia 40 sebagai masa ketika orang memasuki tahap normatif ketujuhnya: generativitas versus stagnasi. Generativitas, sebagai yang didefinisikan oleh Erikson, perhatian orang dewasa untuk membangun dan membimbing genersi selanjutnya, mengabdikan dirinya melalui pengaruhnya terhadap yang generasi selanjutnya. Orang merasa perlu meninggalkan warisan – untuk berpartisipasi dalam kelangsungan hidup. Orang-orang yang tidak menemukan saluran untuk generativitas menjadi terserap ke dalam diri sendiri self-absrob, terlalu memanjakan diri sendiri self- indulgent atau stagnan tidak aktif atau tidak hidup. “Nilai moral” dari periode ini adalha perhatian: “komitmen yang luas untuk memperhatikan orang, produk dan ide yang harus diperhatikan olehnya” Erikson, 1985, p. 67. Generativitas dapat diekspresikan bukan hanya melalui parenting dan grandparenting, tetapi melalui pengajaran dan pembimbangan, produktivitas atau kreativitas, dan “self- generation” atau pengembangan diri. Hal tersebut dapat meluas kepada dunia kerja, politik, seni, musik, dan yang lain – atau sebagaimana yang disebut oleh Erikson, “memelihara dunia”. Dalam Gandhi’s Truth, Erikson 1969 menunjukkan bagaimana Gandhi – yang bukan seorang ayah yang baik – muncul sebagai “bapak bangsa” –nya di usia 49 tahun, mengekspresikan generativitas dalam perhatiannya terhadap kesejahteraan seluruh bangsa. Teori berikut Kotre, 1984 membedakan empat bentuk spesifikasi generativitas: Biologis mengandung dan melahirkan anak, parental mengasuh dan membesarkan anak, teknis mengajarkan keterampilan kepada pemegang, dan kultural mentransmisikan nilai dan institusi kultural. Terlepas dari bentuknya, kata Kotre, generativitas dapat diekspresikan 96 dalam dua jalan atau gaya yang berbeda: Comunal mengandung perhatian dan pengasuhan orang lain atau agentic Kontribusi personal kepada masyarakat – kreatif, ilmiah atau kewiraswastaan. Bagaimana generativitas muncul? Merujuk kepada salah satu model McAdams, 2001, hasrat batin terhadap keabadian simbolis atau kebutuhan untuk dibutuhkan yang dikombinasikan dengan tuntutan eksternal dalam bentuk peningkatan harapan dan tanggung jawab menghasilkan kesadaran akan generasi selanjutnya. Hal ini, bersama dengan apa yang Erikson sebut “keyakinan spesies,” menimbulkan komitmen dan tindakan generatif. 66 Erik Erikson: Generativitas lawan Stagnasi Berlawanan dengan Jung, yang memandang paru baya sebagai waktu peralihan pada dunia batiniah. Erikson menggambarkan peralihan ke dunia lahiriah. Erikson melihat tahun- tahun sekitar usia 40 seabgai waktu individu memasuki tahap normatif ketujuh, generativitas kebangkitan lawan stagnasi. Generativitas, seperti yang didefinisikan Erikson adalah perhatian dari orang dewasa yang matang untuk menyeimbangkan dan mengarahkan generasi berikutnya, mengabdikan diri melalui pengaruh seseorang untuk diikuti. Individu yang tidak menemukan tempat untuk generativitas menajdi penyerapan-diri, kesabaran-diri, atau stagnan Tidak aktif dan kurang hidup. Kebajikan dari periode ini adalah perawatan “komitmen yang luas untuk merawat seseorang, produk dan ide yang dipelajari seseorang untuk memberikan perawatan” Erikson, 1985, hlm. 67. Teori selanjutnya dan penelitian telah mendukung perluasan pandangan Erikson. Bagaimana generativitas muncul? Berdasarkan pada satu model McAdams, 2001, keinginan batin untuk kematian simbolis atau kebutuhan untuk dibutuhkan, dikombinasikan 66 Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman. Human Development Psikologi Perkembangan. Kencana Prenada Media Group, Prenada Media Group: 2011 p. 791-792 97 dengan permintaan eksternal meningkatkan harapan dan tanggung jawab untuk menghasilkan perhatian sadar untuk generasi berikutnya. Perhatian ini bersama dengan apa yang disebut Erikson “percaya pada spesies” mengarahkan pada komitmen dan tindakan generatif. Generativitas, usia, dan gender generativitas khususnya menonjol saat paruh baya karena permintaan dari pekerjaan dan keluarga salama periode ini meminta respons yang generatif. Orang tua yang sangat generatif cenderung untuk lebih terlibat pada sekolah anak- anaknya daripada mereka yang kurang generatif dan cenderung memiliki gaya pengasuhan autoritatif. Menggunakan teknik tersebut sebagai daftar cek perilaku dan laporan diri Tabel 16- 1, peneliti menemukan bahwa individu paruh baya cenderung memiliki skor tinggi untuk generativitas daripada idividu muda atau yang lebih tua. Bagaimanapun juga, generativitas tidak dibatasi pada usia paruh baya. Usia saat individu mencapai beragam generativitas, menguat pada waktu tertentu. Lebih jauh lagi, beberapa orang lebih generatif dibandingkan yang lain Keyes Ryff, 1998; McAdams, 2006; McAdams, de St. Aubin, Logan, 1993; Stewart Vandewater, 1998. Perempuan umumnya melaporkan tingkat tinggi dari gnerativitas daripada laki-laki tetap perbedaan ini memudar di akhir masa dewasa Keyes Ryff, 1998. Tampaknya, bahkan orang dewasa yang memasuki paruh baya memiliki kerugian relatif terkait dengan generativitas dapat mengejar ke teman sebayanya Whitbourne, Sneed Sayer, 2009 temuan yang menegaskan pernyataan Erikson bahwa perubahan positif adalah mungkin di titik manan saja dari rentang kehidupan. Bentuk-bentuk Generativitas Sebagai tantangan inti dari tahun-tahun pertengahan, generativitas dapat diekspresikan, tidak hanya melalui pengasuhan sebagai orang tua dan 98 kakek – nenek, tetapi juga melalui pengajaran atau menjadi mentor, produktivitas atau kreativitas, dan generasi diri atua perkembangan diri. Generativitas cenderung diasosiasikan dengan perilaku prososial McAdams, 2006. Inti dapat memperluas pada dunia kerja, politik, keagamaan, hobi, seni musik, dan lingkup lainnya – atau kepada, apa yang disebut Erikson Generativitas lawan stagnasi Tujuh tahap perkembangan psikososial Erikson, saat individu paruh baya mengembangkan perhatian dengan membangun, mengarahkan, dan memengaruhi generasi berikutnya atau stagnasi pengalaman orang lain perasaan tidak aktif atau kurang hidup. Generativitas Istilah Erikson untuk perhatian terhadap orang dewasa yang matang untuk membangun, mengarahkan dan memengaruhi generasi berikutnya. 67

8. Usia Senja: Integritas Ego versus Rasa Putus Asa

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB I

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB IV

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan

0 17 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stres dan Strategi Coping pada Narapidana Wanita di Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Wanita Semarang

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB II

1 6 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: HUKUMAN ROTAN : Suatu Analisa Sosiologi terhadap hukuman Rotan Bagi Masyarakat di Negeri Latuhalat T2 752011020 BAB II

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB II

0 0 17

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Waktu Tunggu Eksekusi Pidana Mati dalam Perspektif Hak Asasi Manusia T2 BAB II

0 0 58