43 dimodifikasi sepanjang hidupnya akan membantu dan dibantu oleh terpeliharanya rasa
keadilan di dalam kehidupan ekonoi maupun politik.
18
3. Usia Prasekolah: Inisiatif versus Rasa Bersalah
Menurut Matthew dalam teori EriksonTahap ini muncul dari sekitar tahun keempat sampai tahun kelima, dan berkorelasi dengan tahap falik perkebangan psikoseksual Freud.
Menurut Ericson, anak ditahap ini “siap untuk mengembangkan sebuha keingintahuan yang tidak kenal lelah tentang perbedaan-perbedaan ukuran pada umumnya, dan perbedaan jenis
kelamin pada khususnya.. belajar sekarang semakin aktif dan detail; membawa dia menjauh dari keterbatasan dirinya menuju kemungkinan-
kemungkinan di masa depan”1959, hlm.76. Ditahap ini batas-batas dites untuk dipelajari apa saja yang diperbolehkan dan apa
saja yang tidak. Jika orangtua menguatkan perilaku dan fantasi yang diinisiatifkan sendiri oleh anak, mereka akan meninggalkan tahap ini dengan rasa isnisiatif yang sehat. Namun,
jika orang tua mengolok, mengejek, tidak memedulikan atau memarahi perilaku dan imajinasi yang diinisiatifkan sendiri oleh anak, mereka akan meninggalkan tahap ini dengan
rendahnya rasa kemandirian. Bukannya bersemangat mengambil inisiatif, mereka cenderung mengalami rasa bersalah ketika melakukan perilaku-perilaku jenis itu dan karenanya,
cenderung menjalani hidup dalam batas-batas sempit yang ditetapkan orang lain bagi mereka. Erikson mendefinisika
n tujuan sebagai “keberanian untuk merancang dan mengejar tujuan-tujuan bernilai yang tidak akan bisa terhambat oleh dikalahkannya fantasi-fantasi
infantil, oleh rasa bersalah, dan oleh rasa takut yang teramat sangat akan penghukuman”
18
Erik H. Erikson, Childhood and Society, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2010 , 300-301
44 1964, hlm. 122. Anak-anak yang secara positif menyelesaikan krisis-krisis di tiga tahap
pertama ini akan memiliki kebajikan-kebajikan berupa harapan, kehendak dan tujuan.
19
Dalam bukunya laura berk di dalam teori Erikson: Inisiatif vs. Rasa Bersalah, Erikson 1950 menguraikan masa kanak-
kanak awal sebagai periode “penuh semangat”. Setelah anak-anak memiliki rasa otonomi, mereka menjadi sedikit lebih tenang dibanding
ketika balita. Energi mereka tercurahkan untuk mengatasi konflik psikologis selama masa prasekolah: inisiatif vs. rasa bersalah iniative versus guilt. Seperti bisa dilihat dari kata
initiative versus guilt. Seperti bisa dilihat dari kata initiative, anak-anak memiliki rasa kebertujuan. Mereka ingin sekali melakukan tugas-tugas baru, mengikuti aktivitas teman
sebaya, dan mencari tahu apa yang bisa mereka lakukan dengan bantuan orang dewasa. Mereka juga mengalami kemajuan dalam perkembangan kesadaran diri.
Erikson menganggap permainan sebagai cara anak-anak belajar tentang diri dan dunia sosial mereka. Permainan memberikan kesempatan pada anak-anak prasekolah untuk
mencoba berbagai keterampilan baru dengan sedikit risiko gagal dan menerima kritik. Permainan juga menciptakan sebuah organisasi sosial kecil anak-anak yang harus bekerja
sama demi mencapai peran keluarga dan pekerjaan yang sangat jelas – polisi, dokter, dan
perawat dalam masyarakat Barat, pemburu kelinci dan pembuat tembikar dalam masyarakat Suku India Hopi, tukang bangunan dan pembuat tombak dalam masyarakat baka di Afrika
Barat Goncu, Patt, Kouba, 2004. Ingat bahwa teori Erikson dibangun di atas tahapan psikososial Freud lihat Bab 1.
Dalam konflik Oedipus dan Electra Freud, untuk menghindari hukuman dan memelihara kasih sayang orangtua, anak-anak membentuk superego superego, atau hati nurani, melalui
19
Matthew H. Olson B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian, Edisi Kedelapan Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2013, 294-295
45 identifikasi dengan orangtua berjenis kelamin sama. Walhasil, mereka mengadopsi standar
peran gender dan moral dari masyarakat mereka. Setiap kali anak melanggar standar hati nurani, dia akan merasa bersalah. Bagi Erikson, dampak negatif masa kanak-kanak awal
adalah terlalu ketatnya superego sehingga anak-anak merasa sangat bersalah karena mereka terlalu sering ditekan, dikritik, dan dihukum oleh orang dewasa. Bila ini terjadi, permainan
dan upaya anak-anak prasekolah untuk menguasai tugas-tugas baru menjadi berantakan. Meskipun gagasan Freud tidak lagi diterima sebagai penjelasan yang memadai
mengenai perkembangan hati nurani, gambaran Erikson tentang inisiatif mampu menangkap berbagai perubahan kehidupan emosional dan sosial pada diri anak-anak. Sejatinya, masa
kanak-kanak awal adalah sebuah masa ketika anak-anak mengembangkan citra diri yang penuh dengan rasa percaya diri, pengendalian lebih efektif atas emosi mereka, keterampilan
sosial baru, landasan moralitas, dan pemahaman jelas tenang diri sendiri sebagai seorang anak laki-laki atau perempuan.
20
Menurut bukunya Laura berk diambil dalam Teori Erikson: Inisiatif vs Rasa Bersalah dalam bukunya perubahan kepribadian apa saja yang terjadi selama tahapan inisiatif vs. rasa
bersalah Erikson? Gambaran Erikson mengenai inisiatif vs rasa bersalah initiative versus guilt
menangkap perubahan emosional dan sosial selama masa kanak-kanak awal. Pikiran sehat mengenai inisiatif bergantung pada eksplorasi dunia sosial melalui permainan, pembentukan
nurani melalui identifikasi dengan orantua dari jenis kelamin yang sama, dan penerimaan terhadap pengasuhan yang mendukung.
21
20
Laura E. Berk. Development Through The Lifespan. Edisi Kelima Transisi Menjelang Dewasa Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 p.342-343
21
Laura E. Berk. Development Through The Lifespan. Edisi Kelima Transisi Menjelang Dewasa Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 p.382
46 Menurut John W santrock Prakarsa versus rasa bersalah initiative versus guilt,
yang merupakan tahap ketiga dari perkembangan menurut Erikson, berlangsung selama masa prasekolah. Ketika anak-anak prasekolah mulai memasuki dunia sosial yang luas, mereka
dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang menuntut mereka untuk mengembangkan perilaku yang aktif dan bertujuan. Anak-anak diharapkan mampu bertanggung jawab
terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Namun, perasaan bersalah dapat muncul apabila anak dianggap tidak bertanggung jawab dan menjadi sangat cemas.
22
Menurut John W shartoc Inisiatif versus Rasa Bersalah dalam tahapan Erikson, menurut delapan tahap perkembangan Erik Erikson 1968 yang terjadi selama periode
tertentu di masa hidup manusia. Dua tahap pertama erikson, percaya versus tidak percaya trust versus mistrust, dan autonomi versus rasa malu dan ragu-ragu, menjelaskan apa yang
Erikson sebut sebagai tugas perkembangan utama di masa bayi. Perkembangan psikososial Erik Erikson terkait dengan tahap inisiatif versus rasa bersalah initiative versus guilt di
masa kanak-kanak awal. Mulai sekarang, anak-anak menjadi lebih yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri; selam amasa kanak-kanak awal, ereka mulai menemukan pribadi
yang diinginkan. Secara intensif mereka mengidentifikasi kepada orang tuanya, yang hampir selalu terlihat kuat dan cantik; meskipun sering kali tidak masuk akal, tidak sependapat, dan
kadangkala membahayakan. Selama kanak-kanak awal, anak-anak menggunakan keterampilan perseptual, motorik, kognitif, dan bahasa untuk melakukan sesuatu. Mereka
memiliki kelebihan energi yang memungkinkan mereka melupakan kegagalan-kegagalannya dengan cepat dan mendekati area-area baru yang terlihat menarik
– bahkan meskipun area- area itu terlihat berbahaya
– tanpa kekurangan energi dan rasa keterarahan yang meningkat. Pada tahap ini dengan inisiatifnya sendiri, anak-anak dengan gembira bergerak menuju dunia
22
John W. Santrock, Life Span Development Jakarta: Erlangga, 2012, 26
47 sosial yang lebih luas. Inisiatif ini dipimpin oleh suara hati conscience. Inisiatif dan
antusias mereka tidak hanya memberi reward, namun juga rasa bersalah, yang dapat menurunkan penghargaan
–diri.
23
Menurut bukunya Penney upton Prasekolah 3 hingga 5 tahun, Konflik dasar inisiatif versus rasa bersalah, peristiwa penting eksplorasi, hasil anak-anak perlu mulai
menunjukkan kendali dan kekuasaan atas lingkungan. Keberhasilan dalam tahap ini akan mendorong rasa bertujuan. Anak-anak yang berusaha menunjukkan kekuasaan berlebihan
akan mengalami penolakan, yang menimbulkan rasa bersalah.
24
Menurut bukunya William CarainTahap umum: Inisiatif vs Rasa BersalahInisiatif, seperti instrusi, berarti pergerakan ke depan. Lewat inisiatif , anak membuat rencana,
menetapkan tujuan dan mempunyai semangat untuk mencapainya. Saya mencatat contohnya, sejumlah aktivitas salah satu putra kami waktu berusia 5 tahun. Suatu hari dia memutuskan
untuk melihat seberapa tinggi bisa menyusun mainan baloknya, kemudian menemukan permainan lain untuk seberapa tinggi dia bisa melompat dari tempat tidur orang tuanya, dan
akhirnya mendorong anggota keluarga yang lain untuk melihat sebuah film baru yang kebanyakan berisi aksi dan kekerasan. Tingkah laku ini dia lakukan berdasarkan tujuan,
hasrat persaingan dan kualitas imajinatif tertentu. Di titik ini, krisis datang ketika anak mulai menyadari bahwa rencana-rencana
terbesar mereka dan harapan-harapan terdalamnya hancur berantakan. Ambisi-ambisi ini tentunya ambisi odipal
– keinginan untuk memiliki salah satu orang dan bersaing dengan yang satunya. Lalu anak menemukan kalau harapan-harapan ini melanggar tabu sosial dan
23
John W. Santrock, Life Span Development Jakarta: Erlangga, 2012 p.278-279.
24
Penney Upton. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2012, 22-23
48 amat berbahaya dari yang bisa dia bayangkan. Karena itu, anak mulai menginternalisasikan
larangan-larangan sosial – sebuah rasa bersalah pembentuk superego – demi menjaga impuls
dan fantasi berbaya tetap terkendali. Namun Erikson tidak pesimis dengan hal ini. Di amalah mengamati kalau anak-anak
yang berusia 3-6 tahun, lebih dari periode waktu mana pun, sudah siap untuk belajar dengan cepat dan gigih, dan bersedia mencari cara untuk menghubungkan ambisi mereka dengan
tujuan-tujuan yang berguna secara sosial 1963, h.258. orang tua bisa membantu proses ini dengan mempelunak otoritas dan memperbolehkan anak berpartisipasi dengan setara untuk
menghadapi proyek-proyek kehidupan yang menarik. Lewat cara inilah, orang tua bisa membantu anak keluar dari krisis tahapan ini dengan pengertian penuh mengenai tujuan
– “keberanian untuk memimpikan dan mengejar tujuan-tujuan yang bernilai” – yang tidak akan
bisa dirusak oleh rasa bersalah maupun larangan.
25
Menurut Jeast dan greogry Inisiatif versus Rasa Bersalah insiatif tak terkekang bisa maengarah kepada khaos dan pelemahan prinsip-prinsip moral. Di sisi lain, jika rasa bersalah
menjadi elemen dominan, anak bisa menjadi moralistik yang kompulsif atau terlalu banyak mereka dilarang. Pelaranganpenghambatan inhibition, yang merupakan antipati tujuan,
melandasi patologi inti paa usia bermain. Tujuan: Kekuatan Dasar Usia Bermain
Konflik inisiatif versus rasa bersalah menghasilkan kekuatan dasar berupa tujuan purpose. Anak-anak sekarang bermain dengan suatu tujuan, bersaing di setiap permainan
untuk menang atua menjadi nomor satu ketertarikan genital mereka memiliki sebuah arah, dengan ibu atau ayah yang menjadi objek hasrat-hasrat seksual mereka. Anak-anak
menetapkan sasaran-sasaran mereka. Anak-anak menetapkan sasaran-sasaran dan
25
William Crain. Teori Perkembangan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007,437-438
49 mengejarnya dengan suatu tujuan. Usia bermain juga merupakan tahapan di mana anak-anak
mengembangkan suara hati dan mulai melekatkan pelabelan seperti benar dan salah paa tindakan-
tindakan mereka. Suara hati anak kecil inilah yang di kemudian hari menjadi “batu penjuru moralitas” Erikson, 1968, hlm. 199.
26
Menurut Erik H erikson Inisiatif Versus Rasa Berasalah,pada setiap diri anak, di setiap tahapnya terdapat sebuah mukjizat baru dari pembentangan yang penuh semangat,
yang berupa sebuah harapan baru dan sebuah tanggung jawab baru bagi semua orang. Itu adalah perasaan dan kualitas inisiatif yang menyebar. Kriteria untuk semua perasaan dan
kualitas sama: sebuah krisis, yang sedikit banyak disertai dengan meraba-raba dan ketakutan, diatasi, dala arti bahwa kepribadian dan tubuh anak tiba-
tiba tampak “tumbuh bersamaan”. Ia tampak “lebih menjadi dirinya sendiri”, lebih penyayang, rileks dan lebih cerdas dalam
membuat penilaian, lebih aktif dan mengaktifkan. Ia dirasuki oleh surplus energi yang memungkinkannya untuk melupakan kegagalan dengan cepat dan mendekati hal-hal yang
tampak diinginkan meskipun hal itu tampak tidak pasti dan bahkan berbahaya dengan arah yang tidak dikurangi dan lebih akurat. Inisiatif menambahkan pada otonomi kualitas
menjalankan, merencanakan dan “menyerbu” sebuah tugas demi menjadi aktif dan bergerak, yang sebelumnya kemauan sendirilah yang lebih sering menginspirasi tindakan-tindakan
menentang atau memprotes independensi. “Inisiatif” memiliki konotasi Amerika dan industri. Namun, inisiatif adalah bagian
yang dibutuhkan pada setiap tindakan, dan orang membutuhkan perasaan inisiatif untuk apa pun yang dipelajari dan dikerjakannya, mulai dari masa mengumpulkan makanan sampai
masa sistem perusahaan.
26
Jess Feist dan Gregory J. Feist. Theories of Personalitiy. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, 222
50 Bahaya di dalam tahap tersebut adalah perasaan bersalah atas tujuan-tujuan yang
dipikirkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan di tengah kegembiraan yang meluap-luap karena merasa memiliki kekuatan lokomotor dan mental baru: tindakan-tindakan yang berupa
manipulasi agresif dan pemaksaan yang dengan cepat melampaui kapasitas eksekutif organisme dan pikiran, oleh karenanya membutuhkan penghentian yang harus dilakukan
dengan banyak tenaga atas inisiatif yang dipikirkannya.
27
Menurut John . W shartok Inisiatif versus Rasa Bersalahdalam mempelajari delapan tahap perkembangan Erik Erikson 1968 yang terjadi selama periode tertentu di masa hidup
manusia. Dua tahap pertama erikson, percaya versus tidak percaya trust versus mistrust, dan autonomi versus rasa malu dan ragu-ragu, menjelaskan apa yang Erikson sebut sebagai
tugas perkembangan utama di masa bayi. Perkembangan psikososial Erik Erikson terkait dengan tahap inisiatif versus rasa bersalah initiative versus guilt di masa kanak-kanak awal.
Mulai sekarang, anak-anak menjadi lebih yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri; selam amasa kanak-kanak awal, ereka mulai menemukan pribadi yang diinginkan. Secara
intensif mereka mengidentifikasi kepada orang tuanya, yang hampir selalu terlihat kuat dan cantik; meskipun sering kali tidak masuk akal, tidak sependapat, dan kadangkala
membahayakan. Selama kanak-kanak awal, anak-anak menggunakan keterampilan perseptual, motorik, kognitif, dan bahasa untuk melakukan sesuatu. Mereka memiliki
kelebihan energi yang memungkinkan mereka melupakan kegagalan-kegagalannya dengan cepat dan mendekati area-area baru yang terlihat menarik
– bahkan meskipun area-area itu terlihat berbahaya
– tanpa kekurangan energi dan rasa keterarahan yang meningkat. Pada tahap ini dengan inisiatifnya sendiri, anak-anak dengan gembira bergerak menuju dunia
sosial yang lebih luas. Inisiatif ini dipimpin oleh suara hati conscience. Inisiatif dan
27
Erik H. Erikson, Childhood and Society, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2010, 301-302
51 antusias mereka tidak hanya memberi reward, namun juga rasa bersalah, yang dapat
menurunkan penghargaan –diri.
28
4. Usia Sekolah: Kegigihan versus Inferioritas