PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP

INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh DEBI APRIYANI

Masalah dalam penelitisn ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dari jumlah 25 orang siswa masih terdapat 13 orang siswa belum mencapai KKM yaitu ≥66. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian berbentuk siklus yang tediri dari empat tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar kognitif siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 68,68 dan pada siklus II 75,10 mengalami peningkatan sebesar 6,42. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa siklus I 64% kategori “sedang” menjadi 80% kategori “tinggi” pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 16%. Hasil belajar afektif siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 61,25 kategori “mulai terlihat” dan pada siklus II 76,00 kategori “mulai berkembang” mengalami peningkatan sebesar 14,75. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar afektif siswa siklus I 60% dan pada siklus II 80% mengalami peningkatan sebesar 20%. Sedangkan hasil belajar psikomotor siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 62,65 kategori “cukup terampil” dan pada siklus II 71,70 kategori “terampil” mengalami peningkatan sebesar 9,05. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotor siswa siklus I 58% dan pada siklus II 78% mengalami peningkatan sebesar 20%.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP

INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh DEBI APRIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Debi Apriyani, dilahirkan di Branti pada tanggal 10 Maret 1994, sebagai anak ketiga dari 3 bersaudara pasangan Bapak Johansyah dan Ibu Eliyarti, S. Pd.SD.

Pendidikan peneliti dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 11 Metro Pusat pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005. Peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2008. Kemudian, peneliti melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Metro dan selesai pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2011 peneliti melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT serta ucapan terimakasihku kepada:

Bapak Johansyah dan Ibu Eliyarti, S. Pd. SD.

Yang telah mendidikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta memberiku motivasi dan doa luar biasa untuk

menjadi anak yang dapat mewujudkan impian dan membanggakan orang tua dalam kondisi sesulit apapun.

Brigadir Andri Fernandes dan Lisa Oktarina, A.Md.Kep

Yang merupakan sosok kakak yang selalu memberi nasehat untukku demi mewujudkan impian dan dapat menjadi

seseorang yang dapat mereka banggakan.

Adi Septiawan

Yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan.

Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang

lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.

(Q.S Al Insyirah : 6-8)

Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak

ada perjuangan tanpa pengorbanan

(Mario Teguh)


(9)

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “penerapan model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/ 2015”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini sehingga dapat membantu peneliti memperoleh gelar sarjana pendidikan.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah menyetujui skripsi ini sehingga dapat membantu peneliti memperoleh gelar sarjana pendidikan.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu

Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu

kepada peneliti dan ide-ide kreatif untuk memajukan program studi PGSD tercinta.


(10)

4. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Koordinator Kampus B FKIP UNILA yang telah banyak memberikan arahan, saran-saran, dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan saran serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.

7. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran, masukan, dan kritik kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

8. Bapak Basiran, S. Pd.SD., Kepala Sekolah SD Negeri 11 Metro Pusat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Mey Sumariyanti, S. Pd.SD., Guru Kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat dan teman sejawat atas kerjasama dan bantuannya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

10. Siswa-siswi kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian sehingga penelitian ini dalam terlaksana dengan baik.

11. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2011 yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.


(11)

12. Sahabat-sahabatku Fitri Yani, Melina Budiawati, Dewi Renita Sari, Henny Rhatna Sari, Novia Wulandari, Desi Resti Fauzi, Asep Kurniawan yang bersama-sama mengingatkan dan berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk kebersamaan kita selama 4tahun ini sampai studi ini selesai.

13. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Juni 2015 Peneliti


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Cooperative Learning 1. Pengertian Model Cooperative Learning ... 7

2. Tujuan Model Cooperative Learning ... 8

3. Tipe-tipe Model Cooperative Learning ... 9

B.Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation 1. Pengertian Model Cooperative Learning Group Investigation ... 10

2. Tahap-tahap Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 11

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 14

C.Belajar 1. Pengertian Belajar ... 15

2. Hasil Belajar ... 17

D.Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik... 18

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik a. Kelebihan Pembelajaran Tematik ... 20

b. Kekurangan Pembelajaran Tematik ... 21

E. Pendekatan Scientific ... 22

F. Penilaian Autentik ... 23


(13)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 26

B.Prosedur Penelitian ... 26

C.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

3. Subjek Penelitian ... 27

D.Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Non Tes ... 28

b. Teknik Tes ... 28

E. Alat Pengumpulan Data a. Lembar Panduan Observasi... 29

b. Tes Hasil Belajar ... 34

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 35

2. Analisis Kuantitatif ... 37

G.Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I ... 38

2. Siklus II ... 42

H.Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Lokasi Penelitian ... 44

B.Prosedur Penelitian ... 45

C.Hasil Penelitian 1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 74

D.Pembahasan 1. Kinerja Guru ... 101

2. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 103

3. Hasil Belajar Afektif Siswa ... 105

4. Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Instrumen penilaian kinerja guru ... 30

3.2 Rubrik penilaian kinerja guru ... 32

3.3 Lembar observasi hasil belajar afektif ... 33

3.4 Lembar observasi hasil belajar psikomotor ... 34

3.5 Kategori nilai kinerja guru ... 36

3.6 Kategori nilai afektif ... 36

3.7 Kategori nilai psikomotor ... 37

3.8 Kategori tingkat ketuntasan siswa ... 38

4.1 Kinerja guru siklus I pertemuan pertama... 51

4.2 Kinerja guru siklus I pertemuan kedua ... 56

4.3 Rekapitulasi kinerja guru siklus I ... 59

4.4 Distribusi frekensi hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 60

4.5 Hasil belajar afektif siswa siklus I pertemuan pertama ... 62

4.6 Hasil belajar afektif siswa siklus I pertemuan kedua ... 64

4.7 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I ... 65

4.8 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I pertemuan pertama ... 67

4.9 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I pertemuan kedua ... 68

4.10 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 70

4.11 Kinerja guru siklus II pertemuan pertama ... 85

4.12 Kinerja guru siklus II pertemuan kedua... 88

4.13 Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 91

4.14 Distribusi frekensi hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 93

4.15 Hasil belajar afektif siswa siklus II pertemuan pertama ... 94

4.16 Hasil belajar afektif siswa siklus II pertemuan kedua ... 96


(15)

4.18 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II pertemuan pertama ... 99

4.19 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II pertemuan kedua ... 100

4.20 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 102

4.21 Peningkatan nilai kinerja guru siklus I dan II ... 102

4.22 Peningkatan hasil belajar kognitif siswa siklus I dan II... 105

4.23 Peningkatan hasil belajar afektif siswa siklus I dan II... 108


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 117

2. Perangkat pembelajaran ... 124

3. Kinerja guru ... 149

4. Hasil belajar kognitif siswa ... 161

5. Hasil belajar afektif siswa ... 186

6. Hasil belajar psikomotor siswa ... 191


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 27

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru ... 106

4.2 Grafik peningkatan hasil belajar kognitif siswa ... 107

4.3 Grafik peningkatan hasil belajar afektif siswa ... 109


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki individu yang cakap dan kreatif, serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seiring dengan berkembang zaman yang semakin modern, maka persaingan akan semakin terlihat. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi salah satu tuntutan yang diwajibkan setiap negara.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi agar siswa memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.


(19)

2

Menurut Amri (2013: 19) proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang. Selama ini, kebanyakan sekolah hanya menerapkan pembelajaran dengan menilai pada aspek kognitifnya saja, tidak terlalu mementingkan pada aspek afektif dan psikomotor. Padahal ketiga aspek tersebut merupakan aspek penting untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan. Oleh karena itu pemerintah mencanangkan kurikulum 2013 sebagai inovasi baru dalam dunia pendidikan agar seluruh potensi yang dimiliki siswa dapat terlihat dan dapat diterapkan dikehidupannya.

Salah satu bentuk inovasi baru yang dicanangkan oleh pemerintah adalah perubahan kurikulum. Kurikulum 2013 dirancang untuk menyikapi perubahan zaman yang mana sistem pendidikan di Indonesia harus menyesuaikan. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi perubahan dunia dalam pembelajaran tematik. Ujang Sukandi (dalam Trianto, 2010: 82) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Kurikulum 2013 sebagai inovasi baru dalam dunia pendidikan memunculkan gagasan baru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific (pendekatan berbasis ilmiah). Pendekatan scientific


(20)

3

merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membelajarkan siswa untuk aktif dan kreatif terlibat dalam mengenal masalah, melakukan penyelidikan untuk menemukan fakta-fakta dan mencari solusi dari masalah yang terjadi.

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik (authentic assesment). Penilaian autentik merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik digunakan untuk menentukan data hasil belajar yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

Penilaian dalam kurikulum 2013 tidak menerapkan adanya penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tetapi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud (2013: 131) memberikan acuan yang dapat dijadikan standar keberhasilan dalam pembelajaran yaitu apabila secara individu siswa sudah mendapat nilai minimal 66 maka pembelajaran dikatakan tuntas.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan wali kelas IVC pada tanggal 25 November 2014, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Masalah tersebut meliputi metode ceramah yang masih dominan digunakan oleh guru sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu juga dalam proses pembelajaran masih terpaku pada buku (text book) sehingga kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, guru belum memaksimalkan penerapan pendekatan


(21)

4

scientific dengan benar sehingga siswa cenderung pasif, belum terbiasanya siswa dalam kegiatan berkelompok terlihat saat proses pembelajaran berlangsung guru hanya memberikan soal atau tes formatif yang dikerjakan secara individu saja.

Selain melakukan observasi proses pembelajaran di kelas, peneliti juga melakukan penelusuran dokumen kepada wali kelas IVC nilai hasil ulangan pada semester ganjil pembelajaran tematik sebelumnya masih tergolong rendah, diperoleh data hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa hasil penilaian afektif, siswa belum menunjukkan sikap disiplin dan percaya diri yang baik pada saat proses pembelajaran, begitu juga dengan penilaian psikomotor, siswa masih kurang terampil berbicara dengan fasih, pemilihan kosakata, berbicara sesuai dengan topik pembicaraan, pengungkapan pertanyaan jelas dan singkat, pertanyaan berisi informasi yang relevan dan merespon pertanyaan dengan kata-kata jelas. Sedangkan hasil belajar kognitif siswa dari 25 orang siswa hanya 13 orang siswa atau sekitar 52℅ dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dengan acuan penilaian yang telah ditetapkan yaitu 66. Seperti yang dijelaskan Mulyasa (2013: 131) suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan kategori baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukannya suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model cooperative learning tipe group investigation. Menurut Setiawan (2006: 9) kelebihan model cooperative learning tipe group


(22)

5

investigation yaitu (1) meningkatkan belajar bekerja sama dalam kelompok karena adanya pembagian kerja antar siswa dalam kelompok, (2) rasa percaya diri siswa dapat lebih meningkat, (3) dapat membantu anak untuk merespon pendapat orang lain, (4) dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, (5) belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis dengan teman sendiri maupun guru dan (6) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri

Berdasarkan uraian di atas, untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas IVC maka peneliti mengambil judul “penerapan model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B.Identifikasi Masalah

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred). 2. Proses pembelajaran masih terpaku pada buku (text book).

3. Guru belum memaksimalkan penerapan pendekatan scientific dengan benar. 4. Siswa belum terbiasa dalam kegiatan berkelompok.

5. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat.

C.Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?


(23)

6

D.Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation.

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation pada siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Bagi guru

Meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang bersangkutan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation.

4. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation agar kelak dapat menjadi guru yang pofesional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran memiliki tujuan dan lebih menarik. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model cooperative learning. Cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Komalasari (2011: 62) menjelaskan bahwa cooperative learning adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Selanjutnya Lie (Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Slavin (Isjoni 2007: 15) Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.


(25)

8

Depdiknas (Komalasari, 2011: 62) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dengan teman-temannya untuk saling bertukar informasi dan gagasan untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran yang telah ditetapkan dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Tujuan Model Cooperative Learning

Model Cooperative Learning pada penerapannya memiliki tujuan-tujuan yang dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Menurut Jhonson & Jhonson (Trianto 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Ibrahim (Isjoni 2007: 27) model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Meskipun dalam cooperative learning mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, Cooperative Learning dapat memberi keuntungan, baik


(26)

9

pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan cooperative learning memiliki tujuan-tujuan tertentu, diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

3. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang memiliki banyak tipe atau jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut Isjoni (2007: 51) jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya (1) Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3)


(27)

10

Group Investigation (GI), (4) Rotating Trio Exchange dan (5) Group Resum.

Sedangkan menurut Suprijono (2013: 89) jenis-jenis model cooperative learning diantaranya (a) Jigsaw, (b) Think Pair Share, (c) Number Heads Together, (d) Group Investigation, (e) Two Stay Two Stray, (f) Make A Match, dan lain-lain.

Berdasarkan teori dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang mempunyai berbagai macam variasi dalam pembelajarannya, sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.

B.Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

Model cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang mempunyai banyak tipe yang bervariasi, salah satunya yaitu model cooperative learning tipe group investigation. Menurut Slavin (2005 : 216) group investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang di tuntut dari siswa. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntunan dari proyek anggota kelompok. Bersama anggota kelompok menentukan apa yang anggota kelompok ingin menginvestigasikan sehubungan dengan upaya anggota kelompok untuk menyelesaikan masalah yang anggota kelompok hadapi,


(28)

11

sumber apa yang anggota kelompok butuhkan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana anggota kelompok akan melakukan proyek anggota kelompok yang sudah selesai ke hadapan kelas.

Menurut Sharan & Sharan (Huda, 2013: 292) group investigation merupakan salah satu tipe kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Sejalan dengan Sharan & Sharan, Nurhadi, dkk (Wena, 2009: 196) mengungkapkan group investigation merupakan salah satu bentuk tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa group investigation menekankan pada partisipasi siswa yang baik dalam berkomunikasi dan keterampilan proses kelompok antar sesama anggota kelompok, sehingga mereka lebih menguasai materi ajar, untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia dan melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

2. Tahap-Tahap Group Investigation

Pembelajaran cooperative learning memiliki beberapa tahapan, Slavin (2005: 218) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran group investigation siswa bekerja melalui enam tahap, yaitu:


(29)

12

a. Tahap pemilihan topik dan pengelompokkan (Grouping)

Tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini:

1) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan

2) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki

3) Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

b. Tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari (Planning)

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:

1) Apa yang mereka pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa?

4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut c. Tahap penyelidikan (Investigation)

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki 2) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap

kegiatan kelompok

3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersatukan ide dan pendapat.

d. Tahap pengorganisasian (Organizing)/ analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut:

1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing

2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya

3) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi

e. Tahap presentasi hasil final (Presenting)

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan siswa


(30)

13

yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian

2) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar

3) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

f. Tahap evaluasi (Evaluating)

Kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya

2) Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan

3) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan tipe group investigation. Menurut Sharan (Trianto, 2009: 80) membagi langkah -langkah model investigasi kelompok menjadi 6 fase. 1) Memilih topik

Siswa memilih sub topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota, tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas, komposisi kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

2) Perencanaan cooperative

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3) Penyelidikan

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. 4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan


(31)

14

disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Presentasi hasil

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif yang luas pada topik itu. Presentasi dikordinasikan oleh guru.

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil pendapat Sharan (Trianto, 2009: 80) untuk melakukan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model group investigaion antara lain: tahap memilih topik, perencanaan kooperatif, penyelidikan, analisis dan sintesis, presentasi hasil dan evaluasi.

3. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation

Setiap model pembelajaran tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan, termasuk model cooperative learning tipe group investigation.

Menurut Setiawan (2006: 9) kelebihan dan kelemahan dari model cooperative learning tipe group investigation adalah:

a. Kelebihan: meningkatkan belajar bekerja sama dalam kelompok karena adanya pembagian kerja antar siswa dalam kelompok; rasa percaya diri siswa dapat lebih meningkat; dapat membantu anak untuk merespon pendapat orang lain; dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis dengan teman sendiri maupun guru; dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik; dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata; memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif.


(32)

15

b. Kelemahan: Sulitnya memberikan penilaian secar personal apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya; mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.

Menurut Santoso (2011) sebagai berikut: a. Kelebihan:

1) Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

2) Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.

4) Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

b. Kelemahan

1) Waktu yang dibutuhkan relative lebih lama

2) Bagi siswa yang tidak dapat bekerja sama pasti akan sangat sulit untuk mengerjakan materi yang diberikan karena metode ini membutuhkan kerjasama oleh setiap anggota.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian group investigation adalah pembelajaran kelompok yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Tahap-tahapnya yaitu tahap memilih topik, perencanaan kooperatif, penyelidikan, analisis dan sintesis, presentasi hasil dan evaluasi.

C.Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya kearah yang lebih baik. Ada beberapa teori-teori belajar yang melandasi model pembelajaran yaitu


(33)

16

teori belajar konstruktivisme, teori belajar perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori pembelajaran perilaku (Trianto, 2011: 28-39). Salah satu teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Menurut Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan Vigotsky.

Susanto (2013: 4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam betindak.

Sunaryo (Komalasari, 2011: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, yang artinya dapat menjadikan hidupnya lebih bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang bertujuan mendapatkan sebuah ilmu, pengetahuan, pengalaman dan pemahaman yang berpengaruh pada perubahan sikap dan perubahan tingkah laku. Proses belajar sendiri dapat terjadi dimana saja, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.


(34)

17

2. Hasil Belajar

Setiap kegiatan pembelajaran pada hakikatnya tentu menginginkan sebuah perubahan yang memuaskan sebagai hasil dari belajar. Pada kegiatan akhir dalam proses pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Nawawi dalam K. Brahim (Susanto, 2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam memperlajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah meteri pelajaran tertentu. Menurut Rusmono (2012: 10) hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Selanjutnya Sardiman (2011: 84) menjelaskan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sedangkan Bloom, dkk (Sudjana 2011: 32) menjelaskan bahwa ranah kognitif memiliki enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang paling tinggi. Keenam jenjang itu adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Ranah afektif memiliki jenjang yaitu menerima, merespon, menilai, mengorganisasikan, berkarakter. Keterampilan pada ranah


(35)

18

psikomotor meliputi keterampilan berbicara dan bertanya: Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di Sekolah Dasar mengemukakan bahwa ranah afektif meliputi sikap: disiplin dan percaya diri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar sehingga terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru. Indikator hasil belajar ranah afektif pada sikap disiplin dan percaya diri. Indikator hasil belajar pada ranah keterampilan berbicara dan bertanya meliputi: kefasihan dalam berbicara, pemilihan kosakata, berbicara sesuai dengan topik pembicaran, pengungkapan pertanyaan jelas dan singkat, pertanyaan berisi isi informasi yang relevan dan merespon pertanyaan dengan kata-kata positif dan santun.

D.Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mengacu pada model pembelajaran tematik. Istilah tematik dan terpadu sering digunakan bersama bahkan tumpang tindih. Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa KBBI (2008: 1.429), “tematik” artinya “berkenaan dengan tema”, sedangkan “terpadu” artinya “sudah lebur”. Maka tematik dan terpadu meski tampak berbeda namun memiliki orientasi pada proses penyatuan. Jika “tematik” berorientasi pada wujud


(36)

19

penyesuaian dengan tema sedangkan “terpadu” membuat wujud baru dengan cara meleburkan berbagai wujud yang berbeda.

Menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu dan pembelajaran tematik merupakan satu kesatuan yang memiliki arti atau makna yang sama. Selanjutnya menurut Mamat (Prastowo, 2013: 125) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh makna karena menekankan pada penguasaan bahan (materi) yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir agar dapat mandiri dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antarmatapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna.

Sementara menurut La Iru (Prastowo, 2013: 119) pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan melatih menemukan sendiri dengan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengaitkan


(37)

20

beberapa mata pelajaran yang dipadukan dalam sebuah tema yang memberikan pengalaman bermakna dan sesuai kebutuhan siswa. Maka dalam proses pembelajarannya akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik a. Kelebihan Pembelajaran Tematik

Ada beberapa kelebihan pembelajaran tematik menurut Rusman (2012: 257) diantaranya yaitu:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar

2) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap orang lain

3) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa

4) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya

Menurut Kunandar (2007: 315), pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni; (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan siswa, (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) mengembangkan keterampilan berpikir siswa sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan


(38)

21

orang lain dan (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari pembelajaran tematik adalah sesuai dengan pengalaman siswa sehingga proses pembelajaran lebih bermakna dan dapat mengembangkan keterampilan berfikir siswa serta dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran karena dikemas dengan tema. Tema yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga memberikan makna dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya.

b. Kekurangan Pembelajaran Tematik

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kekurangan. Menurut Resmini (2006: 18) pembelajaran tematik memiliki beberapa kekurangan diantaranya: (1) kekurangsiapan guru menerimanya, (2) ketidakmampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan (3) suasana dan penekanan proses pembelajaran yang kurang tepat.

Menurut Kunandar (2007: 317), kekurangan pembelajaran tematik diantaranya: (1) seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap pembelajaran dan (2) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran tematik memiliki kekurangan. Kekurangan pembelajaran tematik diantaranya, pertama, jika guru kurang menguasai


(39)

22

implementasi pembelajaran tematik maka proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kedua, siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri untuk mengikuti proses pembelajaran berbasis tematik akan menghambat kegiatan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Ketiga, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar jika tidak menggunakan inovasi dan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

E.Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 mengusung pendekatan baru yang disebut pendekatan scientific dalam pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2013: 200-201) pendekatan scientific ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran menggunaan pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Langkah-langkah pendekatan scientific menurut Kemendikbud (2013: 9-11) adalah sebagai berikut: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, mengkomunikasikan.

a. Mengamati atau observasi dapat dilakukan siswa melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.


(40)

23

b. Menanya, siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati.

c. Mengumpulkan informasi/ mencoba, setelah bertanya, kegiatan yang dilakukan siswa adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, seperti membaca, mengamati fenomena yang terjadi bahkan melakukan percobaan.

d. Mengasosiasikan/ menalar, merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

e. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa pendekatan scientific (pendekatan ilmiah) dalam pembelajaran memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru, dan meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

F. Penilaian Autentik

Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja. Akan tetapi penilaian dilakukan secara autentik atau menyeluruh. Dalam kegiatan pembelajaran tentunya


(41)

24

seorang guru harus terus mengamati dan menilai perkembangan siswanya baik dari segi sikap, keterampilan, maupun pengetahuan.

Menurut Hant (Husamah dan Setyaningrum, 2013: 114) penilaian merupakan proses pengumpulan informasi mengenai siswa yaitu apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan. Penilaian menekankan proses pada pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran. Selanjutnya Komalasari (2011: 146) menyatakan bahwa istilah penilaian dalam pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.

Depdiknas (2006: 4) mengemukakan bahwa penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.

Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menurut Kemendikbud (2013: 252) penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Sedangkan Nurgiyanto (2011: 23) mengatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajaran untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Peran siswa merupakan hal terpenting dalam penilaian autentik. Karena siswa dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu


(42)

25

bagaimana akan dinilai. Menurut Johnson (Komlasari, 2011: 147) penilaian autentik memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar.

Kemendikbud (2013: 9-10) menyatakan teknik penilaian pada penilaian autentik dilakukan secara holistik. Artinya semua aspek yang ada dalam pembelajaran dinilai. Penilaian aspek afektif dapat dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Aspek kognitif dapat dinilai melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Aspek psikomotor dapat dinilai melalui kinerja atau performance, projek, dan portopolio.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa penilaian autentik suatu penilaian yang menilai secara holistik semua aspek selama pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai suatu pembelajaran sehingga menghendaki siswa untuk menunjukan kinerjanya secara nyata dan bermakna.

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, dapat dirumuskan hipotesis tindakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu “apabila guru dalam pembelajaran dapat menerapkan model cooperative learning tipe group investigation dengan memperhatikan langkah-langkahnya secara tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(43)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Arikunto (2006: 58) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian, Tindakan, Kelas. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran. Wardhani (2007: 1.3) mengemukakan PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. PTK merupakan jenis penelitian untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas secara cermat dan sistematis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Agung, 2012:63).

B.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi dapat beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran tercapai. Arikunto, dkk (2011: 16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam PTK yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksaanaan, (c) pengamatan,


(44)

27

dan (d) refleksi. Adapun tahapan atau alur siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar. 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Sumber: Wardhani, 2007:2.4)

C.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 11 Metro Pusat, Jl. Veteran No. 50 Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama lima bulan dari persiapan sampai laporan hasil penelitian.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat. Adapun subjek

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Pelaksanaan I Refleksi I

Perencanaan II

SIKLUS II

Refleksi II Pelaksanaan II


(45)

28

penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat yang berjumlah 25orang siswa yang terdiri adas 12 orang laki-laki dan 13orang perempuan.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes (observasi).

a. Teknik non tes (observasi)

Data yang dikumpulkan dalam teknik nontes ini berupa data kualitatif, yaitu data yang berupa kata atau catatan-catatan. Selanjutnya, data kualitatif ini akan ditransformasikan ke data kuantitatif dengan pemberian skala penilaian. Jumlah dari hasil skala penelitian akan dikembalikan ke dalam data kualitatif dengan cara menggolongkan hasil tersebut ke dalam kategori pada setiap instrumen yang telah ditentukan oleh peneliti.

Teknik non tes dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer menggunakan lembar observasi dengan cara memberikan tanda ceklis untuk mengetahui data mengenai kinerja guru, hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor dalam proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learningtipe group investigation.

b. Teknik Tes

Teknik tes merupakan prosedur atau cara untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka) berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar dalam ranah kognitif melalui penerapan model cooperative learning


(46)

29

tipe group investigation. Tes dilaksanakan setiap akhir siklus. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan dalam proses pembelajaran.

E.Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru serta hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation.

Adapun aspek yang diamati dalam instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kinerja guru meliputi: (1) kegiatan pendahuluan terdiri dari: a) apersepsi dan motivasi, dan b) penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan, (2) kegiatan inti terdiri dari: a) penguasaan materi pelajaran, b) penerapan model cooperative learning tipe group investigation dan scientific, c) penerapan pembelajaran tematik terpadu, d) pemanfaatan sumber belajar/ media dalam pembelajaran, e) pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, f) penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran dan g) penutup pembelajaran.


(47)

30

Tabel 3.1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru

1. Nama Guru : 2. Nama Sekolah : 3. Tema/Subtema : 4. Kelas/Semester : 5. Siklus ke : 6. Pertemuan ke : 7. Hari/ Tanggal :

Aspek yang diamati

Skor Kegiatan Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan

pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya. 1 2 3 4

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3 Menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran. 1 2 3 4

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan tema. 1 2 3 4

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik. 1 2 3 4

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi. 1 2 3 4 Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran. 1 2 3 4

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata. 1 2 3 4

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari

konkrit ke abstrak). 1 2 3 4

Penerapan model Cooperative Learning tipe GI

1

Guru memberikan subtopik permasalahan yang sudah ditetapkan serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang.

1 2 3 4

2

Guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah ditetapkan pada tahap pertama.

1 2 3 4

3

Guru membimbing siswa dalam menalar untuk melakukan penyelidikan sesuai topik yang dibahas pada masing-masing kelompok.

1 2 3 4

4

Guru membimbing siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.


(48)

31

Aspek yang diamati Skor

5

Guru membimbing kelompok menyiapkan laporan akhir yaitu berupa rencana kegiatan persentasi yang akan disajikan didepan kelas, semua anggota terlibat dalam kegiatan ini.

1 2 3 4

6 Guru mengevaluasi hasil kerja siswa. 1 2 3 4

Penerapan Pendekatan Scientific

1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 1 2 3 4

2 Memancing peserta didik untuk bertanya. 1 2 3 4

3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 1 2 3 4

4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 1 2 3 4

5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. 1 2 3 4

6 Memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk menalar

berfikir logis dan sistematik. 1 2 3 4

7 Menyajikan kegiatan agar peserta didik mampu

berkomunikasi. 1 2 3 4

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema. 1 2 3 4

2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata

pelajaran setiap subtema. 1 2 3 4

3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen

karakteristik terpadu. 1 2 3 4

4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan

menyenangkan. 1 2 3 4

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber

belajar. 1 2 3 4

2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan

media pembelajaran. 1 2 3 4

3 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar. 1 2 3 4

4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media

pembelajaran. 1 2 3 4

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. 1 2 3 4

2 Merespon positif partisipasi peserta didik. 1 2 3 4

3 Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta didik. 1 2 3 4

4 Menumbuhkan kecerian dan antusiasme peserta didik dalam

belajar. 1 2 3 4

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4


(49)

32

Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup 1 = Kurang

Tabel 3.2. Rubrik Penilaian Kinerja Guru

Nilai angka Nilai mutu Indikator

1 Kurang Dilaksanakan dengan kurang baik oleh guru dan guru terlihat kurang menguasai 2 Cukup Dilaksanakan dengan cukup baik oleh

guru dan guru terlihat cukup menguasai 3 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru dan

guru terlihat menguasai

4 Sangat baik Dilaksankan dengan baik oleh guru dan guru terlihat professional

Adapun kriteria yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif siswa meliputi sikap: (1) Disiplin dan (2) Percaya Diri.

Aspek yang diamati Skor

Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. 1 2 3 4

2 Memberikan tes lisan atau tulisan. 1 2 3 4

3 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas dirumah. 1 2 3 4 Jumlah nilai

Nilai rata-rata Kategori


(50)

33

Tabel 3.3. Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Nama Sekolah : ... Kelas/semester : ... Tema/subtema : ... Pembelajaran ke : ... Siklus/pertemuan : ...

No Nama Siswa

Perilaku yang diamati

Total

Skor Nilai Kategori Disiplin Percaya Diri

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 dst. Jumlah skor Nilai rata-rata Kategori Keterangan:

1. Berilah tanda ceklist ( √ ) bila siswa melaksanakan yang berarti “Ya” dan tanda(−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan,pada kolom perilaku yang diamati (1-8)!

2. Kisi-kisi penilaian hasil belajar afektif

(Sumber: Kemendikbud, 69-71)

Aspek yang

diamati Indikator perilaku

Displin

1. Membawa buku teks mata pelajaran dan alat tulis

2. Melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk guru

3. Mengumpulkan tugas tepat waktu

4. Tertib dalam mengikuti pembelajaran, tidak

ribut/melakukan aktivitas lain didalam kelas

Percaya diri

5. Berani bertanya

6. Berani menjawab pertanyaan

7. Berani presentasi di depan kelas


(51)

34

Alat pengumpul data psikomotor dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Adapun keterampilan yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar psikomotor meliputi keterampilan berbicara dan bertanya. Tabel 3.4. Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotor

Nama Sekolah : ... Kelas/semester : ... Tema/subtema : ... Pembelajaran ke : ... Siklus/pertemuan : ...

No Nama Siswa

Keterampilan

Skor

Perolehan Nilai Kategori Berbicara Bertanya

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 dst. Jumlah nilai Nilai rata-rata Kategori Keterangan:

1. Berilah tanda ceklist ( √ ) bila siswa melaksanakan yang berarti “Ya” dan tanda (−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan,pada kolom perilaku yang diamati (1-8)!

2. Aspek yang diamati:

1. Kefasihan dalam berbicara 2. Pemilihan kosakata

3. Berbicara sesuai dengan topik pembicaraan 4. Pengungkapan pertanyaan jelas dan singkat 5. Pertanyaan berisi isi informasi yang relevan 6. Merespon pertanyaan dengan kata-kata yang jelas

b. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data-data hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengenai pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari


(52)

35

dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation. Instrumen ini berbentuk tes tertulis berupa tes formatif yang dikerjakan secara individu.

No Nama

Nilai Pengetahuan

Siklus I Siklus II

Nilai Kategori Keterangan Nilai Kategori Keteranngan 1

2 3 4 5 dst.

Jumlah nila Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas Nilai tertinggi

Nilai terendah

Persentase ketuntasan belajar klasikal Kategori Ketuntasan

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu, data tentang kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: N =

x 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh guru

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap


(53)

36

Tabel 3.5. Kategori Nilai Kinerja Guru

No Kategori Nilai

1. Sangat Baik (A) 81 – 100

2. Baik (B) 66 - 80

3. Cukup Baik (C) 51 - 65

4. Kurang Baik (K) ≤ 50

Sumber: Modifikasi (Kemendikbud, 2013: 315) b. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

N =

x 100 Keterangan:

N = nilai yang dicari R = jumlah skor perolehan SM = skor maksimum ideal 100 = bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2009: 102) Tabel 3.6. Kategori Nilai Afektif

Nilai

Predikat Kategori Skala 0-100

86-100 A

Sudah Membudaya

81-85 A-

76-80 B+

Mulai Berkembang

71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

Mulai Terlihat

56-60 C

51-55 C-

46-50 D+

Tidak Terlihat

0-45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

c. Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus: N=

x 100 Keterangan:

N = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh


(54)

37

SM = skor maksimum ideal 100 = bilangan tetap

(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)

Tabel 3.7. Kategori Nilai Psikomotor

Nilai

Predikat Kategori Skala 0-100

86-100 A

Sangat Terampil

81-85 A-

76-80 B+

Terampil

71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

Cukup Terampil

56-60 C

51-55 C-

46-50 D+

Kurang Terampil

0-45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap siklus.

a. Nilai individual ini diperoleh menggunakan rumus: N=

x 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum dari tes 100 = bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2009: 112) b. Nilai rata-rata kelas

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar diperoleh melalui rumus: ∑


(55)

38

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari

∑ = jumlah nilai siswa = banyaknya siswa (Sumber: Muncarno, 2009: 15)

c. Persentase Ketuntasan Klasikal

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.8. Kategori tingkat ketuntasan siswa

No Rentang ketuntasan (%)

Kategori

1. ≥85 Sangat Tinggi

2. 65 – 84 Tinggi

3. 45 – 64 Sedang

4. 25 – 44 Rendah

5. <25 Sangat Rendah

Sumber: Aqib (2011:41)

G.Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat adalah sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:


(56)

39

a. Menyusun kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, indikator pencapaian, silabus dan rencana perbaikan pembelajaran (RPP). b. Menetapkan tema dan sub tema dan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu tema 6 “indahnya negeriku”, subtema 3“indahnya peninggalan sejarah”.

c. Menyiapkan media pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) kelompok untuk diinvestigasi. e. Menyusun lembar pengamatan hasil belajar siswa meliputi aspek afektif

dan psikomotor.

f. Menyusun lembar pengamatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe group investigation selama proses pembelajaran berlangsung.

g. Mempersiapkan alat-alat dokumentasi.

h. Menyiapkan tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, rencana pembelajaran yang dirancang untuk mengimplementasi dari tema 6 “indahnya negeriku” dengan subtema 3 yaitu “indahnya peninggalan sejarah” menggunakan model cooperative learning tipe group investigation meliputi beberapa tahap anatara lain: a) Kegiatan Awal

1) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Mengkondisikan siswa.


(57)

40

4) Absensi.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

6) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa terkait materi yang akan diajarkan pada subtema 3 “indahnya peninggalan sejarah”.

b)Kegiatan Inti

1) Guru membagikan sub topik permasalahan yang sudah ditetapkan serta membentuk kelompok investigasi yang terdiri dari 4-6 orang seriap kelompok kelompok secara heterogen.

2) Guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah ditentukan.

3) Guru membimbing siswa dalam menalar untuk melakukan penyelidikan sesuai topik yang dibahas pada masing-masing kelompok.

4) Guru membimbing siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Guru membimbing kelompok menyiapkan laporan akhir yaitu berupa rencana kegiatan presentasi yang akan disajikan didepan kelas, semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan ini.

6) Guru bersama siswa mengevaluasi hasil presentasi yang telah disajikan oleh masing-masing kelompok dan meluruskan apabila terdapat jawaban yang kurang tepat.


(58)

41

c) Kegiatan Akhir

1) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang apa saja yang sudah dipelajari.

2) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama satu hari.

3) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi).

4) Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.

5) Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing

-masing.

3. Tahap Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengamati aspek afektif, psikomotor siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.


(59)

42

Siklus II

Pada akhir siklus 1 telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Siklus II dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model cooperative learning tipe group investigation. Hasil dari siklus II ini diharapkan lebihbaik dari siklus I.

1. Tahap Perencanaan

Pada siklus II ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan refleksi pada siklus I, yang membedakan adalah pembelajarannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus II ini dilakukan tindakan atau perlakuan yang sama dengan siklus I berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi.

3. Tahap Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini, peneliti mengamati aspek afektif, psikomotor siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.


(60)

43

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.Hasil dari siklus II digunakan untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Karena jika pada siklus II belum mencapai target yang diinginkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan.

H.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai

berikut:

1. Adanya peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor) setiap

siklusnya, yaitu dengan ketuntasan klasikal mencapai minimal 75% dari

jumlah siswa memperoleh nilai minimal 66, mulai berkembang atau

terampil.

2. Terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa setiap siklusnya.


(1)

4. Tahap Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe group investigation. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.Hasil dari siklus II digunakan untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Karena jika pada siklus II belum mencapai target yang diinginkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan.

H.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotor) setiap siklusnya, yaitu dengan ketuntasan klasikal mencapai minimal 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai minimal 66, mulai berkembang atau terampil.

2. Terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa setiap siklusnya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IVC SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation hasil belajar siswa meningkat. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa, diperoleh nilai rata-rata 68,68 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 64% kategori “sedang”. Pada siklus II nilai rata-rata kognitif meningkat 6,42 menjadi 75,10 dengan peningkatan persentase sebesar 16% menjadi 80% kategori “tinggi”. Hasil belajar afektif siswa siklus I memperoleh nilai rata-rata 61,25 kategori “mulai terlihat”, pada siklus II meningkat pada kategori “mulai berkembang” dengan nilai rata-rata 76,00. Sedangkan hasil belajar psikomotor siswa siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,65 kategori “cukup terampil”, pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,70 dengan kategori “terampil”.

B.Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan bagi siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran khususnya dalam bertanya jika siswa belum mengerti materi yang dijelaskan


(3)

guru. Selalu berusaha mengerjakan tugas individu dengan mandiri atau melakukan kerjasama yang baik saat diberikan LKS kelompok. Banyak mengerjakan latihan soal saat dirumah, agar pengetahuan lebih meningkat. 2. Bagi Guru

Peneliti berharap agar guru dapat menciptakan suasana keakraban dengan siswa akan membuat mereka berani untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika tidak memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Peneliti juga berharap guru dapat menerapkan model cooperative learning tipe group investigation dalam peroses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerjanya.

3. Bagi Sekolah

Peneliti berharap kepada sekolah agar melakukan inovasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapakan model cooperative learning tipe group inverstigation pada jenjang kelas lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Bentari Buana Murni. Jakarta.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Presrtasi Pustaka. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. . 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonersia Edisi ke Tiga. Balai Pustaka. 2008. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Husamah dan Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

I.G.A.K, Wardhani dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Alfabeta. Bandung.

Nuh, Mohammad. 2013. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.


(5)

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghasapi Sertifikasi Guru. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Nurgiyanto. Burhan. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Yogyakarta

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Resmini, Novi dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya. UPI PRESS. Bandung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Lerning itu Perlu.

Ghalia Indonesia. Bogor.

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Depdinas PPPG Matematika. Yogyakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Nusa Media. Bandung.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka. Belajar.Yogyakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Tim Penyusun. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 88

JUDUL INDONESIA: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 87

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 65