Bait strophe Suku kata syllabe
43
muet pada kata ini juga dilafalkan dengan mengikuti aturan pelafalan [ ə] muet
pada puisi yaitu jika [ ə] muet terdapat di antara dua bunyi konsonan maka bunyi
[ ə] muetnya menjadi dilafalkan dan dihitung sebagai suku kata.
Yang terakhir adalah kata diérèse keempat pada larik kedelapan pada kata mendiants sebagai berikut:
Et les mendiants leurs Ave Et les mendiants leurs Ave
[e le m
dj lœ
ʀ a vɛ ] [e le m
44
yaitu pada kata nuits dan puis yang masing-masing memberi tekanan di akhir larik pada bunyi vokal [
ɥ]. Menurut nilainya, bait ini memiliki rima miskin rimes pauvres dan rima cukupan rimes sufissantes. Rima miskin terlihat pada kata
nuits dan puis yang hanya memiliki satu sonoritas yang sama yakni bunyi vokal [
ɥ]. Sementara rima cukupan terdapat pada kata avance dan l’Espérance
s]. Menurut susunannya, bait pertama memiliki pola rima berpeluk rimes embrassées dengan pola ABBA.
Berikutnya dibahasa rima pada bait kedua sebagai berikut: Lamour lourd comme un ours privé
A Dansa debout quand nous voulûmes
B Et loiseau bleu perdit ses plumes
B Et les mendiants leurs Ave
A Pada bait kedua, sifat rima maskulin terdapat pada larik kelima dan kedelapan
pada kata privé dan Ave yang masing-masing memberi penekanan pada vokal [e]. Sementara rima feminine terdapat pada larik keenam dan ketujuh pada kata
voulûmes dan plumes yang diakhiri oleh vokal e muet. Menurut nilainya, bait ini memiliki rima cukupan dan rima kaya rimes riches. Rima cukupan pada kata
privé dan Ave yang memiliki dua sonoritas yang sama yaitu bunyi [v, e]. Sementara kata voulûmes dan plumes merupakan rima kaya karena memiliki tiga
bunyi dengan sonoritas yang sama yaitu bunyi [l, u, m]. Sementara menurut susunannya, bait ini juga berpola berpeluk sebagaimana bait pertama.
Selanjutnya adalah rima pada bait terakhir atau bait ketiga sebagai berikut: On sait très bien que lon se damne
A Mais lespoir daimer en chemin
B Nous fait penser main dans la main
B A ce qua prédit la tzigane
A
45
Dalam bait ketiga terdapat rima feminin yaitu pada kata damne dan tzigane yang
memiliki vokal e muet di akhir kata. Sementara rima maskulin nampak pada kata chemin dan main yang memberi tekanan pada bunyi vokal [
Menurut nilainya, bait ketiga memiliki rima miskin dan rima cukupan sebagaimana bait pertama.
Hal ini terlihat pada kata damne dan tzigane yang hanya memiliki satu sonoritas yang sama pada bunyi vokal [a] sehingga bernilai rima miskin. Sementara rima
cukupan terlihat pada kata chemin dan main yang memiliki dua sonoritas yang sama pada bunyi [m,
Bait ketiga ini juga memiliki rima berpeluk dengan pola ABBA.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari puisi La tzigane yaitu memiliki rima maskulin dan rima feminin dengan jumlah yang seimbang yaitu masing-
masing berjumlah 3 pasangan rima. Menurut nilainya, puisi ini memiliki 2 pasangan rima miskin rimes pauvres, 3 pasangan rima cukupan rimes
sufissantes dan 1 pasangan rima kaya rimes riches. Pasangan rima kaya hanya terjadi pada bait kedua sehingga seakan-akan terdapat keistimewaan pada bait
kedua. Selain itu, kesemua bait dalam puisi ini menggunakan rima berpeluk rimes embrassées berpola ABBA yang menggambarkan ketertutupan dan
memiliki suasana yang sama dari awal hingga akhir. d.
Ritme rythme Setelah analisis rima, selanjutnya puisi dianalisis menurut ritmenya.
Dalam analisis ritme ini, akan dibahas sejumlah pemotongan yang meliputi jeda pendek coupe dan jeda panjang césure serta pemenggalan larik enjambement
yang terdapat pada puisi La tzigane karya Guillaume Apollinaire.
46
1 Jeda pendek dan jeda panjang
Dalam puisi La tzigane dianalisis jeda pendek dan jeda panjang. Jeda panjang césure yang membagi larik menjadi dua bagian dengan
menggunakan tanda sementara tanda untuk jeda pendek coupe adalah , Pembahasan dimulai dari bait pertama, yaitu:
La tzigane savait davance 4 4
Nos deux vies barrées par les nuits 3
5 Nous lui dîmes adieu et puis
6 2
De ce puits sortit lEspérance 3
5 Pada bait pertama di atas, terdapat sejumlah jeda pendek yang membagi
larik masing-masing kedalam dua metrum. Larik pertama memiliki ukuran metrum 44, larik kedua bermetrum 35, larik ketiga bermetrum 62,
sedangkan larik keempat bermetrum 35. Pada bait ini tidak terdapat jeda panjang césure yang membagi larik kedalam dua bagian hémistiche yang
sama. Selanjutnya analisis ritme pada bait kedua sebagai berikut:
Lamour lourd comme un ours privé 3
5 Dansa debout quand nous voulûmes
4 4
Et loiseau bleu perdit ses plumes 5
3 Et les mendiants leurs Ave
5 3
Bait kedua masih didominasi oleh sejumlah jeda pendek yang membagi
larik masing-masing kedalam dua metrum. Larik kelima memiliki ukuran metrum 35, larik keenam bermetrum 44, larik ketiga bermetrum 53,
47
sedangkan larik kedelapan bermetrum 53. Pada bait ini tidak terdapat jeda panjang césure yang membagi larik kedalam dua bagian hémistiche yang
sama sebagaimana bait pertama. Berikutnya analisis ritme pada bait ketiga sebagai berikut:
On sait très bien que lon se damne 3
5 Mais lespoir daimer en chemin
3 5
Nous fait penser main dans la main 4
4 A ce qua prédit la tzigane
5 3
Pada bait terakhir di atas juga tidak tampak adanya jeda panjang atau césure. Masing-masing larik memiliki jeda pendek atau coupe yang membagi
larik kedalam dua metrum. Larik kesembilan memiliki metrum berukuran 35, larik kesepuluh bermetrum 35, larik kesebelas memiliki metrum berukuran
44, sementara larik keduabelas memiliki metrum berukuran 53. 2
Pemenggalan larik enjambement Dalam suatu pemenggalan terdapat rejet maupun contre-rejet. Bagian
kesatuan sintaksis yang dibuang pada larik selanjutnya disebut rejet, sedangkan kalimat yang terpotong dan dituntaskan dalam larik selanjutnya
disebut contre-rejet. Pada puisi La tzigane terdapat tiga pemenggalan kesatuan sintaksis dalam larik-lariknya. Enjambemem pertama dalam puisi ini terjadi
pada bait pertama sebagai berikut:
Nous lui dîmes adieu et puis De ce puits sortit lEspérance
Kami mengucapkan perpisahan padanya dan lalu Dari sumur ini munculah Harapan
48
Kedua larik di atas merupakan satu kesatuan yang maknanya terpenggal sehingga terjadi pemenggalan. Dalam pemenggalan tersebut, frasa et puis
merupakan contre-rejet yang menandakan bahwa kalimat belum terselesaikan dan kesatuan gramatikalnya terselesaikan dalam larik selanjutnya.
Pemenggalan tersebut menggambarkan harapan yang muncul dari dalam sumur seketika setelah narator mengucapkan salam perpisahan.
Pemenggalan kedua terdapat pada bait kedua sebagai berikut: Lamour lourd comme un ours privé
Dansa debout quand nous voulûmes Cinta yang berat bagai beruang terisolasi
Tegap menari ketika kami mau Pada kedua larik di atas terjadi pemenggalan berupa rejet pada verba
berkonjugasi dansa. Kata tersebut merupakan verba yang dimiliki subjek l’amour yang kesatuan sintaksisnya berada di larik sebelumnya. Akibatnya
terjadi pemenggalan karena masing-masing larik tidak dapat berdiri sendiri secara makna jika terpisahkan. Pemenggalan tersebut menggambarkan cinta
yang bagaikan beruang menari ketika narator menginginkan hal itu terjadi. Pemenggalan terakhir masih terdapat pada bait kedua yaitu pada larik
ketujuh dan kedelapan sebagai berikut:
Et loiseau bleu perdit ses plumes Et les mendiants leurs Ave
Dan burung biru kehilangan bulu-bulunya Dan para pengemis kehilangan doa Ave mereka
Pemenggalan yang terjadi pada kedua larik di atas diakibatkan oleh
penyimpangan gramatikal yang melesapkan verba untuk larik kedua. Kata perdit merupakan contre-rejet yang juga memiliki kesatuan secara gramatikal
49
dengan latik kedelapan. Hal ini dikarenakan tanpa verba tersebut larik kedua tidak dapat diterima secara gramatikal. Pemenggalan tersebut ditujukan untuk
mematuhi jumlah suku kata larik octosyllabe 8 suku kata sehingga harus dilesapkan. Pemenggalan tersebut menggambarkan para pengemis yang
kehilangan doa Ave mereka sebagaimana burung biru yang kehilangan bulu- bulunya.
Dari analisis ritme pada tataran jeda pendek dan jeda panjang di atas diketahui bahwa puisi La tzigane tidak memiliki jeda panjang atau césure yang
membagi larik kedalam bagian hémistiche. Hal ini dikarenakan larik-larik puisi ini berjenis octosyllabe dengan jumlah delapan suku kata yang termasuk kedalam
larik pendek sehingga tidak memerlukan adanya césure. Hal ini membuat pembacaan larik puisi menjadi berkesan lancar tanpa hambatan. Sementara itu
terdapat juga pemenggalan yang dilakukan untuk memenuhi aturan larik octosyllabe pada puisi ini.