Pengadaan Data Prosedur Analisis Konten
35
BAB IV ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK
PUISI LA TZIGANE KARYA GILLAUME APOLLINAIRE
A.
Analisis Struktural Puisi La tzigane 1.
Aspek Bunyi Puisi La tzigane
Pada analisis aspek bunyi ini terdapat beberapa bunyi vokal dan konsonan yang dominan pada setiap baitnya. Berikut bebunyian dominan di setiap puisi
beserta dengan bunyi yang ditimbulkan oleh kombinasi asonansi dan aliterasi. Tabel 4. Aspek Bunyi Puisi La tzigane
Bait Bunyi dominan
Efek yang ditimbulkan Vokal
Konsonan 1
[i], [a], [ø] [d], [n], [s]
Bunyi keras, memekak, terhambat dan mendesis mendukung suasana tidak
menyenangkan. 2
[u], [a] [m], [d]
Bunyi keras, suram dan terhambat namun juga lembek mendukung suasana
duka. 3
[ ɛ ], [
[m], [d], [s] Bunyi keras, sengau, mendesis dan
terhambat.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat bunyi dominan yang kontras antara bunyi bernada lembut, halus, licin, dan pelan yang dinyatakan
melalui bunyi vokal [a, ø, ɛ ] dan bunyi konsonan lancar [m, n, s] dengan bunyi
bernada keras, tajam, kaku, kasar, dan tertahan yang dinyatakan melalui bunyi vokal [i, u] dan bunyi konsonan terhambat [d] dan bunyi konsonan terhambat [b,
d].
36
Analisis aspek bunyi pada puisi La tzigane dimulai dari judul puisi sebagai berikut:
La tzigane [la zigan]
Dari judul terlihat asonansi bunyi vokal [a] yang memperlihatkan bunyi keras dan kuat. Pada judul tidak terlihat aliterasi atau konsonan yang dominan. Asonansi [a]
dikombinasikan dengan konsonan [l], [g] dan [n] yang berada didekatnya menimbulkan bunyi yang terhambat, keras, namun juga lamban di awal. Hal ini
memperlihatkan suasana yang sentimental. Selanjutnya akan dibahas aspek bunyi dalam setiap bait dimulai dari bait
pertama sebagai berikut: La tzigane savait d’avance
[lazigan əsavedav
s] Nos deux vies barrées par les nuits
[nodøviba ʀ eparlenɥ i]
Nous lui dîmes adieu et puis [nulyidimadiøep
ɥ i] De ce puits sortit lEspérance
[dǝsǝ pyis ɔ rtilɛ speʀ
s] Bait pertama didominasi oleh asonansi bunyi [i], [a], [ø] yang memberi
efek ketajaman perasaan narator melalui bunyi-bunyi keras, tajam, serta nyaring. Sementara aliterasi bunyi yang banyak digunakan ialah bunyi desis [s], konsonan
lembek [n], dan bunyi konsonan terhambat [d] sebagaimana terlihat pada bunyi pada kata-kata savait, d’avance, l’Espérance, nos, nous, dimes, adieu. Perpaduan
asonansi dan aliterasi tersebut menciptakan efek desisan namun tajam, nyaring, dan juga tertahan. Hal ini menunjukan rasa canggung dalam diri narator sehingga