diduplikasi seperti layaknya data digital. Watermarking sebagai metoda untuk pelabelan hak cipta dituntut memiliki berbagai kriteria ideal sebagai berikut agar
memberikan unjuk kerja yang bagus: 1.
Label Hak Cipta yang unik mengandung informasi. 2.
pembuatan, seperti nama, tanggal, dst, atau sebuah kode hak cipta. 3.
Data ter-label tidak dapat diubah atau dihapus robustness secara langsung oleh orang lain atau dengan menggunakan software pengolahan sinyal sampai
tingkatan tertentu. 4.
Pelabelan yang lebih dari satu kali dapat merusak data digital aslinya, supaya orang lain tidak dapat melakukan pelabelan berulang terhadap data yang telah
dilabel. Berbagai pengolahan sinyal digital yang mungkin dilakukan terhadap berbagai
tipe data digital, antara lain untuk citra adalah : Filter seperti blur, konversi DAAD, crop Pemotongan, Scaling, Rotasi, Translasi, kompresi loosy
contohnya JPEG, konversi format, perubahan tabel warna. Untuk video, kompresi loosy contohnya MPEG, konversi format, konversi DAAD. Dan untuk audio
adalah : crop, filter, equalisasi, kompresi loosy contohnya MP3, konversi sample rate, format, konversi DAAD, pengaruh echo, noise, dan sinyal lain [9].
2.4.7 Proses Watermarking
Proses-proses yang secara umum dilakukan pada penyisipan label pada file data asli data original dengan pemasukan sebuah kunci key adalah seperti Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Proses Watermarking
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 2.7, proses watermarking, terdapat komponen key atau lebih populer dengan password, key ini digunakan untuk mencegah penghapusan secara
langsung oleh pihak tak bertanggung jawab dengan menggunakan metoda enkripsi yang sudah ada. Sedangkan ketahanan terhadap proses-proses pengolahan lainnya, itu
tergantung pada metoda watermarking yang digunakan. Tetapi dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan belum ada suatu metoda watermarking yang ideal
bisa tahan terhadap semua proses pengolahan digital. Biasanya masing-masing penelitian menfokuskan pada hal–hal tertentu yang dianggap penting. Penelitian
dibidang watermarking ini masih terbuka luas dan semakin menarik, salah satunya karena belum ada suatu standar yang digunakan sebagai alat penanganan masalah hak
cipta ini. Sistem watermarking terdapat 3 sub-bagian yang membentuknya yaitu:
a. Penghasil Label Watermark b. Proses penyembunyian Label
c. Menghasilkan kembali Label Watermark dari data yang ter-watermark. Terdapat kontraversi antara beberapa penelitian mengenai masalah:
1. Label Watermark harus panjang atau hanya memberitahu ada tidaknya
watermark pada data digital yang ter-watermark. Maksudnya bila label yang panjang, maka kita dapat mendapatkan informasi tambahan dari data yang ter-
watermark tersebut, sedangkan sebaliknya hanya diperoleh ada tidaknya ada atau tidak ada watermark dalam data ter-watermark.
2. Cara menghasilkan kembali ekstrasi atau verifikasi label watermark tersebut
apakah diperlukan data digital aslinya, atau tidak. Dari hasil penelitian memberikan hasil bahwa verifikasi dengan menggunakan data aslinya akan
memberikan performansi yang lebih baik dibandingkan dengan cara yang tanpa menggunakan data asli. Dan cara ini dapat digunakan untuk menangani
masalah pengakuan kepemilikan oleh beberapa orang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Proses Ekstrak dengan data asli
Gambar 2.9 Proses Ekstrak tanpa data asli Gambar 2.8 proses ekstraksi data ter-label hasil proses watermarking dibandingkan
dengan data asli berupa teks maupun citra yang menghasilkan data label berupa data yang disisipkan label. Sedang Gambar 2.9 proses ekstraksi data ter-label hasil
proses watermarking dibandingkan tanpa data asli berupa teks maupun citra yang menghasilkan data label berupa data yang disisipkan label.
Label watermark adalah sesuatu datainformasi yang akan kita masukkan ke dalam data digital yang ingin di-watermark. Ada 2 jenis label yang dapat digunakan:
1. Label text yaitu label watermark dari teks biasanya menggunakan nilai-nilai ASCII dari masing-masing karakter dalam text yang kemudian dipecahkan atas bit-per-
bit, kelemahan dari label ini adalah, kesalah pada satu bit saja akan menghasilkan hasil yang berbeda dengan text sebenarnya.
2. Label non text berupa Logo atau Citra atau Suara. Berbeda dengan label text,
kesalahan pada beberapa bit masih dapat memberikan persepsi yang sama dengan aslinya oleh pendengaran maupun penglihatan kita, tetapi kelemahannya adalah
ukuran data yang cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
Teks dan non teks
Gambar 2.10 Jenis label pada saat Pelabelan [9]
2.5 Teknik Watermarking dengan Metode RSPPMC pada Citra Digital