Rangkuman Pengalaman Lapangan Nilai Kecantikan Perempuan (Studi Etnografi Tentang Nilai Kecantikan oleh Pelanggan Salon Kecantikan di Pasar 1 Kelurahan Padang Bulan Medan)

M e d a n . K e m u d i a n p e n e l i t i m e n g a t e g o r i k a n d a t a t e r s e b u t b e r d a s a r k a n k a t e g o r i - k a t e g o r i y a n g t e r k a n d u n g d a l a m d a t a t e r s e b u t . K e m u d i a n h a s i l a n a l i s i s t e r s e b u t d i p a p a r k a n d a l a m l a p o r a n h a s i l p e n e l i t i a n b e r u p a s k r i p s i .

1.6. Rangkuman Pengalaman Lapangan

Hari pertama tanggal 24 Juni 2014, pukul 15.40 WIB peneliti mulai kelapangan dengan mengunjungi salon yang pertama yakni salon Ice yang terletak di jalan Harmonika No 4 Pasar 1, Padang Bulan, Medan. Awalnya peneliti sangat khwatir apakah nantinya pemilik salon tersebut memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di salonnya. Sebelum sampai di salon Ice peneliti bersama seorang teman berencana untuk melakukan pendekatan dengan pemilikkaryawan salon terlebih dulu. Untuk mempermudah pendekatan dengan pemilikkaryawan, peneliti seolah-olah menjadi pelanggan yang ingin melakukan perawatan di salon itu. Peneliti meminta karyawan untuk creambath rambut di salon itu. Peneliti mulai memberanikan diri berbicara dengan seorang karyawan yang bernama Siska Tampubolon 27 tahun yang sudah 1 tahun 2 bulan bekerja di salon Ice pada saat itu. Peneliti merasa nyaman saat berbicara dengan karyawan tersebut karena beliau sangat ramah, hal itu semakin membuka jalan untuk peneliti memberanikan diri memberitahu maksud dan tujuan peneliti yang sebenarnya. Sore itu hanya ada lima orang di salon itu, peneliti bersama seorang teman yang sedang di creambath rambutnya ditambah dengan dua karyawan yang sedang mengcreambath rambut peneliti dan temannya, lalu ada satu orang lagi yang sedang duduk sambil menonton TV yang ternyata itu adalah pemilik salon Ice tersebut. Hampir 2 jam peneliti di salon itu tidak ada satu pun pelanggan yang tampak selain peneliti dan temannya. Kak Siska 27 tahun mengatakan sebelum peneliti datang sudah ada beberapa pelanggan yang berkunjung ke salon untuk smooting Universitas Sumatera Utara rambut dan creambath juga. Peneliti dan kak Siska cukup banyak bercerita pada saat itu karena peneliti ingin melakukan pengembangan raport yang baik dengan beliau. Jujur saja pertama kali melihat pemilik salon Ice peneliti sangat takut sekali berbicara dengannya karena melihat wajahnya yang agak cuek pada saat itu. Dengan berjalannya waktu, peneliti akhirnya menemui beliau dan ternyata jauh seperti yang diduga peneliti, pemilik itu juga sangat ramah bahkan mengizinkan untuk melakukan penelitian di salon tersebut. Peneliti sangat senang sekali mendengar hal itu, dan juga menjelaskan mengapa memilih salon Ice sebagai objek penelitian. Pemilik yang bernama Marice br Hutabarat biasa dipanggil Ice itu menyetujui permintaan peneliti. Jam terus berputar sehingga sudah menandakan hari itu sudah agak gelap, peneliti memutuskan untuk memulai penelitiannya di keesokan harinya. Berhubung juga karena pelanggan pada hari itu belum juga ada. Kak Ice si pemilik salon mengatakan lebih baik datang sore saja sekitaran pukul 16.00 WIB karena biasanya saat itu yang banyak pelanggannya. Peneliti menggangguk tanda setuju dengan pendapat kakak itu dan mengucapkan terimakasih lalu pamit pulang. Keesokan harinya peneliti berkunjung kembali ke salon itu, tetapi tidak sebagai pelanggan lagi melainkan sudah menjadi peneliti sesungguhnya karena sudah mendapat izin dari pemilik salon sebelumnya. Masih dengan perasaan sedikit agak takut-takut mungkin karena belum terbiasa, sesampai di salon Ice peneliti langsung menuju tempat duduk yang disediakan untuk tamu lalu memberikan senyuman kepada kak Ice dan kedua karyawannya yang pada saat itu mereka sedang sibuk melayani pelanggan. Setelah kak Ice selesai mengerjakan tugasnya yakni mengecat hitam rambut seorang nenek yang sudah cukup tua dan menghampiri peneliti. Ia mengatakan kalau nenek itu masih keluarga, dan juga menjelaskan kepada peneliti bahwa nenek itu sering mengecat rambut karena kalau tidak dicat rambutnya, kepala nenek itu menjadi gatal. Peneliti tersenyum mendengar cerita kakak berkulit hitam manis itu. Peneliti juga melihat ada dua orang lagi dipegang kedua karyawan salon itu yang sedang creambath juga masih keluarga dekat pemilik salon tersebut. Universitas Sumatera Utara Peneliti mulai bertanya kepada pemilik salon Ice mengenai identitas diri secara mendalam. Kemudian sejarah berdirinya salon Ice, modal awalnya, sampai pada penghasilan per bulannya. Karena kakak itu cukup terbuka orangnya peneliti tidak begitu sulit untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Berapa gaji daripada kedua karyawannya lalu mencari tahu perawatan apa saja yang ada di salon itu. Semua data itu didapat peneliti langsung dari kak Ice sendiri. Kak Ice memberitahu peneliti kalau akhir-akhir ini pelanggan agak sunyi tidak seperti biasanya. Ia mengatakan “mungkin karena panas kali ya dek di luar jadi orang malas keluar rumah atau mungkin karena sekarang mahasiswa USU sedang ujian jadi berkurang pelanggan karena sebagian besar pelanggan itu adalah mahasiswa dek”. Disini biasanya hari sabtu-minggu ramai dek, pokoknya nanti kalau ramai pelanggan kakak kabari kamu ya dek, kata kakak itu lagi. Sudah pukul 18.20 WIB peneliti melihat jam dinding yang ada di salon itu, ada dua orang teman kak Ice yang peneliti dengar sudah langganannya ketika Ia masih bekerja untuk orang lain atau belum buka salon sendiri. Peneliti senang sekali karena mengira kedua pelanggan itu bisa dijadikan informan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti. Mereka mau facial di salon Ice lalu peneliti meminta tolong kepada kak Ice supaya mereka bersedia diwawancarai untuk melengkapi data peneliti. Namun tidak diduga mereka menolak untuk diwawancarai dengan alasan yang kurang enak sebenarnya yakni mereka bilang nanti tidak tahu menjawab pertanyaan peneliti. Dengan perasaan yang sedikit kecewa karena memang tidak bisa memaksa orang juga supaya mau jadi informan, peneliti akhirnya pamit pulang dan melanjutkan penelitian di keesokkan harinya lagi. Peneliti kembali lagi pada hari jumat tanggal 27 juni 2014, pagi itu salon masih sepi belum ada pelanggan yang berkunjung. Peneliti ditemani salah satu karyawan salon Ice yakni kak Siska 27 tahun yang sedang menonton TV sembari menunggu pelanggan. Tidak lama kemudian pelanggan pertama datang pada hari itu untuk memotong rambut, lalu pelanggan yang lain pun berdatangan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara perawatan rambut lainnya seperti cuci rambut, creambath, smooting pelurusan rambut. Hari ketiga inilah peneliti mulai mendapat informan pertama, yakni seorang perempuan yang dalam masa pencarian kerja baru lulus sarjana kehutanan sedang creambath di salon Ice. Saat itu ia baru saja datang dari kota Pematangsiantar, karena hari itu beliau ada interview di hotel J.W.Marriot. peneliti menanyakan kepada informan itu apakah karena interview tersebut sehingga ia menyempatkan diri ke salon dulu? Kemudian peneliti mencoba mewawancarainya. Informan yang bernama Maharani br Purba 23 tahun itu sambil tersenyum malu-malu menjawab pertanyaan peneliti: “Tidak, karena kebetulan kakak sudah lama tidak berkunjung ke salon ini jadi kakak kangen. Cantik itu menurut kakak yang penting terawat seperti berpenampilan rapi, bersih, tidak acak-acakan. Kalau cantik dari segi inner beautynya penting juga tetapi mungkin dapat dilihat setelah kenal dengan orang dalam jangka waktu yang agak lama. Jadi kakak lebih melihat dari segi penampilannya tadi, dan alasannya supaya enak dipandang oranglain atau lebih menarik perhatian termasuk laki-laki”. Setelah banyak ngobrol dengan informan yang pertama, lalu peneliti menunggu pelanggan yang lain supaya dijadikan informan. Lalu pelanggan yang lain pun datang, “adek ini memang pelanggan tetap di salon ini” tutur kak Siska karyawan salon Ice. Saat itu ia mau cuci rambut di salon tersebut karena air di rumahnya mati. Ia cerita kalau sudah dua hari tidak cuci rambut sehingga ia pergi ke salon saja. Sedikit berbeda dengan pernyataan informan yang pertama, informan yang kedua bernama Chrismaya br Sihombing 21 tahun menjelaskan bahwa cantik itu seperti: “orang memang banyak melihat cantik itu dari segi fisiknya, namun saya lebih mengutamakan kecantikan dari segi inner beautynya dulu kak. Hati bersih, ramah, dan tidak sombong lebih penting buat saya, karena untuk apa cantik diluar tetapi didalam hati busuk. Memang saya sering ke salon supaya enak dilihat orang dan juga saya merasa nyaman bagi diri sendiri serta manjadi lebih percaya diri. Kadang saya ke salon untuk refreshing atau menghilangkan stress saja”. Hari ini peneliti mendapatkan sekaligus dua informan dari kalangan yang berbeda. Namun sayang, mereka tidak melanjutkan perawatan dirumah melainkan hanya di salon saja sehingga peneliti belum mendapatkan informasi yang lebih mendalam lagi. Universitas Sumatera Utara Peneliti kembali ke lapangan pada tanggal 8 Juli 2014, dimana peneliti berkunjung ke salon yang berbeda dari sebelumnya. Peneliti memberanikan diri untuk mengunjungi salon kedua yang juga menjadi tempat peneliti melakukan penelitian yakni salon Charamel yang tidak jauh berada dari salon Ice. Seperti peneliti baru pertama kali melakukan penelitian di salon Ice, seperti itu juga yang peneliti lakukan di salon charamel. Peneliti juga melakukan perawatan terlebih dahulu sebelum menyampaikan maksud kedatangan peneliti untuk meminta izin kepada pemilik salon tersebut. Ternyata peneliti disambut baik oleh pemilik salon Charamel yang bernama kak Melda br Purba 32 tahun. Pada hari itu juga banyak informasi yang diketahui oleh si peneliti melalui penjelasan dari kak Melda. Mengenai sejarah salonnya yang akan peneliti jelaskan di bab selanjutnya dan mengenai banyak hal lagi tentang salonnya itu. Tidak lama kemudian pelanggan mulai berdatangan, di sanalah peneliti mulai mewawancarai pelanggan yang juga nantinya akan dijadikan sebagai informan demi tercapai data yang dicari oleh si peneliti. Ada pelanggan yang mau untuk diwawancarai, namun ada pula pelanggan yang tidak mau untuk diwawancarai. Tetapi di sini si peneliti tidak boleh memaksa kehendak para pelanggan. Begitulah untuk hari-hari selanjutnya yang dilakukan oleh si peneliti guna mendapatkan informasi dan kelengkapan data. Dalam mencari informan untuk diwawancarai ada mudah dan ada susahnya, karena kerap kali informan disibukkan dengan berbagai alasan seperti malu untuk ditanyain dan ada juga yang sibuk dengan Gadgetnya serta dengan alasan-alasan lainnya. Universitas Sumatera Utara B A B I I G A M B A R A N U M U M L O K A S I P E N E L I T I A N 2 . 1 . S e j a r a h S i n g k a t K o t a M e d a n K o t a M e d a n d i d i r i k a n o l e h G u r u P a t i m p u s S e m b i r i n g P e l a w i p a d a t a h u n 1 5 9 0 . J o h n A n d e r s o n , o r a n g E r o p a p e r t a m a y a n g m e n g u n j u n g i D e l i p a d a t a h u n 1 8 3 3 m e n e m u k a n s e b u a h k a m p u n g y a n g b e r n a m a M e d a n . K a m p u n g i n i b e r p e n d u d u k 2 0 0 o r a n g d a n s e o r a n g p e m i m p i n b e r n a m a T u a n k u P u l a u B e r a y a n s u d a h s e j a k b e b e r a p a t a h u n b e r m u k i m d i s a n a u n t u k m e n a r i k p a j a k d a r i s a m p a n - s a m p a n p e n g a n g k u t l a d a y a n g m e n u r u n i s u n g a i . P a d a t a h u n 1 8 8 6 , M e d a n s e c a r a r e s m i m e m p e r o l e h s t a t u s s e b a g a i k o t a , d a n t a h u n b e r i k u t n y a r e s i d e n P e s i s i r T i m u r s e r t a S u l t a n D e l i p i n d a h k e M e d a n . T a h u n 1 9 0 9 , M e d a n m e n j a d i k o t a y a n g p e n t i n g d i l u a r J a w a , t e r u t a m a s e t e l a h p e m e r i n t a h k o l o n i a l m e m b u k a p e r u s a h a a n p e r k e b u n a n s e c a r a b e s a r - b e s a r a n . D e w a n k o t a y a n g p e r t a m a t e r d i r i d a r i 1 2 a n g g o t a o r a n g E r o p a , d u a o r a n g b u m i p u t r a , d a n s e o r a n g T i o n g h o a . Di akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 terdapat dua gelombang migrasi ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Melayu, Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sabagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang menjadi guru dan ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 Universitas Sumatera Utara tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

2.2. Kota Medan Secara Demografi