Peraturan Terkait dengan Penggunaan Lahan dan Pertanahan

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia Berkaitan dengan lingkungan hidup, disebutkan dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa dalam Pembangunan Nasional secara keseluruhan, termasuk sektor perikanan, harus berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, pencemaran lingkungan harus dicegah baik itu pencemaran darat, laut maupun udara. Hal ini juga selaras dengan sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 23 tahun 1997 yaitu di antaranya adalah tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Untuk mengurangi pencemaran laut Pemerintah juga telah merevisi Peraturan Pemerintah PP Nomor 20 Tahun 1990 mengenai Pengendalian Pencemaran Air dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengendalian pencemaran yang dilakukan adalah dengan menetapkan daya tampung beban pencemaran, melakukan inventarisasi sumber pencemar, dan memantau kualitas air. Di samping itu dalam PP No. 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut dalam pasal 9 – 12 disebutkan larangan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan pencemaran laut dan harus melakukan pencegahan terjadinya pencemaran tersebut.

4.4.2 Peraturan Terkait dengan Penggunaan Lahan dan Pertanahan

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 165 tahun 2000 tentang Tugas, Fungsi dan Wewenang Departemen Perikanan dan Kelautan dijelaskan bahwa Departemen Perikanan dan Kelautan berwenang dalam memberikan izin di bidang kelautan dan perikanan, di wilayah laut di luar 12 dua belas mil, termasuk perairan nusantara dan dasar lautnya, serta Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. Dalam perannya mengatur kebijakan perairan Indonesia, berdasarkan PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, Departemen Perikanan dan Kelautan didukung juga oleh Pemerintah Daerah sebagai daerah otonom dalam Komoditi Ikan Tangkap  19 Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia menentukan kebijakan-kebijakan berkaitan dengan eksplorasi sumber daya laut. Pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 607 Tahun 1975 jo No. 392 Tahun 1999 Tentang Jalur-Jalur Penangkapan ikan telah berupaya agar konflik antar nelayan terutama konflik vertikal dapat dihindari. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa daerah penangkapan ikan di laut dibagi atas 3 tiga Jalur Penangkapan, yaitu : Jalur Penangkapan ikan I meliputi perairan pantai diukur dari permukaan air laut pada surut terendah pada setiap pulau sampai dengan 6 enam mil laut ke arah laut, Jalur Penangkapan ikan II meliputi perairan di luar Jalur Penangkapan I sampai dengan 12 mil laut ke arah laut dan Jalur Penangkapan ikan III meliputi perairan di luar Jalur Penangkapan ikan II sampai dengan batas terluar ZEEI. Jalur Penangkapan I dialokasikan untuk kapal tanpa motor atau bermotor dengan ukuran maksimal 5 GT, Jalur Penangkapan II untuk kapal bermotor dengan ukuran maksimal 60 GT dan Jalur III diperuntukkan bagi kapal bermotor dengan ukuran lebih besar dari 60 GT.

4.4.3 Peraturan Terkait dengan Perdagangan dan Penanaman Modal Komoditi