Otonomi Daerah KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KOMODITI IKAN TANGKAP DAN PENGOLAHANNYA | Karya Tulis Ilmiah

Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia sangat luas, maka arah pemanfaatannya dilakukan melalui pendekatan multisektor agar dapat meminimalisasi terjadinya konflik dan keberlanjutan sumber daya tersebut tetap terjaga kelestariannya. 12.Sumber daya alam dikembangkan dan dimanfaatkan dengan memperhatikan keragaman jenis sumber daya alam yang ada di setiap wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan partisipasi masyarakat akan pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan melalui pemberdayaan terhadap berbagai institusi sosial dan ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak adat dan ulayat atas sumber daya alam termasuk bagi pemerintah daerah. 13.Pembangunan ekonomi diarahkan pada kegiatan yang ramah lingkungan sehingga pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan dapat dikendalikan, serta diarahkan pula pada pengembangan ekonomi yang lebih memanfaatkan jasa lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

4.1.2 Otonomi Daerah

Dalam era otonomi daerah, dengan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang telah diperbaharui dengan Undang- undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dijelaskan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang di antaranya meliputi : a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan Komoditi Ikan Tangkap 6 Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang c. Pengendalian lingkungan hidup d. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten kota. Dalam pengaturan urusan pemerintahannya, Pemerintah Provinsi haruslah berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Keterlibatan daerah dalam menentukan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan di daerahnya yang bersinergi terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan dicerminkan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam pembangunan daerah yang berkaitan dengan sektor primer terutama di bidang perikanan dan kelautan, Pemerintah Provinsi sebagai daerah otonom memiliki kewenangan sebagai berikut : a. Penataan dan pengelolaan perairan di wilayah laut Provinsi. b. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut kewenangan Provinsi. c. Konservasi dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi serta suaka perikanan di wilayah laut kewenangan Provinsi. d. Pelayanan izin usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan pada perairan laut di wilayah laut kewenangan Provinsi. e. Pengawasan pemanfaatan sumber-daya ikan di wilayah laut kewenangan Provinsi. Sedangkan wewenang Pemerintah Pusat terkait pembangunan sektor primer di bidang perikanan adalah : a. Penetapan kebijakan dan pengaturan eksplorasi, konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam perairan di wilayah laut diluar perairan 12 dua belas mil, termasuk perairan nusantara dan dasar lautnya serta Zone Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. Komoditi Ikan Tangkap  7 Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia b. Penetapan kebijakan dan pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan benda berharga dari Kapal tenggelam di luar perairan laut 12 dua belas mil. c. Penetapan kebijakan dan pengaturan batas-batas maritim yang meliputi batas-batas daerah otonom dilaut dan batas-batas ketentuan hukum laut internasional. d. Penetapan standar pengelolaan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil. e. Penegakan hukum di wilayah laut diluar perairan 12 dua belas mil dan di dalam perairan 12 dua belas mil yang menyangkut hal spesifik serta berhubungan dengan internasional. 4.2 Kebijakan Terkait dengan Penanaman Modal 4.2.1 Kebijakan Umum Penanaman Modal Secara garis besar, penanaman modal dalam rangka investasi ditinjau dari sumbernya dibagi 2 dua, yaitu Penanaman Modal dengan modal berasal dari dalam negeri dan penanaman modal dengan modal dari pihak asing luar negeri. Adapun dalam pelaksanaannya, penanaman modal baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri diatur, yaitu Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri dan Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Menurut UU No. 6 tahun 1968 yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yand disisihkan disediakan guna menjalankan suatu usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan penanaman modal asing menurut UU No.1 tahun 1967 adalah penanaman alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia atau alat-alat untuk perusahaan yang dimasukkan dari luar ke dalam negeri yang tidak dibiayai oleh devisa Indonesia. Penanaman Modal Asing PMA menurut UU No. 1 tahun 1967 yang Komoditi Ikan Tangkap 8 Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia dalam pelaksanaannya diperkuat oleh Undang-undang No. 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing juga memberikan batasan terhadap bidang-bidang yang tertutup bagi penanaman modal asing yaitu pada bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:: 1. Pelabuhan-pelabuhan 2. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum 3. Telekomunikasi 4. Pelayaran 5. Penerbangan 6. Air minum 7. Kereta api umum 8. Pembangkitan tenaga atom 9. Massmedia Menurut peraturan ini, penanaman modal di bidang penangkapan ikan dan industri pengolahannya tidak termasuk bidang yang tertutup investasi dengan Penanaman Modal Asing PMA.

4.2.2 Prosedur Penanaman Modal