Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
4.3.2 Strategi dan Program Pemerintah untuk Pengembangan Komoditi Ikan dan Pengolahannya
Daya Saing produk-produk Indonesia dihadapkan pada situasi persaingan perdagangan dunia yang semakin ketat. Antara lain
disebabkan karena adanya kuota perdagangan terhadap produk-produk tertentu Indonesia oleh negara maju, tuduhan dumping dan subsidi;
penetapan persyaratan standar teknis, dan negara maju menyelesaikan permasalahan sengketa dagang melalui forum bilateral dan regional,
yang seringkali merugikan negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Oleh karena itu penerapan Strategi Revitalisasi Industri Pengolahan Hasil Perikanan dipandang sangat penting untuk segera
dilaksanakan. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka revitalisasi tersebut
adalah :
1.
Penjaminan bahan baku dengan jalan peningkatan nilai tambah produk hasil yang akan diatur oleh Peraturan Pemerintah dan
jaminan ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan dalam negeri seperti dalam RUU RI Perikanan tahun 2004; melakukan
penataan perijinan usaha penangkapan ikan; peningkatan pelayanan perijinan usaha menuju efisiensi dan kemudahan dalam
perijinan perikanan yang dikeluarkan oleh daerah; menyempurnakan regulasi perijinan terhadap kapal lisensi.
Disamping itu mengembangkan armada penangkapan dan sarana pendukung penerapan sistem rantai dingin diatas kapal;
meningkatkan kualitas pelayanan usaha perikanan; meningkatkan pengawasan beroperasinya
Pump boat sekaligus melakukan penataan menuju proses legalisasinya; mengintegrasikan industri
pengolahan hasil perikanan dengan penangkapan melalui regulasi di bidang perijinan penangkapan ikan dan permodalan; serta
meningkatkan koordinasi pemberian ijin industri pengolahan dengan instansi teknis terkait juga dipandang dapat menjamin
ketersediaan bahan baku.
2.
Peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Bitung : pembangunan sarana
dan prasarana sub sektor perikanan dan maritim ke arah skala
Komoditi Ikan Tangkap
15
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
internasional dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan maritim di perairan Kawasan Timur Indonesia lebih efisien dan optimal.
Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum serta peningkatan koordinasi dengan instansi pengawas terkait.
3.
Peningkatan sistem pengawasan berbasis dan penegakan hukum serta peningkatan koordinasi dengan instansi
pengawas terkait khususnya dalam mengurangi IUU Fishing, serta peningkatan monitoring kapal perikanan di Pelabuhan Umum
Bitung, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pengawasan dalam rangka monitoring kapal, berkoordinasi dengan
daerah dalam pengeluaran ijin penangkapan ikan untuk kapal ukuran 30 GT, agar pengendalian lebih mudah dilakukan,
meningkatkan jumlah dan kualitas SDM pengawas, serta menyediakan perangkat hukum, kelembagaan dan administratif
serta penegakan hukum.
4.
Peningkatan akses pasar dengan jalan menfasilitasi pemasaran langsung melalui kerjasama bilateral dengan belajar dari
pengalaman negara lain, melakukan peningkatan mutu ikan hasil tangkapan dan diversifikasi produk, mendorong dunia usaha untuk
promosi ke berbagai negara, meningkatan mutu dan keamanan pangan dengan penerapan sistem manajemen mutu seperti HACCP,
mengusulkan keringanan bea masuk impor bahan bakubahan penolong untuk industri pengolahan hasil perikanan seperti tin
plate, pouch, soybean oil.
5.
Penciptaan iklim usaha kondusif dengan jalan memberlakukan instrumen kebijakan jenis-jenis ikan yang diawasi karena kebutuhan
di dalam negeri tidak tercukupi; memperjuangkan penghapusan PPN ikan bahan baku pengolahan ikan; mengurangi pungutan
retribusi atau bentuk pungutan lainnya.; serta mendorong industri pengolahan hasil perikanan untuk melakukan pembayaran tunai
kepada nelayan atas ikan yang dijualnya.
6.
Mempercepat realisasi keanggotaan organisasi internasional tuna seperti CCSBT, IOTC.
Komoditi Ikan Tangkap
16
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
7.
Mengusulkan dibentuknya Atase Perikanan khususnya di negara-negara yang menjadi tujuan pasar produk perikanan
Indonesia.
8.
Peningkatan diplomasi dalam perjanjian bilateral dan multilateral dengan negara produsen tuna di kawasan regional
guna mendukung pengembangan industri pengolahan hasil
perikanan di dalam negeri. Di samping itu, dalam Rakernas Departemen Kelautan dan Perikanan
2005 dirumuskan Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang meliputi:
1. Program Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Lainnya.
2. Program Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
3. Program Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan DKP mengusulkan pemberian
tax holiday atau keringanan pajak kepada investor asing yang berminat menanamkan modalnya di sektor perikanan secara integrasi
dari hulu hingga hilir. Pemberian tax holiday layak diterapkan karena mereka membantu mengembangkan industri perikanan di tanah air,
membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Hal ini
menyusul kebijakan DKP yang merencanakan pelarangan operasi kapal ikan asing di Indonesia pada 2007 mendatang. Indonesia
tidak lagi berminat meneruskan kerjasama bilateral berupa lisensi izin perikanan tangkap oleh tiga negara seperti Cina dan Thailand. Khusus
Filipina, justru lebih cepat, yakni pada Desember 2005. DKP merumuskan instrumenstasi kebijakan insentif fiskal yang
diharapkan dapat mendorong iklim investasi perikanan di tanah air. Bentuknya dapat berupa berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
PPN atau Pajak Ekspor PE untuk produk olahan yang akan dikirim ke pasar luar negeri. Tax holiday dapat diberikan antara satu hingga
Komoditi Ikan Tangkap
17
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
tiga tahun. Di samping itu, Departemen Perikanan dan Kelautan meningkatkan kerjasama dengan TNI AL guna menekan praktek illegal
fishing hingga 20 hingga akhir tahun. Kerugian negara yang mencapai 4 milyar dolar AS per tahun diharapkan dapat berkurang.
4.4
Kebijakan Sektoral Lain Terkait Komoditi Ikan dan Pengolahannya
4.4.1
Peraturan Terkait dengan Otonomi Daerah Otoda dan Lingkungan Hidup
Seiring dengan semangat reformasi, pemerintah membuat Undang- Undang Pemerintahan Daerah UUPD Nomor 22 Tahun 1999 yang
telah diubah dengan UU No. 32 tahun 2004 yang memberikan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, yang diwujudkan dengan
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara proporsional
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan pemerataan. Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan
mengenai kewenangan daerah yang memiliki wilayah laut dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan. Kewenangan untuk
mengelola sumber daya wilayah laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan
untuk provinsi dan 13 sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk KabupatenKota.
Kewenangan daerah terhadap sumber daya pesisir dan kelautan menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah meliputi
kewenangan dalam: a eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; b pengaturan kepentingan administratif;
c pengaturan tata ruang; d penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan pemerintah daerah atau yang dilimpahkan
kewenangannya oleh pemerintah; dan e ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; f ikut serta dalam pertahanan kedaulatan
negara.
Komoditi Ikan Tangkap
18
Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia
Berkaitan dengan lingkungan hidup, disebutkan dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa dalam
Pembangunan Nasional secara keseluruhan, termasuk sektor perikanan, harus berwawasan lingkungan. Oleh karena itu,
pencemaran lingkungan harus dicegah baik itu pencemaran darat, laut maupun udara. Hal ini juga selaras dengan sasaran pengelolaan
lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 23 tahun 1997 yaitu di antaranya adalah tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan
pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Untuk mengurangi pencemaran laut Pemerintah juga telah merevisi
Peraturan Pemerintah PP Nomor 20 Tahun 1990 mengenai Pengendalian Pencemaran Air dengan PP Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengendalian pencemaran yang dilakukan adalah dengan menetapkan
daya tampung beban pencemaran, melakukan inventarisasi sumber pencemar, dan memantau kualitas air. Di samping itu dalam PP No. 19
tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut dalam pasal 9 – 12 disebutkan larangan melakukan perbuatan
yang dapat menimbulkan pencemaran laut dan harus melakukan pencegahan terjadinya pencemaran tersebut.
4.4.2 Peraturan Terkait dengan Penggunaan Lahan dan Pertanahan