Flexible workers Pelanggaran hak berorganisasi

22 maupun di TNCs. Di masa krisis, bentuk kontrak ini berjalan tanpa mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu Permenaker No. 2 tahun 1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu. Berdasarkan peraturan tersebut, buruh hanya boleh dikontrak sebanyak 2 kali dengan total jangka waktu untuk 2 masa kontrak selama-lamanya 2 tahun, dan jika telah melebihi ketentuan tersebut, buruh harus menjadi buruh tetap. Perkembangan saat ini, banyak perusahaan mengontrak buruhnya selama ada pekerjaan dan jika perusahaan masih membutuhkan mereka; jika pekerjaan habis, maka kontrak pun berakhir. Seandainya suatu saat 1998. perusahaan ber-niat mempekerjakan mereka, perusahaan akan membuat kontrak baru lagi. 37

6. Pelanggaran hak berorganisasi

Karena tekanan luar negeri, Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi ILO No.87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlidungan Hak untuk Berorganisasi berdasarkan Keputusan Presiden No. 83 tahun 1998, yang ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1998. Keputusan ini kemudian dikuti dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 51998 tentang Pendaftaran Organisasi Pekerja yang 37 Wawancara dengan buruh PT W, KH Group, Ciparay - Majalaya Kabupaten Bandung, Mei 1999. 23 ditetapkan pada tanggal 27 Mei 1998. Dengan adanya keputusan ini 24 maka berdirilah banyak serikat buruh, baik lokal maupun nasional di luar SPSI. Meskipun keputusan kebebasan organisasi ini sudah dikeluarkan, pelanggaran hak berserikat masih saja terjadi. Pelanggaran ini dilakukan oleh Depnaker, pengusaha, Apindo, SPSI, dan Tentara. Bentuk- bentuk pelanggaran yang terjadi dapat berupa: 1 melarang berdirinya serikat buruh; 2 menolak mendaftarkan serikat buruh; 3 melarang menggunakan kata serikat buruh selain serikat pekerja; 4 melarang berdirinya serikat buruh independen selain SPSI; 5 menskorsing para organisator dan pengurus serikat buruh; 6 melakukan PHK terhadap pengurus serikat buruh; 7 melakukan stigma serikat buruh sebagai organisasi terlarang. Pelanggaran-pelanggaran di atas tentu saja melanggar dan bertentangan dengan Konvensi ILO No.87. Beberapa contoh untuk menjelaskan pelanggaran tersebut adalah sebagai berikut: Pelanggaran Hak Berserikat di PT MAF Majalaya. Setelah melakukan pengorganisasian selama dua tahun, buruh PT MAF mendeklarasikan berdirinya serikat buruh pada tanggal 27 Septermber 1998 dan satu minggu kemudian telah didaftarkan di Disnaker Kabupaten Bandung. 3HQJJXQDDQ NDWD ³VHULNDW EXUXK´ VHPSDW GLWHQWDQJ oleh Apindo. Setelah memperoleh izin Depnaker, Kepala Desa memanggil para pengurus serikat buruh, di sana sudah menunggu polisi dari Polda, Koramil Majalaya, Polsek 25 Majalaya, Camat Majalaya. Dalam undangan para pembesar daerah tersebut menuduh mereka melakukan organisasi terlarang yaitu organisasi Negara Islam Indonesia, dan tuduhan ini ditolak oleh buruh. Menurut pengakuan lurah, yang memerintahkan dan membuat undangan itu adalah Koramil Majalaya. Setelah sidang di kantor Desa, besoknya Ketua dan Sekretaris Serikat Buruh di ± PHK oleh pengusaha. Para buruh menolak PHK dan melakukan aksi menolak PHK terhadap pemimpin mereka, dan tuntutan mereka berhasil. Akan tetapi beberapa hari berikutnya dua orang polisi memanggil Ketua Serikat Buruh ke salah satu ruangan di perusahaan, yang dijaga oleh dua orang tentara. Di ruangan itulah Ketua Serikat Buruh di PHK oleh polisi. Pelanggaran Hak Berserikat di PT NT. Di PT NT, Disnaker menolak mendaftarkan Serikat Buruh PT NT. Alasan yang dikemukakan, karena serikat buruh bukan serikat pekerja dan pengurus serikat buruh sedang dalam masa skorsing. Ketika terjadi sidang perselisihan perburuhan dengan pengusahanya, P4D pun menolak keberadaan Serikat Buruh PT NT dan menganjurkan agar mereka diwakili oleh SPSI atau serikat yang terdaftar. Alasan utama pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi ILO No. 87 bukanlah karena ada perubahan mendasar mengenai politik perburuhan, melainkan karena kepentingan Indonesia untuk mendapatkan bantuan luar negeri. Sewaktu Indonesia berusaha keras mencari pinjaman luar negeri, muncullah kecaman keras dari anggota House of Representatives Mr. Bernard Sanders yang mengatakan bahwa pinjaman IMF kepada 26 Indonesia adalah illegal. Alasan yang dikemukakan Mr. Sanders berdasarkan buruknya kondisi perburuhan di Indonesia dari Annual Human Rights Report 1996 yang dibuat oleh US State Department. Dalam laporan tersebut diutarakan bagaimana buruknya per-lakuan pemerintah terhadap aktivis buruh dan kebebasan berorganisasi yang bertentangan dengan Konvensi ILO. Selain itu, Mr. Sanders juga mengajukan argumentasi, bahwa pinjaman USA bagi luar negeri hanya dapat diberikan bagi negara-negara yang telah menjalankan hak-hak perburuhan berdasarkan ketentuan-ketentuan standar perburuh-an. 38 Atas dasar 38 Representative Bernie Sanders, ³6DQGHUV RQ ,QGRQHVLDQ DLORXW ,W V ,OOHJDO´ Multinational Monitor, desakan ini, maka pemerintah pun mengeluarkan kebijakan politik yang cukup kontroversial, misalnya membebaskan Ketua SBSI Dr. Muhtar Pakpahan dan Ketua PPBI Dita Indah Sari.

7. Intervensi militer

Pada bulan Agustus 1998, Menhankam Pangab dan Menko Polkam menyetujui permintaan Menaker agar GDODP ³SHU-undingan bipartit DQWDUD EXUXK GDQ PDMLNDQ´ militer dan kepolisian tidak ikut campur. Persetujuan ini dilakukan dengan mengeluarkan instruksi Menhankam Pangab dan Menko Polkam kepada aparat November 1997, dan Marijke Torf, ³5HLQLQJLQWKH,07KHDVHRU Denying the IMF New Funding and 3RZHU´ Multinational Monitor, 27 di level daerah. 39 Instruksi tersebut belum efektif karena intervensi militer di daerah tetap terjadi. Misalnya dalam aksi buruh di PT PEP Texmaco Karawang Januari 1999, kesatuan Brimob terlibat aktif menekan para buruh untuk segera menghentikan mogok, dan setelah itu semua buruh discreening. Demikian juga dengan pemogokan di PT NT, Maret 1999, setelah pemogokan selesai, polisi terlibat aktif mengintimidasi buruh. Dalam kasus PHK terhadap sembilan orang PT SI, Brimob, Kopassus, dan Polisi aktif melakukan PHK terhadap mereka. Ketidakefektifan instruksi tersebut antara lain disebabkan karena SK Bakorstranas No. JanuaryFebruary 1998. 39 Pikiran Rakyat, 22 Agustus 1998. 0290 masih belum dicabut. Intervensi militer yang masih