Upah rendah JAS Vol 4 No 2 Situasi Krisis Titik Balik Kekuatan Buruh
19
berkeluarga dengan seorang anak yang belum sekolah
sebesar Rp
466.126,00.
32
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan AKATIGA pada
bulan Januari ± Maret 1998, jumlah upah berdasarkan KHM
untuk buruh perempuan lajang sebesar Rp 345.000,00 dan
bagi laki-laki lajang sebesar Rp 347.000,00.
Upah yang
diterima buruh pada saat itu baru memenuhi 50 dari
komponen KHM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Global Exchange, salah satu LSM yang berada di San
Fransisco, pada tahun 1998, upah minimum bagi seorang
buruh lajang berdasarkan biaya hidup adalah sebesar Rp
350.000,00.
33
Mengacu kepada
32
Herningsih, Ani, Pola Konsumsi Buruh, Kelompok Buruh Bandung,
Desember 1998.
33
FEER, Sweating It Out, December
ketiga sumber di atas, maka jumlah kenaikan UMR bagi
buruh di Indonesia masih belum memenuhi standar.
Berdasarkan peraturan-
peraturan se-belumnya,
demikian juga
dalam Permenaker No. 1 tahun 1999,
upah buruh masih dimasukkan sebagai
komponen biaya
produksi, tidak
ditentu-kan berdasarkan
besaran keuntungan
perusahaan. Artinya
keuntungan perusahaan atas hasil kerja
buruh, sepenuhnya
masih dimiliki perusahaan dan belum
dimiliki buruh.
Di bidang
pengupahan, reformasi sama sekali tidak terjadi. Hal ini
ditunjukkan, selain jumlah upah yang masih di bawah standar,
10,1998.
20
juga sama
sekali tidak
memenuhi prinsip utama dari pengupahan itu sendiri, yaitu
pembagian atas keuntungan didasarkan pada nilai lebih dari
barang yang dihasilkan buruh. Bagi
buruh di
Indonesia, kenaikan upah menjadi suatu
hal yang
paling sulit
diperjuangkan. Hal
ini disebabkan
oleh tiga hal,
pertama karena
kekuatan organisasi
buruhnya belum
ada, kedua karena pemerintah Indonesia masih menerapkan
buruh murah sebagai daya tarik investasi asing, ketiga
karena kebijakan
Trans National Corporations TNCs
juga tidak
menghendaki tingginya upah.
34
34
Chossudovsky, Michel,
The Globalisation of Poverty - Impacts
of IMF and World Bank Reforms, Third World Networ, Penang -
Perusahaan-perusahan Transnational TNCs, melalui
kebijakan lembaga-lembaga
keuangan seperti WB, ADB, IMF,
dll, organisasi
internasional serta perjanjian- perjanjian internasional lainnya,
telah mengatur tata ekonomi dunia yang menguntungkan
para TNCs. TNCs, melalui cabang-cabang
dan para
subkontraktor-nya yang
tersebar di
seluruh dunia
mengatur produksinya secara seragam.
Dengan cara
demikian, maka negara-negara tersebut
akan bersaing
memperebutkan order
dan masuknya
investasi asing
melalui beberapa kebijakan dalam
negeri termasuk
kebijakan buruh murah.
35
Malaysia, 1997, p. 75 - 98.
35
Ibid.
21
Bagi perusahaan-perusahaan transnasio-nal,
upah buruh
murah dari
negara-negara berkembang
jelas sangat
mereka harapkan
karena tingginya upah di negara-
negara asal mereka. Dalam menentukan komponen biaya
produksi, TNC
pun menempatkan
upah dalam
bagian komponen yang sangat kecil
dibandingkan dengan
komponen produksi lainnya.