PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG MENGGUNAKAN METODE DRILL PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ANAK TUNARUNGU DI PK PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI KEMILING BANDAR LAMPUNG 20142015
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014/2015
(Skripsi)
Oleh:
BELLA AULIA RAHMAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(2)
Gambar Halaman
4.1 Lokasi PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi... 57
4.2 Suasana Ruang Latihan... 64
4.3 Suasana Guru Menjelaskan Materi TariHalibambang... 72
4.4 RagamGubu Ghahang... 76
4.5 Ragam GerakSesayak... 93
4.6 Ragam GerakJong Simpuh... 96
4.7 Evaluasi Kemampuan Gerak... 111
4.8 Ragam GerakInjak Lado... 124
4.9 GerakanSelimpat... 125
4.10 Suasana Tes Praktik TariHalibambangdengan Bantuan Kode... 137
4.11 Suasana Siswa Berlatih Secara Mandiri... 146
4.12 Suasana Guru dalam Mengawasi Latihan Mandiri... 152
4.13 Susana Akhir Pembelajaran... 153
(3)
1.1 Latar Belakang
Salah satu kebutuhan manusia yang tergolong dalam kebutuhan integratif adalah menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan (Bahri, 2008: 45). Kebutuhan integratif tersebut dapat diwujudkan manusia melalui kesenian. Tari merupakan salah satu dari sekian bentuk kesenian yang dimiliki oleh setiap negara termasuk Indonesia.
Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, namun terdapat satu definisi yang umum, yaitu tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis. Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur utama dari tari adalah tubuh. Tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal (Bahri, 2008: 58).
Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda bergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama. Adapun pengertian tari adalah
(4)
gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak (wiraga), ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21).
Seni tari merupakan salah satu dari berbagai mata pelajaran yang diberikan bagi anak berkebutuhan khusus di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung. Sekolah ini tidak memiliki guru khusus seni tari yang berlatar belakang pendidikan guru tari. Yang ada hanyalah guru-kelas yang mempunyai minat dalam bidang seni sehingga guru tersebut mengajarkan kesenian di sekolahnya. PK-PLK Dharma Bakti Dharma menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak tunagrahita, tunarungu, dan autis.
Siswa berkebutuhan khusus ini merupakan salah satu kelompok sosial dalam masyarakat yang perlu mendapatkan hak serta perlakukan yang sama, dan adil dalam pendidikan termasuk pelayanan dalam pebelajaran seni tari. Pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa: setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Kemudian ayat 2 menyatakan bahwa: warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pernyataan di atas menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosi, mental, intelektual/sosial sehingga terjadi perkembangan yang signifikan dengan
(5)
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam perkembangannya lembaga pendidikan/ sekolah khusus tidak hanya terdapat di kota-kota besar saja. Namun, di beberapa kecamatan sekolah tersebut telah didirikan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga termasuk pada pasal 32 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi siswa yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial (Efendi, 2006: 1). Pendidikan anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk membantu anak didik yang menyandang kelainan dalam memperoleh pengetahuan, mengembangkan bakat kreatifitas, kemampuan dan keterampilan yang dapat ditransfer pada kehidupan kerja sebagai mata pencaharian maupun kreasi sebagai hobi atau kesenangan. Proses pembelajaran untuk setiap siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan pelayanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
Tunarungu merupakan siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan fisik dalam hal pendengaran. Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/ dis-/ non-fungsi dari sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus (Sastrawinata, 1975: 10). Penderita gangguan pendengaran
(6)
ini akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan, dan penyesuaian sosial (Efendi, 2006: 72).
Gangguan pada indera pendengaran merupakan faktor penghambat utama yang akan dialami saat proses pembelajaran khususnya seni tari. Bagi anak normal menari merupakan hal yang biasa. Namun, bagi anak-anak yang menyandang tunarungu menjadi suatu hal yang luar biasa karena anak tunarungu
mengandalkan indera penglihatannya secara optimal sebagai kompensasi dari tidak berfungsinya indera pendengarannya dalam menarikan dan menyesuaikan iringan musik dalam sebuah tarian.
Pembelajaran yang berhubungan dengan ketangkasan dan keterampilan, biasanya guru menggunakan metodedrill/latihan sebagai metode utama saat proses pembelajaran. Teknik latihan/drillmerupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Metodedrill/ latihan bertujuan untuk mengukur
kerampilan motorik dan kecakapan intelek (Roestiyah, 2008: 125).
Dipilihnya PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi sebagai tempat penelitian karena adanya ketersediaan data. Berdasarkan wawancara pra observasi yang dilakukan peneliti dengan pembina ekstrakurikuler anak tunarungu tanggal 19 Januari 2014, PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi telah menerapkan
pembelajaran seni tari di dalam kelas pada setiap jenjang pendidikan tunagrahita, tunarungu, dan autis. Pembelajaran tari di dalam kelas ini tidak berlangsung
(7)
maksimal, karena setiap kelas pada masing-masing jenjang pendidikan didominasi oleh siswa laki-laki yang tidak mempunyai minat dalam mempelajari praktik tari. Oleh karena itu, proses praktik tari terkadang hanya dilaksanakan sekedarnya saja. Praktik tari yang sesungguhanya dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tari ini hanya diperuntukkan bagi siswa tunarungu karena pada dasarnya kemampuan intelegensi siswa tunarungu sama dengan siswa normal umumnya sehingga masih memungkinan untuk dapat menarikan sebuah tarian, sedangkan siswa tunagrahita mempunyai intelegensi di bawah rata-rata dan siswa autis mempunyai perilaku hiperaktif yang sulit dikondisikan.
Tercatat sebanyak 8 siswa perempuan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari, masing-masing 1 siswa dari tingkat SDLB, 3 siswa dari tingkat SMPLB dan 4 siswa dari tingkat SMALB. Penyebab ketunarunguan yang dialami pada setiap siswa, yaitu tunarungu sejak lahir, tunarungu akibat kecelakaan dan sakit sewaktu masa kanak-kanak. Selain penyebab ketunarunguan, kondisi pendengaran pada setiap siswa pun juga berbeda-beda, 2 siswa masih mempunyai sisa pendengaran (tunarungu sedang) dan 6 siswa lainnya tidak mempunyai sisa pendengaran (tunarungu total).
Guru menggunakan metodedrill/ latihan dalam pelaksanaan proses pembelajaran tari. Guru berpendapat bahwa metodedirll/latihan ini sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran tari karena dengan metode ini siswa yang tidak bisa menari dengan berlatih secara berulang-ulang pada akhirnya akan mampu
menarikan tarian yang diajarkan oleh guru. Meskipun saat pembelajaran tari guru tidak menuntut siswa untuk dapat menarikan sebuah tarian dengan sangat baik
(8)
melainkan sesuai dengan kemampuan siswanya. Selain itu, dalam memperlancar proses penyampaian materi pembelajaran tari, guru menggunakan metode khusus tunarungu dalam berkomunikasi, yaitu metode oral dan metode isyarat.
Materi tari yang akan diberikan adalah tarihalibambang.Tarihalibambangini merupakan tarian tradisional yang sederhana dan berasal dari provinsi Lampung. Selain itu juga, menurut guru pembina ekstrakurikuler tingkat kesulitan tarian ini tidak terlalu tinggi sehingga siswa tunarungu akan mampu menarikan tarian ini.
Tarihalibambangmerupakan tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang
sedang beterbangan dengan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tarihalibambang adalah sifat keagungan dan keindahan, serta kesopanan gadis atau putri dalam menyapa para tamu. Pada mulanya tarihalibambang merupakan tarian keluarga Lampung Sekala Brak dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan keluarga Sekala Brak yang terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, pada acara nyambai. Setelah mengikuti perkembangan zaman, tarian ini sekarang sudah bisa dikembangkan sebagai tari tontonan atau sering disebut penyajian estetis (Mustika, 2013: 263).
Penelitian mengenai pembelajaran dengan materi tarihalibambangsudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti diantaranya, Arum Puspita Sari dengan judul Pembelajaran TariHalibambangdengan Metode Latihan di SMP N 8 Bandar Lampung dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil pembelajaran tarihalibambangdengan menggunakan metode latihan di SMP N 8 Bandar
(9)
Lampung. Meita Widya Hapsari dengan judul Pembelajaran Gerak Tari
HalibambangMelalui Metode Demonstrasi di SMA N 1 Seputih Agung Tahun
Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil
pembelajaran gerak tarihalibambangmelalui metode demonstrasi di SMA N 1 Seputih Agung. Selian itu juga, terdapat kesamaan subjek dan tempat penelitian yang pernah dilakukan oleh Gatra Agnesia dengan judul Pembelajaran TariSigeh
Pengutenpada Anak Tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi, Kemiling
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan mendeskripsikan proses dan hasil pemebelajaran tari pembelajaran tarisigeh pengutenpada anak tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan kajian penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, belum ada peneliti yang mengkaji tentang pembelajaran tari
halibambangpada anak tunarungu. Dengan demikian, untuk menambah referensi mengenai penelitian pembelajaran dengan materi tarihalibambang,peneliti berencana mengkaji lebih mendalam mengenai pembelajaran tarihalibambang menggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti-Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah proses pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metode drillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015?
2. Bagaimanakah hasil pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti
(10)
Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pada penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metode
drillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metode drillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.
1. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menggambarkan tentang bagaimana proses pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu.
2. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menumbuhkan percaya diri dan keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran tari.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru dan semua pihak sekolah di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar
Lampung untuk mengetahui keterampilan setiap siswa terhadap pembelajaran tarihalibambang.
4. Diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan atau informasi peneliti tentang bagimana melakukan sebuah penelitian.
(11)
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian.
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tarihalibambang
menggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa tunarungu PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berjumlah 8 siswa perempuan, 2 siswa masih mempunyai sisa pendengaran (tunarungu sedang) dan 6 anak tidak mempunyai sisa pendengaran (tunarungu total).
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini bertempat di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi yang beralamatkan Jalan Teuku Cikditiro No.46 Kemiling, Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian
(12)
2.1 Landasan Teori
Landasan teori sangat diperlukan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba(trial and error)(Sugiono, 2013: 79). Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Landasan teori yang ditinjau merupakan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.1.1 Teori Belajar
Menurut Kurnia dalam Latif (2007: 3), belajar pada hakekatnya salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif. Pengertian belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(13)
Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dari latihan dan pengalaman
dengan lingkungannya yang dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang.
2.1.2 Aktivitas Belajar
Menurut Djamarah (2008: 2) aktivitas belajar merupakan aktivitas rangkaian jiwa raga, psiko fisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya yang
menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor). Aktivitas terbagi menjadi: (1) aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif, dan (2) aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6). Hal tersebut diperkuat oleh pandangan yang dikemukakan Piaget (Rohani, 2004: 7) bahwa seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Sudirman (2008: 98) menyatakan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani dan dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu terkait agar dapat membuahkan aktivitas belajar yang optimal.
Berasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan siswa dalam belajar baik fisik atau psikis untuk mencapai hasil belajar.
(14)
Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses
pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Menurut Paul B. Dierdrich sebagaimana dikutip Sudirman (2008: 101) aktivitas siswa dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities,yang di dalamnya; membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities,seperti menyatakan, bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan, pendapat, mengadakan wawancara.
c. Listening activities,seperti mendengarkan, uraian, percakapan, musik dan pidato.
d. Writing activities,seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
e. Drawing activities,misalnya, menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. f. Motor activities,misalnya, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
persepsi, bermain, berkebun, dan beternak.
g. Mental activities,seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat dukungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities,misalnya, menaruh minat, bersemangat, merasa bosan, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan beberapa macam kegiatan siswa yang dikutip dari Sudirman
(2008:101) maka dalam pembelajaran tarihalibambangmenggunkan metodedrill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung akan dilakukan pengamatan 3 kegiatan
(15)
2.1.3 Pembelajaran
Gegne mendefisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang
sifatnya internal (Gredler, 1994: 207). Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud merupakan pembelajaran pada anak tunarungu, yaitu serangkaian tindakan proses belajar yang dirancang dan disusun alur proses belajaranya (peristiwa eksternal) serta dilakukan oleh pengajar, pendidik atau guru dan diberikan kepada siswa agar siswa dapat memperoleh perubahan dalam diri secara kognitif, afektif, dan
psikomotorik (peristiwa internal).
Bicara tentang kegiatan pembelajaran terkandung tiga peranan besar, yaitu planning for learning and instruction, fasilitatory of learning and evaluation of learning(Jarolemek dalam Suryosubroto, 2009: 15). Hal-hal berkaitan dengan tiga peranan besar dalam pembelajaran tersebut, akan diuraikan dalam
pembahasan di bawah ini.
a. Merencanakan Pengajaran (Planning for Learning and Instruction)
Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran.
Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar peserta didik yang merupakan proses merangkai situasi belajar agar belajar menjadi lebih mudah (Suryosubroto, 2009: 23). Kemampuan dalam merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
(16)
2. Kemampuan mempersiapkan bahan pengajaran. 3. Kemempuan merencanakan media dan sumber.
4. Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa.
Perencanaan dalam pembelajaran dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap dirinya sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya
b. Melaksanakan Proses Belajar-Mengajar (Fasilitatory of learning) Yang dimaksud dengan proses belajar-mengajar adalah proses
berlangsungnya belajar-mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah diracang untuk mencapai tujuan pengajaran (Lefrancois dalam Suryosubroto, 2009: 30). Kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Menguasai bahan yang direncanakan dan disesuaikan. 2. Mengelola proses belajar-mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Menggunakan metode dan sumber. 5. Melaksanakan interaksi belajar-mengajar.
6. Melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran. 7. Mengadministrasikan kegiatan belajar-mengajar. c. Mengevaluasi (Evaluasi of Learning)
Evaluasi merupakan penentuan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari
(17)
dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suryosubroto, 2009: 44). Penilaian dalam proses belajar-mengajar meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik (Arikunto, 2008: 50). b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu (Arikunto, 2008: 53).
c. Pelaporan hasil penilaian
Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir caturwulan atau akhir semester setiap guru harus mengelola nilai akhir dan memasukannya dalam buku rapor.
d. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan nilai dan pengayaan sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan atau kelompok (Suryosubroto 2009: 47), sedangkan bentuk pelaksanaan pengayakan dapat berupa membaca/ mempelajari bahan pelajaran baru atau penyelesaian tugas pekerjaan rumah (PR).
2.1.4 Metode Pembelajaran
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
(18)
siswa yang merupakan proses pembelajaran (proses belajar-mengajar) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara atau metode-metode tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah (Surakhmad dalam Suryosubroto, 2009: 141). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode, di antaranya, anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru (Winarno Surakhmad dalam Djamarah dan Zain, 2010: 77).
2.1.5 MetodeDrillatau Latihan
Seorang peserta didik perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, berenang atau berkebun. Sebab itu di dalam proses belajar-mengajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai
keterampilan tersebut. Salah satu teknik penyajian pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut ialah teknik latihan ataudrill. Menurut Roestiyah (2008: 125) teknik latihan ataudrillmerupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang peserta didik berprestasi dalam bidang tertentu.
(19)
Tujuan penggunaan metodedrilladalah sebagai berikut.
a. Memiliki keterampilan motorik atau gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olahraga atau tari.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlah dan mengurangi. Mengenal benda atau bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab–akibat banyak hujan–banjir; antara tanda huruf dan bunyi–ng–ny dan sebagainya; penggunaan lambang atau simbol di dalam peta dan lain-lain (Roestiyah, 2008: 125).
Kelebihan metodedrilladalah sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, mengunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga. 2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
(20)
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya (Djamarah dan Zain, 2010: 96).
Kelemahan metodedrilladalah sebagai berikut. 1. Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid.
2. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara beruang-ulang merupakan hal yang monoton.
3. Membentuk kebiasaan yang kaku.
4. Dapat menimbulkan verbalisme (Segala, 2013:218).
Untuk kesuksesan pelaksanaan metodedrilldalam pembelajaran, instruktur/ guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Siswa harus diberi pengertian sebelum diadakan latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. 4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yangesensialdan berguna. (Roestiyah, 2008: 127-128).
2.1.6 Metode Komunikasi
Berikut metode komunikasi pada anak tunarungu menurut Sastrawinata dalam bukunya yang berjudul pendidikan anak tunarungu.
(21)
1. Motode isyarat adalah metode komunikasi dengan menggunakan ejaan jari (finger spending)dan bahasa tubuh. Ejaan jari merupakan jenis isyarat yang dibentuk dengan jari tangan untuk menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf atau angka. Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi muka, pantomikik atau gerakan secara wajar dan alami. 2. Metode oral adalah metode komunikasi dengan cara yang lazim digunakan
oleh orang mendengar. Metode oral ini sama halnya dengan membaca ujaran, metode ini dilakukan melalui indera penglihatan untuk menyimak
pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. Oleh sebab itu, ada persyaratan untuk pelaksanaan metode ini, yaitu harus selalu berhadapan muka langsung dengan jarak yang dekat, penerangan yang cukup serta ucapan yang jelas (Sastrawinata, 1975: 36-99).
Berdasarkan beberapa paparan metode komunikasi di atas dalam pembelajaran tarihalibambangpada ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung guru juga menerapkan kedua metode tersebut untuk memperlancar proses pembelajaran tari dan membantu siswa agar dapat menarikan tarian.
2.2 Tari
Tari adalah gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak (wiraga), ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21). Pada dasarnya seni tari bukan merupakan kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk mengekspresikan diri, tetapi seni memiliki tujuan untuk mengungkapkan
(22)
gerak dengan menggunakan rasa agar mencapai suatu keindahan. Seni tari yang diajarkan di dalam dunia pendidikan berdasarkan bertujuan untuk melestarikan budaya dan memberikan pengalaman estetik kepada siswa melalui kegiatan belajar bergerak dan menyelaraskan gerak dengan musik.
2.2.1 Sejarah TariHalibambang
Tarihalibambangmemiliki dua pengertian, yaituhalidiartikan seperti dan bagaikan, sedangkanhalibambangadalah kupu-kupu. Tari halibambangdapat diartikan sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang
berterbangan dan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tarihalibambang adalah sifat keagungan dan keindahan serta kesopanan gadis atau putri dalam menyapa para tamu. Tarian ini terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan tumbuh dan berkembang di daerah tersebut (Mustika, 2013: 62).
2.2.2 Unsur dan Bentuk TariHalibambang a. Penari
Jumlah penari dalam tarihalibambangini ditarikan oleh 6 (enam) orang penari wanita. Tarihalibambanghanya ditarikan oleh penari wanita tidak ada penari laki-laki.
b. Busana dan Aksesoris TariHalibambang
1.Kumbang Gijekh(Kumbang Goyang) sebagai lambang keagungan dan
keindahan.
(23)
3.Tali Galah(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan) 4. Kipas (properti) lambang sayap kupu-kupu
5.Gelang Kana(kemakmuran)
6.Gajah Minung(kemakmuran)
7.Busung/ ikat pinggang (kemakmuran) 8.Kawai/ baju beludru (kesucian) 9.Injang bumpe
c. Musik Iringan TariHalibambang
1. Musik penggiring tarihalibambangmenggunakantalo balak,nada yang dihasilkan dari bunyi tabuhantalo balakini dapat disimpulkan pada kunci nada= G (sedikit sumbang).
2. Gong besar berbunyi nada= 1 (do) 3. Gong kecil berbunyi nada = 2/3 (ri) 4. Talo Balak
5. Gendang
d. Ragam Gerak TariHalibambang
Tarihalibambangmempunyai 13 ragam gerak. Berikut ini bentuk 13 ragam gerak tarihalibambang dan keterangan yang telah diuraikan dalam tabel di bawah ini.
(24)
Tabel 2.1 Ragam Gerak TariHalibambang No Ragam
Gerak Gambar Gerak
1 Lapah Tebeng Inti gerakan ini adalah berjalan/ melangkah dengan posisi badan tegap, arah hadap ke depan, tangan direntangkan ke samping 2 Lapah Injing 1 2 Inti gerakan ini adalah berjalan/ melangkah dengan cara berjinjit, posisi badan tegap, arah hadap ke depan, tangan direntangkan ke samping 1.jalan berjinjit dimulai kaki kanan bergantian dengan kaki kiri sampai itungan 8 3 Gubu Gaghang
1 2 3
kaki kanan disilang saat melangkah ke depan, dengan posisi badan merendah, arah hadap ke depan, tangan yang direntangkan ke samping dan bersamaan dengan langkah kaki tangan
(25)
4 5 diayunkan ke arah depan dalam hitungan 1x4, kemudian berganti kaki kiri melangkah dan tangan kembali ke posisi awal dalam hitungan 1x4. 1.kaki kanan melangkah ke depan 2.diikuti dengan mengayun-kan tangan ke depan. 3.badan merendah tangan proses di-ayun ke bawah 4.tangan diayun ke bawah posisi tangan sudah di samping 5.posisi tangan sudah di samping kanan kiri. 4 Giser 1 kaki bergeser ke kanan 1x4 hitungan dan kembali ke kiri 1x4 hitungan, saat bergeser kaki membentuk segitiga (tumit bertemu tumit, jari kaki bertemu jari kaki), posisi tangan berada di
(26)
samping kanan lurus sejajar dengan bahu, bersamaan dengan kaki yang bergeser pergelangan tangan kanan digerakkan ke atas dan ke bawah, dan arah hadap badan ke depan, dilakukan juga sebaliknya saat kaki bergeser ke arah kiri. 5 Sesayak
1 2 3
4 5 6
Inti dari gerakan ini adalah kaki kanan melangkah ke arah samping kanan, tangan diayunkan bersamaan dengan langkah kaki dalam hitungan 1x4 dengan posisi badan merendah, kemudian kaki bergerak kembali menghadap ke arah depan diikuti bersamaan dengan pergelangan tangan yang digerakkan ke atas dan ke bawah dalam hit 1x4 1.kaki kanan
(27)
7 melangkah ke kanan. 2.badan menghadap ke sudut 3.badan menghadap ke samping 4.badan merendah menghadap ke samping kaki kiri berjinjit 5.badan proses menghadap sudut 6.badan menghadap sudut 7. badan mengahadap depan 6 Melayang
1 2 3
4 5 6
Inti dari gerakan ini adalah posisi badan tegap, kaki melangkah berputar, dengan posisi tangan kanan direntangkan selebar 75 derajat dan tangan kiri direntangkan dan saaat beputar pergeralangan tangan di-gerakkan ke atas dan ke bawah, arah hadap mengikuti arah putaran. 1.kaki kanan diarahkan ke kanan, kedua tangan diagonal
(28)
7 8 2.proses menghdap sudut 3.menghadap sudut 4.proses menghadap belakang 5.kaki bergeser ke arah depan dengan tangan di samping badan 6.menghadap sudut 7.proses menghadap depan 8.menghadap depan 7 Jong Simpuh
1 2 3
Inti dari gerakan ini adalah posisi tangan direntangkan ke samping, kemudian posisi kaki dan badan ditekuk turun perlahan menyentuh lantai dengan arah hadap ke depan. 1.proses turun 2.badan merendah sambil proses turun 3.lutut menyentuh lantai
(29)
8 Jong Sembah
1 2 3
5 6 7
Inti dari gerakan ini adalah tangan yang direntangkan di satukan bersamaan dengan kaki yang membentuk duduk sila, kemudian badan merunduk ke arah depan. 1.badan mulai merunduk ke depan kedua tangan proses sembah kaki disilangkan 2.proses duduk sila
3.duduk di atas kaki sila 4.duduk sila 5.kipas sembah dengan badan proses merunduk 6.proses merunduk 7.duduk sila dengan badan dan kepala merunduk 9 Timbang-an
1 2 3
Inti dari gerakan ini adalah berputar dengan posisi tangan direntangkan ke samping, posisi badan merendah, saat berputar pergelangan tangan bergerak ke
(30)
4 5 6
7 8
atas dan ke bawah pada setiap hitungan ganjil, dan arah hadap mengikuti arah putaran 1.kaki kanan melangkah ke kiri badan menghadap sudut 2.proses menghadap samping 3.proses menghadap belakang 4.menghadap belakang 5.proses menghadap samping 6.menghadap samping 7.menghadap sudut 8.menghadap depan 10 Ngelap 1 2
3 4
inti dari gerakan ini adalah posisi kaki jongkok, badan tetap tegap, arah hadap ke depan, dan posisi tangan kanan diayunkan lurus ke depan dan tangan kiri tetap berada di samping, pergelangan tangan bergerak ke kanan kiri, diikuti kepala dilakukan
(31)
5 6
7
pada 3 arah yaitu depan, kanan, depan, kiri kembali lagi depan 1.duduk jongkok, tangan kanan proses ke depan 2.proses tangan 3.proses tangan 4.tangan kanan di depan tangan kiri samping 5.kipas dikibaskan ke kanan di-ikuti kepala 6.kipas ke kiri 7.kipas ke kanan 11 Injak Lado 1 2 3 4 Inti dari gerakan ini adalah kaki kanan dan kiri yang bergerak membentuk huruf L secara bergantian, dengan posisi badan merendah, dan tangan direntangkan ke samping kemudian pergelangan tangan begerak ke atas dan ke bawah bersamaan dengan gerakan kaki yang membentuk huruf L
(32)
5 6 7 8 1.badan merendah, tumit kaki kanan proses bergerak ke depan 2.tumit bergerak ke depan 3.tumit proses bergerak ke belakang 4.tumit bergerak ke belakang 5.tumit kaki kiri proses bergerak ke depan 6.tumit bergerak ke belakang 7.tumit proses ke belakang 8.tumit ke belakang 12 Salimpat
1 2 3
4 5
Inti dari gerakan ini adalah posisi awal kaki di-silangkan dan berputar di tempat, dengan tangan direntangkan , arah hadap mengikuti putaran dan tangan kanan perlahan naik saat putaran selesai awal tangan kanan kembali ke posisi awal. 1.kaki kanan melangkah ke sudut 2.proses memutar 3.menghadap
(33)
belakang 4.menghadap samping 5.menghadap depan 13 Tolak Tebing 1 2 inti dari gerakan ini adalah menyilangkan kaki kanan dankiri ke depan diikuti tangan kanan kiri dan kanan yang membentuk seperti huruf L. 1.tangan kiri ke depan, tangan kiri lurus samping badan, kaki kanan ke depan 2.tangan kiri ke depan, tangan kiri lurus samping badan, kaki kanan
Tabel 2.2 Urutan Ragam Gerak TariHalibambang dengan Hitungan
No Nama Ragam Gerak Hitungan
1 a. Lapah Tebeng
b. Lapah Injing
1 x 4 1 x 4
2 a. Gubu Gaghang
b. KakiGiser, Seluang Mudik c. Gubu Gaghang
d. KakiGiser, Seluang Mudik e. Gubu Gaghang
f. KakiGiser, Seluang Mudik
. Gubu Gaghang
2 x 8 1 x 8 2 x 8 1 x 8 2 x 8 1 x 8 2 x 8 3 . KakiSesayak, TanganSeluang MudikKanan
b. KakiSesayak, TanganSeluang MudikKiri . KakiSesayak,TanganSeluang MudikKanan
1 x 8 1 x 8 1 x 8
(34)
Ragam gerak tarihalibambangyang digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan ragam gerak tarihalibambang yang sudah dikreasikan, tetapi tidak keluar dari ragam gerak tarihalibambang yang asli.
d. Melayang 1 x 8
4 a. Jong Simpuh + Timbangan
b. Jong Sembah
. KibasDepan
d. KibasProses keTimbangan
. KibasDepan
f. Jong Sembah
. KibasProses keTimbangan
1 x 4 1 x 8 1 x 4 1 x 4 1 x 4 1 x 8 1 x 4 5 . Ngelap
b. KibasDepan
. KibasKiri
d. KibasDepan
. Kibaskanan
. KibasDepan
. KibasSampai Proses Naik
1 x 4 1 x 4 1 x 8 1 x 8 1 x 8 1 x 8 1 x 8
6 . Timbangan
b. MelayangKanan
. MelayangKiri
d. KakiInjak Lado, TanganTimbangan
1 x 4 1 x 8 1 x 8 2 x 8 7 . TanganMelayangKanan, KakiSalimpat
b. TanganMelayangKiri, KakiSalimpat . TanganTimbangan, KakiSalimpat
1 x 8 1 x 8 1 x 8
8 a. Jong Simpuh
b. Jong Sembah
. KibasDepan
d. Kibassampai ProsesTimbangan
. KibasDepan
f. Sembah
. Kibassampai ProsesTimbangan
h. TimbanganProses Naik
1 x 4 1 x 8 1 x 4 1 x 4 1 x 4 1 x 4 1 x 4 1 x 8 9 . TanganTimbangan, KakiSalimpat
b. Melayangkanan
. MelayangKiri
d. MelayangDepan
1 x 8 1 x 8 1 x 8 1 x 8
(35)
2.3 Tunarungu
Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/ dis-/ non-fungsi dari sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus
(Sastrawinata, 1997: 10).
2.3.1 Ciri Khas Anak Tunarungu a. Ciri khas dalam segi fisik
1. Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. 2. Gerakan matanya cepat.
3. Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah.
4. Pernafasannya pendek dan agak terganggu (Sastrawinata, 1975: 15-16). b. Ciri khas dalam segi intelegensi
Intelegensi pada anak tunarungu ditentukan dengan sifat ketunaanya karena sesuai dengan sifat ketunaannya pada umunya anak tunarungu sukar dapat menangkap pengertian yang abstrak, sabab untuk dapat menangkap pengertian abstrak diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan (Sastrawinata, 1975: 16).
c. Ciri khas dalam segi emosi
Emosi anak tunarungu selalu bergolak karena kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu yang negatif atau salah dan hal ini sering mengakibatkan tekanan pada emosinya, misalnya resah, gelisah, dan marah. Hal tersebut dapat menghambat
(36)
perkembangan pribadinya dengan menampilakan sikap menutup diri, bentindak secara agresif, atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan keragu-raguan (Sastrawinata, 1975: 16).
d. Ciri khas dalam segi sosial
Kehidupan sosial dapat dilihat dari lingkungan hidup di mana anak berinteraksi, yaitu interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok, dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan kepentingan anak tunarungu, seluruh anggota keluarga, guru dan anggota masyarakat di sekitarnya hendaknya mempelajari dan memahami keadaannya dan mereka harus mencegah faktor-faktor negatif yang dapat menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu (Sastrawinata, 1975: 17).
e. Ciri khas dalam segi bahasa 1. Miskin kosakata.
2. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan. 3. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak.
4. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa (Sastrawinata, 1975: 17).
2.3.2 Klasifikasi Anak Tunarungu
Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan dalam satuan bunyi deci-Bell(disingkat dB). Penggunaan satuan terebut untuk membantu dalam interpretasi hasil tes pendengaran dan mengelompokan dalam jenjangnya. Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak tunarungu dapat
(37)
1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB(slight losses).
2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB(mild losses). 3. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-40 dB(moderate
losses).
4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB(severe losses).
5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 675 dB ke atas (profoundly losses)(Efendi, 2006: 59-61).
2.3.3 Penerapan Metode Pembelajaran Tari pada Siswa Tunarungu
Metode Penyampaian Materi Tari di SLB-B menurut Agustiningrum (2013: 10-11) adalah: (a) penyampaian materi dengan mempergunakan bahasa simbol sehari-hari bagi anak tuna rungu-wicara. Percakapan yang biasa dilakukan dalam pembelajaran sehari-hari bagi siswa-siswi tuna rungu-wicara adalah percakapan bahasa Indonesia dengan sistem isyarat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pendidikan Luar Biasa. Bahasa tersebut dinamakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), berwujud tatanan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosakata Bahasa Indonesia. SIBI dilakukan dalam
pembelajaran seni tari khususnya sebagai pengantar materi dan instruksi-instruksi yang diinginkan oleh guru pengajar, misalnya apabila guru mengucapkan salam, menanyakan kondisi siswa-siswi, menyuruh mengulang materi dan beberapa hal lain yang terkait materi pembelajaran, (b) penyampaian materi dengan mempergunakan bahasa isyarat untuk menyimbolkan aba-aba tertentu dalam
(38)
penyampaian tari. Dalam seni tari terdapat beberapa simbol kosakata yang melambangkan gerak tertentu yang penggunaan istilah tersebut hanya digunakan dalam bahasa tari. Contoh dari simbol kosakata tersebut adalahtrisig, kengser, panggeldan beberapa istilah lainnya. Untuk memudahkan penyampaian materi guru pengajar membuat beberapa istilah agar mempermudah penyampaian materi. Simbol yang dipergunakan mirip dengan SIBI yang intinya mempergunakan jari dan tangan untuk mengganti bahasa verbal atau menyimbolkan pernyataan tertentu, (c) penyampaian gerak dengan metode pengenalan gerak dasar tari. Pembelajaran seni tari di SLB-B juga melakukan beberapa kegiatan yang sama seperti pembelajaran tari bagi siswa-siswi yang tidak berkebutuhan khusus. Kesamaan tersebut nampak pada metode yang dipakai, yaitu metode pengenalan gerak dasar tari. Pengenalan gerak dasar adalah tahapan pembelajaran yang dilakukan diawal pelajaran yang berfungsi untuk mengenalkan gerak-gerak dasar yang dilakukan dalam pembelajaran seni tari bagi siswa-siswi tuna rungu-wicara SLB-B. Pengenalan Gerak tersebut meliputi: (1) gerak-gerak dasar/posisi tubuh, tangan, kaki, kepala, (2) gerak-gerak dasar dalam bentuk sekaran, (d) penyampaian materi melalui metode imitasi adalah metode yang dilakukan dalam pembelajaran tari dengan cara guru memberi contoh
gerakannya dan siswa menirukan gerakan yang dicontohkan guru. Biasanya metode Imitasi terkait dengan metode pengenalan gerak dasar.
2.4 Program Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian,
(39)
berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Suryosubroto, 2009:286).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan (Suharsimi dalam Suryosubroto, 2009 :286). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014,
pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan diluar struktur program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.
2.4.1 Tujuan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar
memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Kegiatan Ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspekkognitif, afektif, dan psikomotor. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya yang positif, dan dapat mengetahui, mengenal serta
(40)
membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lain (Suryosubroto, 2009:287).
2.4.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler, yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler (Suryosubroto, 2009: 288).
(41)
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis (Sugiono, 2013: 3).
3.1 Desain Penelitian
Adapun gambaran tahapan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut. 1. Pra-penelitian
a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lokasi penelitian c. Mengurus perizinan penelitian
d. Menjajaki dan menilai lokasi penelitian e. Memilih dan memanfaatkan informan f. Menyiapkan perlengkapan penelitian 2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak setiap hari sabtu di luar jam pelajaran selama 2 jam sebanyak 8 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan akan dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, tes praktik, dan nontes.
(42)
3. Pelaporan hasil penelitian
Pelaporan hasil penelitian dilakukan dengan cara menganalisis semua data yang diperoleh saat pelaksanaan penelitian. Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokan, dan memasukan sejumlah data yang dikumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian (Mukhtar, 2013: 120). Dalam penelitian ini, data-data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan
pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada
ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian tidak mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya (Arikunto, 2010: 3).
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Tylor dalam Margono, 2010: 36). Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
(43)
pengamatan terhadap manusia dalam lingkungannya sendiri dan hubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya (Kirk dan Miller dalam Margono, 2010: 36). Penelitian ini menggunakan metode lapangan karena gejala-gejala informasi dan keterangan dari hasil pengamatan dalam proses penelitian berlangsung secara naturalistik karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari proses dan hasil pembelajaran tari halibambangmenggunakan metodedrill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3.2 Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172). Pada penelitian ini data yang dikumpulkan bersumber dari guru dan 8 siswa tunarungu pada kegiatan ektrakurikuler di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling , Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya observasi, wawancara, dokumentasi, tes praktik, dan nontes.
(44)
3.3.1 Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2013:310). Partisipatif yang dilakukan berupa pengamatan atau mengamati sesuatu yang akan dijadikan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti. Pengamatan ini terpusat pada guru dan siswa tunarungu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari.
Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data penelitian mengenai pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian atau informan dalam suatu situasi sosial (Mukhtar, 2013:118). Penggunaan teknik pengumpulan data melalui wawancara mencakup dua alasan. Pertama dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak hanya pada hal yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi hal yang tersembunyi jauh di dalam diri. Kedua apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini, dan juga masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan wawancara tak berstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri setiap informan. Wawancara
(45)
ini bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya (Ghony, 2012: 176).
Wawancara juga dilakukan kepada guru saat penelitian pendahuluan untuk memperoleh data mengenai kegiatan ekstrakurikuler tari anak tunarungu, serta pada saat pelaksanaan proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuaan masing-masing siswa tunarungu dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2013:239). Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tambahan berupa laporan gambar, foto, dan video untuk memperoleh informasi tentang sekolah yang dijadikan tempat penelitian serta untuk pendokumentasian saat pelaksanaan penelitian berlangsung pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Darma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3.3.4 Tes Praktik
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2008: 46). Lembar pengamatan tes praktik ini dibuat sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat oleh guru.
(46)
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Proses) Pertemuan 1
Aspek
Penilaian Materi Indikator Skor
Skor Maks Motorik (1)Lapah Tebeng
(2)Lapah Injing
(3)Gubu Ghahang
(4)Giser
Siswa mampu menirukan
semua ragam gerak 5
5 Siswa mampu menirukan tiga
ragam gerak 4
Siswa mampu menirukan dua
ragam gerak 3
Siswa mampu menirukan satu
ragam gerak 2
Siswa tidak mampu menirukan semua ragam gerak 1
Pertemuan 2 Aspek
Penilaian Materi Indikator Skor
Skor Maks Motorik (1)Sesayak
(2)Jong Simpuh (3)Jong Sembah (4) GerakNgelap
Siswa mampu menirukan
semua ragam gerak 5
5 Siswa mampu menirukan 3
ragam gerak 4
Siswa mampu menirukan 2
ragam gerak 3
Siswa mampu menirukan 1
ragam gerak 2
Siswa tidak mampu menirukan semua ragam gerak 1
(47)
Pertemuan 3 Aspek
Penilaian Materi Indikator Skor
Skor Maks Motorik (1)Lapah Tebeng
(2)Lapah Injing (3)
Gubu-ghahang (4)Giser (5)Sesayak (6)Jong simpuh (7)Jong sembah (8)Ngelap
Siswa mampu menirukan
semua ragam gerak 5
5 Siswa mampu menirukan 7-6
ragam gerak 4
Siswa mampu menirukan 5-4
dua ragam gerak 3
Siswa mampu menirukan 3-2
satu ragam gerak 2
Siswa hanya mampu
menirukan satu ragam gerak 1 Intelektual Siswa mampu menghafal
semua ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
5
5 Siswa mampu menghafal 7-6
ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
4
Siswa mampu menghafal 5-4 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
3
Siswa mampu menghafal 3-2 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan dan kode perpindahan gerak pada musik
(48)
penggiring tarihalibambang Siswa hanya mampu
menghafal 1 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
1
Pertemuan 4 Aspek
Penilaian Materi Indikator Skor
Skor Maks Motorik (1)Tolak Tebing
(2)Injak Lado (3)Selimpat (4)Melayang (5)Timbangan
Siswa mampu menirukan
semua ragam gerak 5
5 Siswa mampu menirukan
empat ragam gerak 4 Siswa mampu menirukan tiga
ragam gerak 3
Siswa mampu menirukan dua
ragam gerak 2
Siswa hanya mampu
menirukan satu ragam gerak 1
Pertemuan 5 Aspek
Penilaian Materi Indikator Skor
Skor Maks Motorik (1)Lapah Tebeng
(2)Lapah Injing
(3)Gubu Ghahang
(4)Giser (5)Sesayak (6)Jong Simpuh (7) Jong Sembah (8) Ngelap
Siswa mampu menirukan
semua ragam gerak 5
5 Siswa mampu menirukan
12-10 ragam gerak 4
Siswa mampu menirukan 9-7
ragam gerak 3
Siswa mampu menirukan 6-4
(49)
(9)Tolak Tebing (10)Injak Lado (11)Selimpat (12)Melyang
(13)Timbangan
Siswa hanya mampu menirukan kurang dari 4 ragam gerak
1
Intelektu-al
Siswa mampu menghafal semua ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan, dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
5
5 Siswa mampu menghafal
12-10 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan, dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
4
Siswa mampu menghafal 9-7 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan, dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
3
Siswa mampu menghafal 6-4 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan, dan kode perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
2
Siswa hanya mampu
menghafal kurang dari 4 ragam gerak sesuai dengan urutan, hitungan, dan kode
perpindahan gerak pada musik tarihalibambang
(50)
Hasil belajar ragam gerak tari halibambang dapat diukur dengan menggunakan lembar pengamatan proses belajar siswa dengan total skor ditentukan sesuai dengan RKH penilaian pada setiap pertemuan.
Nilai Pengamatan Proses Siswa = Skor Siswa
Skor Maksimum x 100
Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Evaluasi Akhir) Pertemuan 8
No Aspek Indikator Skor Skor
Maksimum
1
Wiraga (kemampuan gerak dan hafalan)
Siswa mampu menarikan urutan ragam gerak tari halibambang dari awal sampai akhir tanpa kesalahan
5
5 Siswa mampu menarikan
urutan ragam gerak tari
halibambangdengankesalahan
1-9 kali dari 13 ragam gerak
4
Siswa mampu menarikan urutan ragam gerak tari
halibambangdengan
kesalahan 10-18 kali dari 13 ragam gerak
3
Siswa mampu menarikan urutan ragam gerak tari
halibambangdengan
kesalahan 19-27 kali dari 13 ragam gerak
2
Siswa mampu menarikan urutan ragam gerak tari
halibambangdengan
kesalahan lebih dari 27 kali dari 13 ragam gerak
(51)
2
Wirasa (ekspresi penjiwaan)
Siswa mampu menarikan tari Halibambangdengan santai, tersenyum dan pandangan lurus ke depan
5
5 Siswa mampu menarikan tari
halibambangdengan wajah
masih terlihat menghafal, tersenyum dan pandangan lurus ke depan
4
Siswa mampu menarikan tari
halibambangdengan wajah
masih terlihat menghafal, jarang tersenyum dan padangan lurus ke depan
3
Siswa mampu menarikan tari
halibambangdengan wajah
gugup, tidak tersenyum, dan menoleh ke kanan dan ke kiri
2
Siswa mampu menarikan tari
halibambang dengan wajah
gugup, tidak tersenyum dan pandangan masih menoleh ke kanan kiri, atas dan bawah
1 3 Wirama (kesesuaian gerak dengan musik)
Siswa mampu menarikan tari
halibambang sesuai dengan
tempo dan irama musik tari halibambang
5
5 Siswa menarikan tari
halibambangkan tetapi mengalami 1-9 kali terlambat atau mendahului musik sehingga tidak sesuai dengan tempo dan irama musik tari halibambang
4
Siswa menarikan tari halibambangakan tetapi mengalami 10-18 kali terlambat atau mendahului musik sehingga tidak sesuai dengan tempo dan irama musik tarihalibambang
(52)
Siswa menarikan tari halibambangakan tetapi mengalami 19-27 kali terlambat atau mendahului musik sehingga tidak sesuai dengan tempo dan irama musik tarihalibambang
2
Siswa menarikan tari halibambangakan tetapi mengalami lebih dari 27 kali terlambat atau mendahului musik sehingga tidak sesuai dengan tempo dan irama musik tarihalibambang
1
Hasil tes praktik siswa dapat diukur dengan total skor maksimal berjumlah 15 sehingga hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan patokan perhitungan persentase untuk skala lima dengan rumus sebagai berikut.
Nilai tes praktik = Skor Siswa
Skor Maksimum x 100
Perolehan nilai pengamatan proses belajar siswa dan tes praktik dapat diukur menggunakan penentuan patokan dengan presentase untuk skala lima sebagai berikut.
Tabel 3.3 Penentuan Patokan dengan Persentase untuk Skala Lima Interval Persentase tingkat
Penguasaan Keterangan
80%-100% Baik Sekali
66%-79% Baik
56%-65% Cukup
40%-55% Kurang
1%-39% Kurang Sekali
(53)
2.3.5 Nontes
Teknik nontes yang digunakan dibuat dalam bentuk 2 jenis lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru.
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator Skor Skor
Maksimum
1 Motor
Activities
Seluruh siswa mencoba memperagakan ragam gerak yang telah disampaikan oleh guru
5
5 Dari 8 siswa terdapat 7-6 siswa
mencoba memperagakan ragam gerak yang telah disampaikan oleh guru 4 Dari 8 siswa terdapat 5-4 siswa
mencoba memperagakan ragam gerak yang telah disampaikan oleh guru
3 Dari 8 siswa terdapat 3-2 siswa
mencoba memperagakan ragam gerak yang telah disampaikan oleh guru 2 Hanya 1 siswa mencoba
memperagakan ragam gerak yang
telah disampaikan oleh guru. 1
2 Visual
Activities
Seluruh siswa memerhatikan materi
yang telah disampaikan oleh guru. 5
5 Dari 8 siswa terdapat 7-6 siswa yang
memerhatikan materi yang telah
disampaikan oleh guru 4 Dari 8 siswa terdapat 5-4 siswa yang
memerhatikan materi yang telah
disampaikan oleh guru 3 Dari 8 siswa terdapat 3-2 siswa yang
memerhatikan materi yang telah
disampaikan oleh guru 2 Hanya 1 siswa yang memerhatikan
materi yang telah disampaikan oleh guru
1
3 Emotional
Ectivities
Seluruh siswa bersemangat selama
(54)
Dari 8 siswa terdapat 7-6 siswa yang bersemangat selama proses
pembelajaran tarihalibambang 4 Dari 8 siswa terdapat 5-4 siswa yang
bersemangat selama proses
pembelajaran tarihalibambang 3 Dari 8 siswa terdapat 3-2 siswa yang
bersemangat selama proses pembelajaran tarihalibambang
2 Hanya 1 siswa yang bersemangat
selama proses pembelajaran tari
halibambang 1
Tabel 3.5 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
No Uraian Kegiatan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
I PRA PEMBELAJARAN
1 Memeriksa kesiapan siswa 2 Melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN 1 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
2 Menyampaikan materi dengan jelas
3 Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan
a. motorik, melatih siswa untuk menirukan ragam gerak
b. kecakapan intelek, guru melatih perserta didik untuk menghafal dan menyesuaikan ragam gerak
dengan musik
4 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan
A. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa 1 Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran 2 Menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam belajar
(55)
1 Memantau kemajuan belajar selama proses
2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) C. Penggunaan bahasa 1 Menggunakan bahasa lisan dan
tulis secara jelas, baik, dan benar 2 Menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai III PENUTUP
1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
(Roestiyah, 2008: 125-128) Keterangan:
Lembar pengamatan aktivitas guru disusun berdasarkan landasan teori metode drill.
P.1 = Pertemuan Pertama P.5 = Pertemuan Kelima P.2 = Pertemuan Kedua P.6 = Pertemuan Keenam P.3 = Pertemuan Ketiga P.7 = Pertemuan Ketujuh P.4 = Pertemuan Keempat P.8 = Pertemuan Kedepalapan
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada saat awal pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran selesai pada setiap pertemuannya dengan cara memberichek listpada kolom-kolom yang telah disediakan sebagai penanda.
(56)
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti. Hal ini disebabkan pada penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Pada instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan dokumentasi, catatan harian, tes praktik, dan nontes.
1) Panduan Observasi
Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan tentang hal yang dilihat dan diamati secara langsung.
2) Panduan Wawancara
Panduan wawancara berisi catatan hasil wawancara dengan berbagai narasumber yang akan memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya guna memperoleh gambaran rencana penelitian dengan perolehan data yang dikumpulkan.
3) Panduan Dokumentasi
Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto, video, catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera. Panduan dokumentasi digunakan untuk mendukung informasi lain dalam penelitian sehingga data yang didapatkan merupakan data yang lengkap. 4) Lembar Pengamatan Tes Praktik
Lembar pengamatan tes praktik digunakan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar tarihalibambangpada pertemuan kedelapan. Lembar tes praktik yang digunakan berisi instrumen yang berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.
(57)
5) Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data proses pada setiap pertemuan berupa aktivitas guru dalam pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau katagori. Data pada awal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian. Dalam penelitian ini data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan pembelajaran tariHalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
Langkah-langkah dalam analisis data meliputi hal berikut:
1) Mengamati proses pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
2) Mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran metodedrill pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.
3) Menganalisis hasil tes praktik pembelajaran tarihalibambangmenggunakan lembar pengamatan tes praktik proses dan tes praktik evaluasi akhir.
(58)
4) Mengakumulasikan semua nilai tes praktik siswa, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajatan tarihalibambangmenggunakan panduan penilaian skala lima.
5) Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, memilih dan merangkum data yang menjadi pokok untuk dianalisis.
6) Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data pada saat observasi, wawancara, dokumentasi, hasil tes praktik dan nontes (aktivitas siswa dan guru).
(59)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi dilaksanakan delapan pertemuan. Adapun langkah-langkah guru dalam
menerapkan metodedrillmeliputi (1) pemanasan, (2) memberikan contoh ragam gerak, (3) guru membimbing siswa untuk berlatih bersama-sama, (4) guru
melakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa. Pada setiap ragam gerak yang akan diajarkan, terlebih dahulu guru selalu memberikan contoh bentuk ragam gerak tersebut. Bersamaan dengan penjelasan contoh ragam gerak tersebut, guru juga memberitahukan hitungan ragam gerak dan melafalkan hitungan secara oral, setelah siswa dirasa paham kemudian guru membimbing siswa untuk berlatih ragam gerak yang dicontohkan secara bersama-sama. Selama proses kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, guru dan siswa menggunakan metode isyarat dan oral secara bersamaan dalam menyampaikan materi dan
(60)
Metode oral/ membaca ujaran merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam berkomunikasi dan penyampaian materi pembelajaran karena pada dasarnya siswa tunarungu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari adalah siswa sudah cukup dewasa dan sudah terbiasa berkomunikasi secara oral dengan cara membaca gerakan bibir. Metode ejaan jari(finger spending)baik abjad maupun angka digunakan oleh guru jika saat penjelasan materi, siswa tunarungu tidak dapat membaca maksud dan tujuan apa yang disampaikan oleh guru secara oral. Metode bahasa tubuh digunakan guru untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dalam berkomunikasi dan juga dapat digunakan sebagai kode untuk membantu siswa menarikan tarian agar sesuai dengan hitungan, bentuk gerakan dan iringan musik. Adapun beberapa kode yang digunakan guru agar dapat membantu siswa dalam meyesuaikan gerakan dengan iringan musik, yaitu tepukan tangan (kode awal saat hendak memulai tarian), peragaan ragam gerak (bahasa tubuh yang disesuaikan dengan bentuk ragam gerak), dan pelafalan hitungan (menghitung secara oral dan ejaan jari). Dengan menggunakan metodedrill,dan kode isyarat dan oral yang dilakukan oleh guru, maka proses latihan dapat terlaksana dengan baik. Siswa mampu menarikan tarianhalibambangmeskipun saat menarikan tarian ini masih terdapat beberapa kesalahan bentuk ragam gerak baik pada kaki, tangan, dan posisi badan.
2. Hasil akhir tes praktik pada pembelajaran tarihalibambangmenggunakan
metodedirll/latihan dinilai dari tiga aspek yaitu aspek wiraga, wirasa dan aspek wirama. Hasil evaluasi tes kemampuan menunjukkan bahwa beberapa siswa
(61)
tunarungu mampu menarikan tarihalibamabangsesuai ragam gerak yang diajarkan dan dapat mengukuti irama musik tari. Penilaian dari aspek wiraga menunjukkan nilai rata-rata 73% dengan kriteria baik, aspek wirama
menunjukkan nilai 70%, dengan kriteria baik, dan aspek wirasa menunjukkan nilai 68% dengan kriteria baik. Berdasarkan penilaian ketiga aspek tersebut semuanya menunjukkan kriteria baik, maka pembelajaran tarihalibambangdapat dilaksanakan pada siswa/siswa yang mempunyai keterbatasan tunarungu, dengan catatan bahwa peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajarannya.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menyarankan beberapa hal berikut.
1. Dalam melaksanakan latihan ragam gerak tari guru sebaiknya lebih
memperhatikan setiap bentuk ragam gerak baik dari posisi tangan, kaki, dan posisi badan agar siswa dapat lebih memahami bentuk sebenarnya dari masing-masing ragam gerak itu sendiri. Selain itu juga, guru diharapkan agar dapat menggunakan dan menambah penggunakan kode tari lebih banyak lagi, seperti kode tangan, kaki, posisi badan, kepala, mata, dsb.
2. Diharapkan kepada siswa untuk lebih giat lagi berlatih dan lebih sering berlatih agar kemampuan menarikan tarihalibambang dari aspekwiraga, wirama,dan wirasadapat lebih baik lagi dari hasil yang telah diuraikan pada penelitian ini.
(62)
3. Bagi masyarakat khususnya orang tua yang memunyai anak tunarungu,
pembelajaran tarihalibambangdapat dijadikan salah satu terapi agar anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sosial serta dapat menambah pengetahuan siswa untuk mengetahui kebudayaan asli daerah Lampung.
(63)
Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_______________. 2010.ProsedurPenelitian. Jakarta: PT Renika Cipta. Agustiningrum, Maria Denok Bekti. 2013. Penanganan Kesulitan Belajar
(Rendahnya Rasa Percaya Diri) pada Siswa Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari Di SLB-B Se-Jawa Tengah.FIP IKIP Veteran Semarang. Edisi Khusus Dies Natalis Vol : XX, No : 3. http://jurnal.upi.edu/cdid/view/369/ penanganan-kesulitan-belajar-siswa tuna rungu-wicara 28%. html (Diakses pada 17 Desember 2015 Pukul 19.00 WIB) .
Vol XX No 3. Ipi251816. 16.
Bahari, Nooryan. 2008.Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
________________. 2010.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Mohammad. 2006.Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ghony, Djunaidi dan Fauzan Almansyur. 2012.Metode Penelitian Kualitatif.Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
Glader, Margaret E. Bell. 1994.Belajar dan Membelajarkan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
KSIBI. 1995.Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia.Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
(64)
Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mukhtar. 2013.Metode Prakits Penelitian Deskriptif Kualitatif.Jakarta:
GP Press Grup.
Mustika, I Wayan. 2012.Tari Muli Siger.Bandar Lampung: Aura. _______________. 2013.Teknik Dasar Gerak Tari Lampung.Bandar
Lampung: Aura.
Roestiyah. 2008.Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad HM. 2004.Pengelola Pengajaran. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya
Sagala, Syaiful. 2013.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.
Sastrawinata, Emon. 1975.Pendidikan Anak Tunarungu. Bandung: Masa Baru.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudirman, A.M. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar-Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi dilaksanakan delapan pertemuan. Adapun langkah-langkah guru dalam
menerapkan metodedrillmeliputi (1) pemanasan, (2) memberikan contoh ragam gerak, (3) guru membimbing siswa untuk berlatih bersama-sama, (4) guru
melakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa. Pada setiap ragam gerak yang akan diajarkan, terlebih dahulu guru selalu memberikan contoh bentuk ragam gerak tersebut. Bersamaan dengan penjelasan contoh ragam gerak tersebut, guru juga memberitahukan hitungan ragam gerak dan melafalkan hitungan secara oral, setelah siswa dirasa paham kemudian guru membimbing siswa untuk berlatih ragam gerak yang dicontohkan secara bersama-sama. Selama proses kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, guru dan siswa menggunakan metode isyarat dan oral secara bersamaan dalam menyampaikan materi dan
(2)
Metode oral/ membaca ujaran merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam berkomunikasi dan penyampaian materi pembelajaran karena pada dasarnya siswa tunarungu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari adalah siswa sudah cukup dewasa dan sudah terbiasa berkomunikasi secara oral dengan cara membaca gerakan bibir. Metode ejaan jari(finger spending)baik abjad maupun angka digunakan oleh guru jika saat penjelasan materi, siswa tunarungu tidak dapat membaca maksud dan tujuan apa yang disampaikan oleh guru secara oral. Metode bahasa tubuh digunakan guru untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dalam berkomunikasi dan juga dapat digunakan sebagai kode untuk membantu siswa menarikan tarian agar sesuai dengan hitungan, bentuk gerakan dan iringan musik. Adapun beberapa kode yang digunakan guru agar dapat membantu siswa dalam meyesuaikan gerakan dengan iringan musik, yaitu tepukan tangan (kode awal saat hendak memulai tarian), peragaan ragam gerak (bahasa tubuh yang disesuaikan dengan bentuk ragam gerak), dan pelafalan hitungan (menghitung secara oral dan ejaan jari). Dengan menggunakan metodedrill,dan kode isyarat dan oral yang dilakukan oleh guru, maka proses latihan dapat terlaksana dengan baik. Siswa mampu menarikan tarianhalibambangmeskipun saat menarikan tarian ini masih terdapat beberapa kesalahan bentuk ragam gerak baik pada kaki, tangan, dan posisi badan.
2. Hasil akhir tes praktik pada pembelajaran tarihalibambangmenggunakan
metodedirll/latihan dinilai dari tiga aspek yaitu aspek wiraga, wirasa dan aspek wirama. Hasil evaluasi tes kemampuan menunjukkan bahwa beberapa siswa
(3)
tunarungu mampu menarikan tarihalibamabangsesuai ragam gerak yang diajarkan dan dapat mengukuti irama musik tari. Penilaian dari aspek wiraga menunjukkan nilai rata-rata 73% dengan kriteria baik, aspek wirama
menunjukkan nilai 70%, dengan kriteria baik, dan aspek wirasa menunjukkan nilai 68% dengan kriteria baik. Berdasarkan penilaian ketiga aspek tersebut semuanya menunjukkan kriteria baik, maka pembelajaran tarihalibambangdapat dilaksanakan pada siswa/siswa yang mempunyai keterbatasan tunarungu, dengan catatan bahwa peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajarannya.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menyarankan beberapa hal berikut.
1. Dalam melaksanakan latihan ragam gerak tari guru sebaiknya lebih
memperhatikan setiap bentuk ragam gerak baik dari posisi tangan, kaki, dan posisi badan agar siswa dapat lebih memahami bentuk sebenarnya dari masing-masing ragam gerak itu sendiri. Selain itu juga, guru diharapkan agar dapat menggunakan dan menambah penggunakan kode tari lebih banyak lagi, seperti kode tangan, kaki, posisi badan, kepala, mata, dsb.
2. Diharapkan kepada siswa untuk lebih giat lagi berlatih dan lebih sering berlatih agar kemampuan menarikan tarihalibambang dari aspekwiraga, wirama,dan
(4)
3. Bagi masyarakat khususnya orang tua yang memunyai anak tunarungu,
pembelajaran tarihalibambangdapat dijadikan salah satu terapi agar anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sosial serta dapat menambah pengetahuan siswa untuk mengetahui kebudayaan asli daerah Lampung.
(5)
Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_______________. 2010.ProsedurPenelitian. Jakarta: PT Renika Cipta. Agustiningrum, Maria Denok Bekti. 2013. Penanganan Kesulitan Belajar
(Rendahnya Rasa Percaya Diri) pada Siswa Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari Di SLB-B Se-Jawa Tengah.FIP IKIP Veteran Semarang. Edisi Khusus Dies Natalis Vol : XX, No : 3. http://jurnal.upi.edu/cdid/view/369/ penanganan-kesulitan-belajar-siswa tuna rungu-wicara 28%. html (Diakses pada 17 Desember 2015 Pukul 19.00 WIB) .
Vol XX No 3. Ipi251816. 16.
Bahari, Nooryan. 2008.Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2008.Psikologi Belajar.
Jakarta:Rineka Cipta.
________________. 2010.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Mohammad. 2006.Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ghony, Djunaidi dan Fauzan Almansyur. 2012.Metode Penelitian Kualitatif.Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
Glader, Margaret E. Bell. 1994.Belajar dan Membelajarkan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
KSIBI. 1995.Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia.Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
(6)
Latif, Syaifuddin. 2007.Perkembangan Peserta Didik (Modul).Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Naisonal.
Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mukhtar. 2013.Metode Prakits Penelitian Deskriptif Kualitatif.Jakarta:
GP Press Grup.
Mustika, I Wayan. 2012.Tari Muli Siger.Bandar Lampung: Aura. _______________. 2013.Teknik Dasar Gerak Tari Lampung.Bandar
Lampung: Aura.
Roestiyah. 2008.Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad HM. 2004.Pengelola Pengajaran. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya
Sagala, Syaiful. 2013.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.
Sastrawinata, Emon. 1975.Pendidikan Anak Tunarungu. Bandung: Masa Baru.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudirman, A.M. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar-Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta.