PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG MENGGUNAKAN METODE DRILL PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ANAK TUNARUNGU DI PK-PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI KEMILING BANDAR LAMPUNG 2014/2015

(1)

LEARNING

HALIBAMBANG

DANCE USING

DRILL

METHOD

ON DEAF CHILDREN INEXTRACURRICULAR ACTIVITIES

IN PK-PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI

KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014/2015

By:

BELLA AULIA RAHMAH

The problem in this research is how was the process and result from

halibambang

dance learning which used

drill

method in deaf children extracurricular activities

in PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung during

2014-2015. This study was aimed to describe

halibambang

dance learning used

drill

method in deaf children extracurricular activities in PK-PLK Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung during 2014-2015. This study was

descriptive qualitative research. The data sources ware teacher and eight deaf

students. The data collection technique are observation, interview, documentation

practice test and non test.

Drill

method was used in eight times meeting class. The research finding were

first t

eacher’s steps using

drill

method as follows, student doing warming

movement, giving example of dancing movement, the teacher taught the students

to do the meovement together, the teacher doing some tests to measure students

abilities. Second, assessment criteria from teach

halibambang

dance movements

used

drill

method are wiraga, wirasa and wirama. During the learning materials

transferring process, teacher used requirement method and oral method of

communicate. Third, the evaluation results of ability test shows that students

could do the

halibambang

dance in right movements and music rythm due to

teacher taught. Valuation in wiraga aspect shows average score by 73% with good

criteria, wirama aspect shows score 70% with good criteria and wirasa aspect

shows score 68% with good criteria, beside that teacher also held assessment of

learning activities in each meeting class. Based on three aspects, the result shows

halibambang

dance learning got average score by 70% with good criteria.


(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN TARI

HALIBAMBANG

MENGGUNAKAN METODE

DRILL

PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ANAK TUNARUNGU

DI PK-PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI KEMILING

BANDAR LAMPUNG 2014/2015

Oleh:

BELLA AULIA RAHMAH

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses dan hasil

pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan

ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi

Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada

kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015

.

Jenis penelitian ini

deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah guru

dan 8 siswa tunarungu

.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara,

dokumentasi tes praktik dan non tes.

Metode

drill

diterapkan selama delapan pertemuan. Adapun, temuan penelitian

menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama langkah-langkah guru dalam

menerapkan metode

drill

meliputi pemanasan, memberikan contoh ragam gerak,

guru membimbing siswa untuk berlatih bersama-sama, guru melakukan tes untuk

mengukur kemampuan siswa. Kedua, hasil pembelajaran ragam gerak tari

halibambang

menggunakan metode

drill

dinilai dari tiga aspek yaitu wiraga,

wirasa dan wirama. Selama proses penyampaian materi pembelajaran tari, guru

menggunakan metode isyarat dan metode oral dalam berkomunikasi. Ketiga, hasil

evaluasi tes kemampuan menunjukkan bahwa siswa tunarungu mampu menarikan

tari

halibambang

sesuai ragam gerak yang diajarkan dan dapat mengikuti irama

musik tari dengan bantuan kode yang diberikan oleh guru. Penilaian aspek wiraga

menunjukkan nilai rata-rata 73% dengan kriteria baik, aspek wirama menunjukan

nilai 70%, dengan kriteria baik, dan aspek wirasa dengan nilai 68% dengan

kriteria baik, selain itu juga diadakan penilaian tentang aktivitas belajar siswa di

setiap pertemuan. Berdasarkan ketiga aspek tersebut hasil pembelajaran tari

halibambang

memperoleh rata-rata 70% dengan kriteria baik.


(3)

DRILL

PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ANAK TUNARUNGU

DI PK-PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI KEMILING

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014/2015

Oleh

BELLA AULIA RAHMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

PEMBELAJARAN TARI

HALIBAMBANG

MENGGUNAKAN METODE

DRILL

PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ANAK TUNARUNGU

DI PK-PLK DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI KEMILING

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh:

BELLA AULIA RAHMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(5)

Diagram

Halaman

4.1 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Pertama... 81

4.2 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Kedua ... 100

4.3 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Ketiga ... 116

4.4 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Keempat ... 129

4.5 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Kelima ... 141

4.6 Hasil Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Aspek Wiraga ... 164

4.7 Hasil Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Aspek Wirasa ... 166


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

4.1 Lokasi PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi... 57

4.2

Suasana Ruang Latihan

... 64

4.3

Suasana Guru Menjelaskan Materi Tari

Halibambang

... 72

4.4

Ragam

Gubu Ghahang

... 76

4.5

Ragam Gerak

Sesayak

... 93

4.6

Ragam Gerak

Jong Simpuh

... 96

4.7

Evaluasi Kemampuan Gerak

... 111

4.8

Ragam Gerak

Injak Lado

... 124

4.9

Gerakan

Selimpat

... 125

4.10

Suasana Tes Praktik Tari

Halibambang

dengan Bantuan Kode

... 137

4.11

Suasana Siswa Berlatih Secara Mandiri

... 146

4.12

Suasana Guru dalam Mengawasi Latihan Mandiri

... 152

4.13

Susana Akhir Pembelajaran

... 153


(7)

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

MOTO

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR DIAGRAM

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

... 1

1.2

Rumusan Masalah

... 7

1.3

Tujuan Penelitian

... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5

Ruang Lingkup Penelitian

... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

... 10

2.1.1 Teori Belajar ... 10

2.1.2 Aktivitas Belajar ... 11

2.1.3 Pembelajaran ... 13

2.1.4 Metode Pembelajaran ... 15

2.1.5 Metode

Drill

atau Latihan... 16

2.1.6 Metode Komunikasi ... 18

2.2 Tari

... 19

2.2.1 Sejarah Tari

Halibambang

... 20

2.2.2 Unsur dan Bentuk Tari

Halibambang

... 20

2.3 Tunarungu ... 33

2.3.1 Ciri Khas Anak Tunarungu ... 33

2.3.2

Klasifikasi Anak Tunarungu

... 34

2.3.3 Penerapan Metode Pembelajaran Tari pada Siswa Tunarungu... 35

2.4 Program Ekstrakurikuler ... 36

2.4.1 Tujuan Ekstrakurikuler ... 37


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

... 39

3.2 Sumber Data

... 41

3.3 Teknik Pengumpulan Data

... 41

3.3.1 Observasi

... 42

3.3.2 Wawancara

... 42

3.3.3 Dokumentasi

... 43

3.3.4 Tes Praktik

... 43

3.3.5 Non Tes ... 51

3.4 Instrumen Penelitian

... 54

3.5 Teknik Analisis Data

... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

... 57

4.1.1 Profil Sekolah

... 58

4.1.2 Visi Misi dan Tujuan

... 58

4.1.3 Keadaan Guru

... 60

4.1.4 Keadaan Siswa

... 61

4.1.5 Sarana Prasarana ... 61

4.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian

... 62

4.2.1 Persiapan Penelitian

... 62

4.2.2 Temuan Pertemuan Pertama

... 64

4.2.3 Temuan Pertemuan Kedua

... 85

4.2.4 Temuan Pertemuan Ketiga

... 104

4.2.5

Temuan Pertemuan Keempat

... 119

4.2.6 Temuan Pertemuan Kelima

... 133

4.2.7 Temuan Pertemuan Keenam

... 144

4.2.8

Temuan Pertemuan Ketujuh

... 151

4.2.9

Temuan Pertemuan Kedelapan

...

1

57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

... 172

5.2 Saran

... 174

DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel

Halaman

2.1 Ragam Gerak Tari

Halibambang

... 22

2.2

Urutan Ragam Gerak Tari

Halibambang

dengan Hitungan

... 31

3.1 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Proses) ... 44

3.2 Lembar Pengamatan Tes Praktik (Evaluasi Akhir)... 48

3.3 Penentuan Patokan dengan Presentase Untuk Skala Lima ... 50

3.4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 51

3.5 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 52

4.1 Data Guru Sesuai Jabatan Tahun2014/2015 ... 60

4.2 Data Siswa B, C, dan Autis... 61

4.3 Sarana dan Prasarana... 61

4.4 Indikator Penilaian Hasil Tes Praktik Siswa Pertemuan 1&2... 79

4.5 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Pertama... 80

4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama... 82

4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Pertama ... 83

4.8 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Kedua ... 99

4.9 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua ... 101

4.10 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ... 102

4.11 Indikator Penilaian Hasil Tes Praktik Siswa Pertemuan Ketiga ... 113

4.12 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Ketiga ... 114

4.13 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga ... 117

4.14 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ... 118

4.15 Indikator Penilaian Hasil Tes Praktik Siswa Pertemuan Keempat .... 128

4.16 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Keempat ... 128

4.17 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Keempat ... 130

4.18 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keempat ... 131

4.19 Indikator Penilaian Hasil Tes Praktik Siswa Pertemuan Kelima ... 138

4.20 Hasil Tes Praktik Siswa pada Pertemuan Kelima ... 140

4.21 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kelima ... 142

4.22 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ... 143

4.23 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Keenam ... 148

4.24 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ... 149

4.25 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketujuh ... 154

4.26 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketujuh ... 155

4.27 Hasil Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Aspek Wiraga

... 162

4.28 Hasil Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Aspek Wirasa

... 165

4.29 Hasil Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Aspek Wirama

... 167

4.30 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedelapan... 169


(10)

(11)

(12)

(13)

No one can make you feel inferior without your concent.

(Eleanor Roosevelt)

What ever you do, work at it with all your heart.

(Paul)


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah

diberikan Allah SWT Sang pencipta alam semesta sehingga dengan ridho-Nya

skripsi ini bisa diselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk.

1.

Papa dan Mama tersayang, terima kasih untuk semua limpahan kasih sayang,

dukungan, semangat, doa, dan motivasi yang selalu menyertai langkah

hidupku

2.

Kakak-kakakku tercinta, Robet Dianto, Ria Puspa Sari, Refqi Are Bowo

yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang tak pernah putus

padaku.

3.

Almamater tercinta, Universitas Lampung. Terima kasih atas pengalaman

hidup yang tak ternilai harganya.


(15)

Dengan kerendahan hati, syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah

diberikan Allah SWT Sang pencipta alam semesta sehingga dengan ridho-Nya

skripsi ini bisa diselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk.

1.

Papa dan Mama tersayang, terima kasih untuk semua limpahan kasih sayang,

dukungan, semangat, doa, dan motivasi yang selalu menyertai langkah

hidupku

2.

Kakak-kakakku tercinta, Robet Dianto, Ria Puspa Sari, Refqi Are Bowo

yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang tak pernah putus

padaku.

3.

Almamater tercinta, Universitas Lampung. Terima kasih atas pengalaman

hidup yang tak ternilai harganya.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baturaja, pada 13 April 1993, anak keempat dari empat

bersaudara buah hati Bapak H. Wibowo Oganianto dan Ibu Hj. Rohana. Penulis

mengawali pendidikan pada 1997 di TK PU, Kabupaten Ogan Komering Ulu,

diselesaikan pada tahun 1999, SD Negeri 1 Ogan Komering Ulu diselesaikan pada

tahun 2005, SMP Negeri 1 Ogan Komering Ulu diselesaikan pada tahun 2008,

SMA Negeri 4 Ogan Komering Ulu yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada

tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Seni Tari

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi

serta pernah menjabat sebagai Bendahara Umum Unit Kegiatan Mahasiswa

Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung periode 2013-2014 dan periode

2014-2015. Pada tahun 2014 penulis pernah mengikuti

member of Cultural

Exchange Exhibition Indonesia Art Performance to University of Kentucky, USA

,

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Gunung Alip,

Tanggamus. Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Banjar Negeri kecamatan

Tanggamus. Pada 2014 penulis melakukan penelitian di PK-PLK Dharma Bakti


(17)

(18)

SANWACANA

Puji Syukur penulis Panjatkan kepada Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) karena

atas limpahan rahmat-

Nya skripsi dengan judul

“Pembelajaran Tari

Halibambang

Menggunakan Metode

Drill

pada Kegiatan Ekstrakurikuler Anak Tunarungu di

PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung Tahun

2014/2015” ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., sebagai Pembimbing I, terima kasih

atas motivasi, ilmu serta waktu yang diberikan dalam membimbing

penulis.

2. Dr. I Wayan Mustika, M.Hum., sebagai Pembimbing II, terima kasih telah

berkenan membimbing, memberikan ilmu serta pengalaman yang tak

ternilai harganya untuk menjadi salah satu

member of cultural exchange

exhibition Indonesia art performance to University of Kentucky, USA

tahun 2014

3. Susi Wendhaningsih, S.Pd., M.Pd., yang telah berkenan menjadi

pembahas, memberikan kritik, ilmu, nasihat, motivasi, serta membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(19)

dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Dwiyana Habsari, S.Sn., M.Hum., Hasyimkan, S.Sn., M.A., Agung

Kurniawan, S.Sn., M.Sn., Riyan Hidayatullah, S.Pd., M.Pd, Fitri Daryanti,

S.Sn., M.Sn., terima kasih telah membekali penulis dengan banyak ilmu

selama melaksanakan pendidikan di Program Studi Pendidikan Seni Tari

FKIP Unila.

7. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru khusus tunarungu sekaligus

pembina ekstrakurikuler tari serta seluruh peserta didik tunarungu di

PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung, terima

kasih atas kerjasama dan bantuannya dalam proses menyelesaikan skripsi

ini.

8. Kedua orang tua, Papa Wibowo Oganianto dan Mama Rohana, terima

kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, doa dan segalanya yang tak

pernah henti tercurah untuk penulis.

9. Robet Dianto, Ria Puspa Sari, Refqi Are Bowo yang selalu menjadi

motivasi dan penyemangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar yang menjadi sumber kebahagian, terima kasih atas

dukungan yang diberikan.

11. Sahabat-sahabatku, Lia Elisa, Gablira Fitrin Simamaru, Hera Dwi Clara,

Eisty Delima, Ria Arti Pertiwi, Vika Ratu Lestari, Agri Merdian Pratiwi,

Ira Maya Sopha, Nata Sabaringga, Agung Rangkuti Zayadi, Dan Genta

Febrian yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dan

mendengarkan keluh kesah dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(20)

12. Keluarga Besar UKMBS Unila abang-abang, mbak-mbak, teman-teman,

dan adik-adik terima kasih atas kebersamaan, pengalaman dan berbagai

pembelajaran yang telah diberikan sehingga penulis dapat mengerti dari

sebuah proses untuk menuju sesuatu.

13. Teman seperjuangan Andini Kusuma Negara, Siti Mutiara Barokah, Zeny

Putri Sanjaya, Fani Santi Aziza dan semua teman-teman Prodi Seni Tari

2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

14. Kakak tingkat Prodi Seni Tari 2008, 2009, 2010 serta adik tingkat

angkatan 2012, 2013, 2014.

15. Mas Jaya yang selalu ada waktu dalam menghadapi penulis dalam urusan

pemberkasan.

16. Staf dan bidang akademis kampus dan semua pihak yang telah mendukung

proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit

harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2015

Penulis


(21)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia yang tergolong dalam kebutuhan integratif adalah

menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

(Bahri, 2008: 45). Kebutuhan integratif tersebut dapat diwujudkan manusia

melalui kesenian. Tari merupakan salah satu dari sekian bentuk kesenian yang

dimiliki oleh setiap negara termasuk Indonesia.

Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, namun terdapat satu definisi

yang umum, yaitu tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan

melalui gerak tubuh yang ritmis. Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur

utama dari tari adalah tubuh. Tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang

merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal

(Bahri, 2008: 58).

Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki

fungsi yang berbeda-beda bergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh.

Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni

tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang

berbeda namun memiliki makna yang hampir sama. Adapun pengertian tari adalah


(22)

2

gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau

ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak (wiraga),

ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21).

Seni tari merupakan salah satu dari berbagai mata pelajaran yang diberikan bagi

anak berkebutuhan khusus di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling

Bandar Lampung. Sekolah ini tidak memiliki guru khusus seni tari yang berlatar

belakang pendidikan guru tari. Yang ada hanyalah guru-kelas yang mempunyai

minat dalam bidang seni sehingga guru tersebut mengajarkan kesenian di

sekolahnya. PK-PLK Dharma Bakti Dharma menyelenggarakan pendidikan

khusus untuk anak tunagrahita, tunarungu, dan autis.

Siswa berkebutuhan khusus ini merupakan salah satu kelompok sosial dalam

masyarakat yang perlu mendapatkan hak serta perlakukan yang sama, dan adil

dalam pendidikan termasuk pelayanan dalam pebelajaran seni tari. Pelayanan

pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus ini telah diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pada pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa: setiap warga negara mempunyai

hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Kemudian ayat 2

menyatakan bahwa: warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pernyataan di atas menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lembaga

pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosi, mental,

intelektual/sosial sehingga terjadi perkembangan yang signifikan dengan


(23)

berdirinya lembaga-lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam

perkembangannya lembaga pendidikan/ sekolah khusus tidak hanya terdapat di

kota-kota besar saja. Namun, di beberapa kecamatan sekolah tersebut telah

didirikan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga termasuk pada pasal 32

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyebutkan bahwa: pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan

pendidikan bagi siswa yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial (Efendi, 2006:

1). Pendidikan anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk membantu anak didik

yang menyandang kelainan dalam memperoleh pengetahuan, mengembangkan

bakat kreatifitas, kemampuan dan keterampilan yang dapat ditransfer pada

kehidupan kerja sebagai mata pencaharian maupun kreasi sebagai hobi atau

kesenangan. Proses pembelajaran untuk setiap siswa berkebutuhan khusus akan

mendapatkan pelayanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

Tunarungu merupakan siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan

fisik dalam hal pendengaran. Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/

dis-/ non-fungsi dari sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara

pedagosis tunarungu ialah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan

dan pendidikan khusus (Sastrawinata, 1975: 10). Penderita gangguan pendengaran


(24)

4

ini akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya, terutama

pada aspek bahasa, kecerdasan, dan penyesuaian sosial (Efendi, 2006: 72).

Gangguan pada indera pendengaran merupakan faktor penghambat utama yang

akan dialami saat proses pembelajaran khususnya seni tari. Bagi anak normal

menari merupakan hal yang biasa. Namun, bagi anak-anak yang menyandang

tunarungu menjadi suatu hal yang luar biasa karena anak tunarungu

mengandalkan indera penglihatannya secara optimal sebagai kompensasi dari

tidak berfungsinya indera pendengarannya dalam menarikan dan menyesuaikan

iringan musik dalam sebuah tarian.

Pembelajaran yang berhubungan dengan ketangkasan dan keterampilan, biasanya

guru menggunakan metode

drill/

latihan sebagai metode utama saat proses

pembelajaran. Teknik latihan/

drill

merupakan suatu teknik yang dapat diartikan

sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan

latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari

apa yang telah dipelajari. Metode

drill

/ latihan bertujuan untuk mengukur

kerampilan motorik dan kecakapan intelek (Roestiyah, 2008: 125).

Dipilihnya PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi sebagai tempat penelitian

karena adanya ketersediaan data. Berdasarkan wawancara pra observasi yang

dilakukan peneliti dengan pembina ekstrakurikuler anak tunarungu tanggal 19

Januari 2014, PK-PLK Dharama Bakti Dharma Pertiwi telah menerapkan

pembelajaran seni tari di dalam kelas pada setiap jenjang pendidikan tunagrahita,

tunarungu, dan autis. Pembelajaran tari di dalam kelas ini tidak berlangsung


(25)

maksimal, karena setiap kelas pada masing-masing jenjang pendidikan didominasi

oleh siswa laki-laki yang tidak mempunyai minat dalam mempelajari praktik tari.

Oleh karena itu, proses praktik tari terkadang hanya dilaksanakan sekedarnya saja.

Praktik tari yang sesungguhanya dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler tari ini hanya diperuntukkan bagi siswa tunarungu karena

pada dasarnya kemampuan intelegensi siswa tunarungu sama dengan siswa normal

umumnya sehingga masih memungkinan untuk dapat menarikan sebuah tarian,

sedangkan siswa tunagrahita mempunyai intelegensi di bawah rata-rata dan siswa

autis mempunyai perilaku hiperaktif yang sulit dikondisikan.

Tercatat sebanyak 8 siswa perempuan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

tari, masing-masing 1 siswa dari tingkat SDLB, 3 siswa dari tingkat SMPLB dan 4

siswa dari tingkat SMALB. Penyebab ketunarunguan yang dialami pada setiap

siswa, yaitu tunarungu sejak lahir, tunarungu akibat kecelakaan dan sakit sewaktu

masa kanak-kanak. Selain penyebab ketunarunguan, kondisi pendengaran pada

setiap siswa pun juga berbeda-beda, 2 siswa masih mempunyai sisa pendengaran

(tunarungu sedang) dan 6 siswa lainnya tidak mempunyai sisa pendengaran

(tunarungu total).

Guru menggunakan metode

drill

/ latihan dalam pelaksanaan proses pembelajaran

tari. Guru berpendapat bahwa metode

dirll/

latihan ini sangat efektif diterapkan

dalam proses pembelajaran tari karena dengan metode ini siswa yang tidak bisa

menari dengan berlatih secara berulang-ulang pada akhirnya akan mampu

menarikan tarian yang diajarkan oleh guru. Meskipun saat pembelajaran tari guru

tidak menuntut siswa untuk dapat menarikan sebuah tarian dengan sangat baik


(26)

6

melainkan sesuai dengan kemampuan siswanya. Selain itu, dalam memperlancar

proses penyampaian materi pembelajaran tari, guru menggunakan metode khusus

tunarungu dalam berkomunikasi, yaitu metode oral dan metode isyarat.

Materi tari yang akan diberikan adalah tari

halibambang.

Tari

halibambang

ini

merupakan tarian tradisional yang sederhana dan berasal dari provinsi Lampung.

Selain itu juga, menurut guru pembina ekstrakurikuler tingkat kesulitan tarian ini

tidak terlalu tinggi sehingga siswa tunarungu akan mampu menarikan tarian ini.

Tari

halibambang

merupakan tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang

sedang beterbangan dengan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas

dan berayun-ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tari

halibambang

adalah sifat keagungan dan keindahan, serta kesopanan gadis atau putri dalam

menyapa para tamu. Pada mulanya tari

halibambang

merupakan tarian keluarga

Lampung Sekala Brak dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan keluarga

Sekala Brak yang terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat,

pada acara nyambai. Setelah mengikuti perkembangan zaman, tarian ini sekarang

sudah bisa dikembangkan sebagai tari tontonan atau sering disebut penyajian

estetis (Mustika, 2013: 263).

Penelitian mengenai pembelajaran dengan materi tari

halibambang

sudah pernah

dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti diantaranya, Arum Puspita Sari

dengan judul Pembelajaran Tari

Halibambang

dengan Metode Latihan di SMP N

8 Bandar Lampung dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil pembelajaran

tari

halibambang

dengan menggunakan metode latihan di SMP N 8 Bandar


(27)

Lampung. Meita Widya Hapsari dengan judul Pembelajaran Gerak Tari

Halibambang

Melalui Metode Demonstrasi di SMA N 1 Seputih Agung Tahun

Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan penelitian mendeskripsikan hasil

pembelajaran gerak tari

halibambang

melalui metode demonstrasi di SMA N 1

Seputih Agung. Selian itu juga, terdapat kesamaan subjek dan tempat penelitian

yang pernah dilakukan oleh Gatra Agnesia dengan judul Pembelajaran Tari

Sigeh

Penguten

pada Anak Tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi, Kemiling

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan mendeskripsikan

proses dan hasil pemebelajaran tari pembelajaran tari

sigeh penguten

pada anak

tunarungu di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung

tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan kajian penelitian terdahulu yang telah

dijabarkan, belum ada peneliti yang mengkaji tentang pembelajaran tari

halibambang

pada anak tunarungu. Dengan demikian, untuk menambah referensi

mengenai penelitian pembelajaran dengan materi tari

halibambang,

peneliti

berencana mengkaji lebih mendalam mengenai pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di

PK-PLK Dharma Bakti-Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah proses pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015?

2. Bagaimanakah hasil pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti


(28)

8

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pada penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

1. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menggambarkan tentang bagaimana

proses pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada

kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu.

2. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menumbuhkan percaya diri dan

keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran tari.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru dan semua pihak

sekolah di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar

Lampung untuk mengetahui keterampilan setiap siswa terhadap pembelajaran

tari

halibambang.

4. Diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan atau informasi

peneliti tentang bagimana melakukan sebuah penelitian.


(29)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat

penelitian dan waktu penelitian.

1.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di

PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun

2014/2015.

2.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa tunarungu PK-PLK Dharma Bhakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015 yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berjumlah 8 siswa perempuan, 2 siswa

masih mempunyai sisa pendengaran (tunarungu sedang) dan 6 anak tidak

mempunyai sisa pendengaran (tunarungu total).

3.

Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi

yang beralamatkan Jalan Teuku Cikditiro No.46 Kemiling, Bandar Lampung.

4.

Waktu Penelitian


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori sangat diperlukan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh,

dan bukan sekedar perbuatan coba-coba

(trial and error)

(Sugiono, 2013: 79)

.

Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data. Landasan teori yang ditinjau merupakan teori-teori yang

berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2.1.1 Teori Belajar

Menurut Kurnia dalam Latif (2007: 3), belajar pada hakekatnya salah satu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif

dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi

individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut

terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap dan mempunyai tujuan

terarah pada kemajuan yang progresif. Pengertian belajar menurut Slameto (2003:

2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


(31)

Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dari latihan dan pengalaman

dengan lingkungannya yang dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Menurut Djamarah (2008: 2) aktivitas belajar merupakan aktivitas rangkaian jiwa

raga, psiko fisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya yang

menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor). Aktivitas

terbagi menjadi: (1) aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,

melihat atau hanya pasif, dan (2) aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja

sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani,

2004: 6). Hal tersebut diperkuat oleh pandangan yang dikemukakan Piaget

(Rohani, 2004: 7) bahwa seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa

berbuat anak tidak berpikir, agar berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan

untuk berbuat sendiri. Sudirman (2008: 98) menyatakan aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani dan dalam kegiatan

belajar, kedua aktivitas itu harus selalu terkait agar dapat membuahkan aktivitas

belajar yang optimal.

Berasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

merupakan kegiatan siswa dalam belajar baik fisik atau psikis untuk mencapai

hasil belajar.


(32)

12

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses

pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Menurut

Paul B. Dierdrich sebagaimana dikutip Sudirman (2008: 101) aktivitas siswa

dapat digolongkan sebagai berikut.

a.

Visual activities,

yang di dalamnya; membaca, memperhatikan, demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain.

b.

Oral activities,

seperti menyatakan, bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan,

pendapat, mengadakan wawancara.

c.

Listening activities,

seperti mendengarkan, uraian, percakapan, musik dan

pidato.

d.

Writing activities,

seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan

menyalin.

e.

Drawing activities,

misalnya, menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.

f.

Motor activities,

misalnya, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

persepsi, bermain, berkebun, dan beternak.

g.

Mental activities,

seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, melihat dukungan, mengambil keputusan.

h.

Emotional activities,

misalnya, menaruh minat, bersemangat, merasa bosan,

berani, tenang, gugup.

Berdasarkan beberapa macam kegiatan siswa yang dikutip dari Sudirman

(2008:101) maka dalam pembelajaran tari

halibambang

menggunkan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi Kemiling Bandar Lampung akan dilakukan pengamatan 3 kegiatan


(33)

2.1.3 Pembelajaran

Gegne mendefisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal

yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang

sifatnya internal (Gredler, 1994: 207). Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud

merupakan pembelajaran pada anak tunarungu, yaitu serangkaian tindakan proses

belajar yang dirancang dan disusun alur proses belajaranya (peristiwa eksternal)

serta dilakukan oleh pengajar, pendidik atau guru dan diberikan kepada siswa agar

siswa dapat memperoleh perubahan dalam diri secara kognitif, afektif, dan

psikomotorik (peristiwa internal).

Bicara tentang kegiatan pembelajaran terkandung tiga peranan besar, yaitu

planning for learning and instruction, fasilitatory of learning and evaluation of

learning

(Jarolemek dalam Suryosubroto, 2009: 15). Hal-hal berkaitan dengan

tiga peranan besar dalam pembelajaran tersebut, akan diuraikan dalam

pembahasan di bawah ini.

a.

Merencanakan Pengajaran (

Planning for Learning and Instruction)

Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka tujuan

dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil. Itulah sebabnya seorang

guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran.

Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk

disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar peserta didik yang

merupakan proses merangkai situasi belajar agar belajar menjadi lebih mudah

(Suryosubroto, 2009: 23). Kemampuan dalam merencanakan pembelajaran

adalah sebagai berikut.


(34)

14

2.

Kemampuan mempersiapkan bahan pengajaran.

3.

Kemempuan merencanakan media dan sumber.

4.

Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa.

Perencanaan dalam pembelajaran dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol

terhadap dirinya sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya

b.

Melaksanakan Proses Belajar-Mengajar (

Fasilitatory of learning)

Yang dimaksud dengan proses belajar-mengajar adalah proses

berlangsungnya belajar-mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan

pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan

strategi-strategi yang telah diracang untuk mencapai tujuan pengajaran (Lefrancois

dalam Suryosubroto, 2009: 30). Kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran

adalah sebagai berikut.

1.

Menguasai bahan yang direncanakan dan disesuaikan.

2.

Mengelola proses belajar-mengajar.

3.

Mengelola kelas.

4.

Menggunakan metode dan sumber.

5.

Melaksanakan interaksi belajar-mengajar.

6.

Melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran.

7.

Mengadministrasikan kegiatan belajar-mengajar.

c.

Mengevaluasi (

Evaluasi of Learning)

Evaluasi merupakan penentuan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan

pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai

hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar

peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari


(35)

dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suryosubroto, 2009: 44). Penilaian

dalam proses belajar-mengajar meliputi hal-hal sebagai berikut.

a.

Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu

pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik (Arikunto, 2008: 50).

b.

Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah

satu jangka waktu tertentu (Arikunto, 2008: 53).

c.

Pelaporan hasil penilaian

Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir

caturwulan atau akhir semester setiap guru harus mengelola nilai akhir

dan memasukannya dalam buku rapor.

d.

Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan

Program perbaikan nilai dan pengayaan sangat diperlukan dalam rangka

pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian

taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan

pelajaran, baik secara perseorangan atau kelompok (Suryosubroto 2009:

47), sedangkan bentuk pelaksanaan pengayakan dapat berupa membaca/

mempelajari bahan pelajaran baru atau penyelesaian tugas pekerjaan

rumah (PR).

2.1.4 Metode Pembelajaran

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik.

Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping

mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada


(36)

16

siswa yang merupakan proses pembelajaran (proses belajar-mengajar) itu

dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara atau metode-metode

tertentu.

Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran,

atau soal bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid

di sekolah (Surakhmad dalam Suryosubroto, 2009: 141). Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi pemilihan metode, di antaranya, anak didik, tujuan, situasi,

fasilitas, dan guru (Winarno Surakhmad dalam Djamarah dan Zain, 2010: 77).

2.1.5 Metode

Drill

atau Latihan

Seorang peserta didik perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam

sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, berenang atau berkebun. Sebab itu di

dalam proses belajar-mengajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai

keterampilan tersebut. Salah satu teknik penyajian pelajaran untuk memenuhi

tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau

drill

. Menurut Roestiyah (2008: 125)

teknik latihan atau

drill

merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai

suatu cara mengajar di mana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan

agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari

apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur

melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan

keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu

dengan sempurna. Hal ini menunjang peserta didik berprestasi dalam bidang

tertentu.


(37)

Tujuan penggunaan metode

drill

adalah sebagai berikut.

a. Memiliki keterampilan motorik atau gerak; seperti menghafalkan kata-kata,

menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak

dalam olahraga atau tari.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,

menjumlah dan mengurangi. Mengenal benda atau bentuk dalam pelajaran

matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal

lain, seperti hubungan sebab

akibat banyak hujan

banjir; antara tanda huruf

dan bunyi

ng

ny dan sebagainya; penggunaan lambang atau simbol di

dalam peta dan lain-lain (Roestiyah, 2008: 125).

Kelebihan metode

drill

adalah sebagai berikut.

1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,

kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, mengunakan alat-alat (mesin

permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga.

2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,

menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan

sebagainya.

3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti

hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan

sebagainya.

4. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan kompleks,

rumit, menjadi lebih otomatis.


(38)

18

5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam

pelaksanaannya (Djamarah dan Zain, 2010: 96).

Kelemahan metode

drill

adalah sebagai berikut.

1. Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid.

2. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara beruang-ulang merupakan

hal yang monoton.

3. Membentuk kebiasaan yang kaku.

4. Dapat menimbulkan verbalisme (Segala, 2013:218).

Untuk kesuksesan pelaksanaan metode

drill

dalam pembelajaran, instruktur/ guru

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1.

Siswa harus diberi pengertian sebelum diadakan latihan tertentu.

2.

Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula

kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih

sempurna.

3.

Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.

4.

Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

5.

Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang

esensial

dan berguna.

(Roestiyah, 2008: 127-128).

2.1.6 Metode Komunikasi

Berikut metode komunikasi pada anak tunarungu menurut Sastrawinata dalam

bukunya yang berjudul pendidikan anak tunarungu.


(39)

1.

Motode isyarat adalah metode komunikasi dengan menggunakan ejaan jari

(finger spending)

dan bahasa tubuh. Ejaan jari merupakan jenis isyarat yang

dibentuk dengan jari tangan untuk menggambarkan abjad atau untuk mengeja

huruf atau angka. Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti

sikap tubuh, ekspresi muka, pantomikik atau gerakan secara wajar dan alami.

2.

Metode oral adalah metode komunikasi dengan cara yang lazim digunakan

oleh orang mendengar. Metode oral ini sama halnya dengan membaca ujaran,

metode ini dilakukan melalui indera penglihatan untuk menyimak

pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. Oleh

sebab itu, ada persyaratan untuk pelaksanaan metode ini, yaitu harus selalu

berhadapan muka langsung dengan jarak yang dekat, penerangan yang cukup

serta ucapan yang jelas (Sastrawinata, 1975: 36-99).

Berdasarkan beberapa paparan metode komunikasi di atas dalam pembelajaran

tari

halibambang

pada ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti

Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung guru juga menerapkan kedua metode

tersebut untuk memperlancar proses pembelajaran tari dan membantu siswa agar

dapat menarikan tarian.

2.2 Tari

Tari adalah gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan

jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak

(wiraga), ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21).

Pada dasarnya seni tari bukan merupakan kegiatan yang dilakukan semata-mata

untuk mengekspresikan diri, tetapi seni memiliki tujuan untuk mengungkapkan


(40)

20

gerak dengan menggunakan rasa agar mencapai suatu keindahan. Seni tari yang

diajarkan di dalam dunia pendidikan berdasarkan bertujuan untuk melestarikan

budaya dan memberikan pengalaman estetik kepada siswa melalui kegiatan

belajar bergerak dan menyelaraskan gerak dengan musik.

2.2.1 Sejarah Tari

Halibambang

Tari

halibambang

memiliki dua pengertian, yaitu

hali

diartikan seperti dan

bagaikan, sedangkan

halibambang

adalah kupu-kupu. Tar

i halibambang

dapat

diartikan sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang

berterbangan dan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas dan

berayun-ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tari

halibambang

adalah sifat

keagungan dan keindahan serta kesopanan gadis atau putri dalam menyapa para

tamu. Tarian ini terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan

tumbuh dan berkembang di daerah tersebut (Mustika, 2013: 62).

2.2.2 Unsur dan Bentuk Tari

Halibambang

a. Penari

Jumlah penari dalam tari

halibambang

ini ditarikan oleh 6 (enam) orang penari

wanita. Tari

halibambang

hanya ditarikan oleh penari wanita tidak ada penari

laki-laki.

b. Busana dan Aksesoris Tari

Halibambang

1.

Kumbang Gijekh

(Kumbang Goyang) sebagai lambang keagungan dan

keindahan.


(41)

3.

Tali Galah

(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan)

4. Kipas (properti) lambang sayap kupu-kupu

5.

Gelang Kana

(kemakmuran)

6.

Gajah Minung

(kemakmuran)

7.

Busung

/ ikat pinggang (kemakmuran)

8.

Kawai

/ baju beludru (kesucian)

9.

Injang bumpe

c. Musik Iringan Tari

Halibambang

1. Musik penggiring tari

halibambang

menggunakan

talo balak,

nada yang

dihasilkan dari bunyi tabuhan

talo balak

ini dapat disimpulkan pada kunci

nada= G (sedikit sumbang).

2. Gong besar berbunyi nada= 1 (do)

3. Gong kecil berbunyi nada = 2/3 (ri)

4. Talo Balak

5. Gendang

d. Ragam Gerak Tari

Halibambang

Tari

halibambang

mempunyai 13 ragam gerak. Berikut ini bentuk 13 ragam gerak

tari

halibambang

dan keterangan yang telah diuraikan dalam tabel di bawah ini.


(42)

22

Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari

Halibambang

No Ragam

Gerak Gambar Gerak

1 Lapah Tebeng Inti gerakan ini adalah berjalan/ melangkah dengan posisi badan tegap, arah hadap ke depan, tangan direntangkan ke samping 2 Lapah Injing 1 2 Inti gerakan ini adalah berjalan/ melangkah dengan cara berjinjit, posisi badan tegap, arah hadap ke depan, tangan direntangkan ke samping 1.jalan berjinjit dimulai kaki kanan bergantian dengan kaki kiri sampai itungan 8 3 Gubu Gaghang

1 2 3

kaki kanan disilang saat melangkah ke depan, dengan posisi badan merendah, arah hadap ke depan, tangan yang direntangkan ke samping dan bersamaan dengan langkah kaki tangan


(43)

4 5 diayunkan ke arah depan dalam hitungan 1x4, kemudian berganti kaki kiri melangkah dan tangan kembali ke posisi awal dalam hitungan 1x4. 1.kaki kanan melangkah ke depan 2.diikuti dengan mengayun-kan tangan ke depan. 3.badan merendah tangan proses di-ayun ke bawah 4.tangan diayun ke bawah posisi tangan sudah di samping 5.posisi tangan sudah di samping kanan kiri. 4 Giser 1 kaki bergeser ke kanan 1x4 hitungan dan kembali ke kiri 1x4 hitungan, saat bergeser kaki membentuk segitiga (tumit bertemu tumit, jari kaki bertemu jari kaki), posisi tangan berada di


(44)

24 samping kanan lurus sejajar dengan bahu, bersamaan dengan kaki yang bergeser pergelangan tangan kanan digerakkan ke atas dan ke bawah, dan arah hadap badan ke depan, dilakukan juga sebaliknya saat kaki bergeser ke arah kiri. 5 Sesayak

1 2 3

4 5 6

Inti dari gerakan ini adalah kaki kanan melangkah ke arah samping kanan, tangan diayunkan bersamaan dengan langkah kaki dalam hitungan 1x4 dengan posisi badan merendah, kemudian kaki bergerak kembali menghadap ke arah depan diikuti bersamaan dengan pergelangan tangan yang digerakkan ke atas dan ke bawah dalam hit 1x4 1.kaki kanan


(45)

7 melangkah ke kanan. 2.badan menghadap ke sudut 3.badan menghadap ke samping 4.badan merendah menghadap ke samping kaki kiri berjinjit 5.badan proses menghadap sudut 6.badan menghadap sudut 7. badan mengahadap depan 6 Melayang

1 2 3

4 5 6

Inti dari gerakan ini adalah posisi badan tegap, kaki melangkah berputar, dengan posisi tangan kanan direntangkan selebar 75 derajat dan tangan kiri direntangkan dan saaat beputar pergeralangan tangan di-gerakkan ke atas dan ke bawah, arah hadap mengikuti arah putaran. 1.kaki kanan diarahkan ke kanan, kedua tangan diagonal


(46)

26 7 8 2.proses menghdap sudut 3.menghadap sudut 4.proses menghadap belakang 5.kaki bergeser ke arah depan dengan tangan di samping badan 6.menghadap sudut 7.proses menghadap depan 8.menghadap depan 7 Jong Simpuh

1 2 3

Inti dari gerakan ini adalah posisi tangan direntangkan ke samping, kemudian posisi kaki dan badan ditekuk turun perlahan menyentuh lantai dengan arah hadap ke depan. 1.proses turun 2.badan merendah sambil proses turun 3.lutut menyentuh lantai


(47)

8 Jong Sembah

1 2 3

5 6 7

Inti dari gerakan ini adalah tangan yang direntangkan di satukan bersamaan dengan kaki yang membentuk duduk sila, kemudian badan merunduk ke arah depan. 1.badan mulai merunduk ke depan kedua tangan proses sembah kaki disilangkan 2.proses duduk sila

3.duduk di atas kaki sila 4.duduk sila 5.kipas sembah dengan badan proses merunduk 6.proses merunduk 7.duduk sila dengan badan dan kepala merunduk 9 Timbang-an

1 2 3

Inti dari gerakan ini adalah berputar dengan posisi tangan direntangkan ke samping, posisi badan merendah, saat berputar pergelangan tangan bergerak ke


(48)

28

4 5 6

7 8

atas dan ke bawah pada setiap hitungan ganjil, dan arah hadap mengikuti arah putaran 1.kaki kanan melangkah ke kiri badan menghadap sudut 2.proses menghadap samping 3.proses menghadap belakang 4.menghadap belakang 5.proses menghadap samping 6.menghadap samping 7.menghadap sudut 8.menghadap depan 10 Ngelap 1 2

3 4

inti dari gerakan ini adalah posisi kaki jongkok, badan tetap tegap, arah hadap ke depan, dan posisi tangan kanan diayunkan lurus ke depan dan tangan kiri tetap berada di samping, pergelangan tangan bergerak ke kanan kiri, diikuti kepala dilakukan


(49)

5 6

7

pada 3 arah yaitu depan, kanan, depan, kiri kembali lagi depan 1.duduk jongkok, tangan kanan proses ke depan 2.proses tangan 3.proses tangan 4.tangan kanan di depan tangan kiri samping 5.kipas dikibaskan ke kanan di-ikuti kepala 6.kipas ke kiri 7.kipas ke kanan 11 Injak Lado 1 2 3 4 Inti dari gerakan ini adalah kaki kanan dan kiri yang bergerak membentuk huruf L secara bergantian, dengan posisi badan merendah, dan tangan direntangkan ke samping kemudian pergelangan tangan begerak ke atas dan ke bawah bersamaan dengan gerakan kaki yang membentuk huruf L


(50)

30 5 6 7 8 1.badan merendah, tumit kaki kanan proses bergerak ke depan 2.tumit bergerak ke depan 3.tumit proses bergerak ke belakang 4.tumit bergerak ke belakang 5.tumit kaki kiri proses bergerak ke depan 6.tumit bergerak ke belakang 7.tumit proses ke belakang 8.tumit ke belakang 12 Salimpat

1 2 3

4 5

Inti dari gerakan ini adalah posisi awal kaki di-silangkan dan berputar di tempat, dengan tangan direntangkan , arah hadap mengikuti putaran dan tangan kanan perlahan naik saat putaran selesai awal tangan kanan kembali ke posisi awal. 1.kaki kanan melangkah ke sudut 2.proses memutar 3.menghadap


(51)

belakang 4.menghadap samping 5.menghadap depan 13 Tolak Tebing 1 2 inti dari gerakan ini adalah menyilangkan kaki kanan dankiri ke depan diikuti tangan kanan kiri dan kanan yang membentuk seperti huruf L. 1.tangan kiri ke depan, tangan kiri lurus samping badan, kaki kanan ke depan 2.tangan kiri ke depan, tangan kiri lurus samping badan, kaki kanan

Tabel 2.2 Urutan Ragam Gerak Tari

Halibambang

dengan Hitungan

No

Nama Ragam Gerak

Hitungan

1

a. Lapah Tebeng

b.

Lapah Injing

1 x 4

1 x 4

2

a. Gubu Gaghang

b.

Kaki

Giser, Seluang Mudik

. Gubu Gaghang

d.

Kaki

Giser, Seluang Mudik

. Gubu Gaghang

.

Kaki

Giser, Seluang Mudik

.

Gubu Gaghang

2 x 8

1 x 8

2 x 8

1 x 8

2 x 8

1 x 8

2 x 8

3

. Kaki

Sesayak

, Tangan

Seluang Mudik

Kanan

b. Kaki

Sesayak

, Tangan

Seluang Mudik

Kiri

. Kaki

Sesayak,

Tangan

Seluang Mudik

Kanan

1 x 8

1 x 8

1 x 8


(52)

32

Ragam gerak tari

halibambang

yang digunakan dalam penelitian ini,

menggunakan ragam gerak tari

halibambang

yang sudah dikreasikan, tetapi tidak

keluar dari ragam gerak tari

halibambang

yang asli.

d.

Melayang

1 x 8

4

a. Jong Simpuh + Timbangan

b. Jong Sembah

.

Kibas

Depan

d. Kibas

Proses ke

Timbangan

.

Kibas

Depan

.

Jong Sembah

.

Kibas

Proses ke

Timbangan

1 x 4

1 x 8

1 x 4

1 x 4

1 x 4

1 x 8

1 x 4

5

. Ngelap

b.

Kibas

Depan

.

Kibas

Kiri

d.

Kibas

Depan

.

Kibas

kanan

.

Kibas

Depan

.

Kibas

Sampai Proses Naik

1 x 4

1 x 4

1 x 8

1 x 8

1 x 8

1 x 8

1 x 8

6

.

Timbangan

b.

Melayang

Kanan

.

Melayang

Kiri

d. Kaki

Injak Lado

, Tangan

Timbangan

1 x 4

1 x 8

1 x 8

2 x 8

7

. Tangan

Melayang

Kanan, Kaki

Salimpat

b. Tangan

Melayang

Kiri, Kaki

Salimpat

. Tangan

Timbangan

, Kaki

Salimpat

1 x 8

1 x 8

1 x 8

8

a. Jong Simpuh

b. Jong Sembah

.

Kibas

Depan

d.

Kibas

sampai Proses

Timbangan

.

Kibas

Depan

.

Sembah

.

Kibas

sampai Proses

Timbangan

h.

Timbangan

Proses Naik

1 x 4

1 x 8

1 x 4

1 x 4

1 x 4

1 x 4

1 x 4

1 x 8

9

. Tangan

Timbangan

, Kaki

Salimpat

b.

Melayang

kanan

.

Melayang

Kiri

d.

Melayang

Depan

1 x 8

1 x 8

1 x 8

1 x 8


(53)

2.3 Tunarungu

Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/ dis-/ non-fungsi dari

sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah

kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam

perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus

(Sastrawinata, 1997: 10).

2.3.1 Ciri Khas Anak Tunarungu

a. Ciri khas dalam segi fisik

1. Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.

2. Gerakan matanya cepat.

3. Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah.

4. Pernafasannya pendek dan agak terganggu (Sastrawinata, 1975: 15-16).

b. Ciri khas dalam segi intelegensi

Intelegensi pada anak tunarungu ditentukan dengan sifat ketunaanya karena

sesuai dengan sifat ketunaannya pada umunya anak tunarungu sukar dapat

menangkap pengertian yang abstrak, sabab untuk dapat menangkap

pengertian abstrak diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan

maupun bahasa tulisan (Sastrawinata, 1975: 16).

c. Ciri khas dalam segi emosi

Emosi anak tunarungu selalu bergolak karena kekurangan pemahaman akan

bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan

sesuatu yang negatif atau salah dan hal ini sering mengakibatkan tekanan pada

emosinya, misalnya resah, gelisah, dan marah. Hal tersebut dapat menghambat


(54)

34

perkembangan pribadinya dengan menampilakan sikap menutup diri,

bentindak secara agresif, atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan

keragu-raguan (Sastrawinata, 1975: 16).

d. Ciri khas dalam segi sosial

Kehidupan sosial dapat dilihat dari lingkungan hidup di mana anak

berinteraksi, yaitu interaksi individu dengan individu, individu dengan

kelompok, dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih

luas. Berdasarkan kepentingan anak tunarungu, seluruh anggota keluarga,

guru dan anggota masyarakat di sekitarnya hendaknya mempelajari dan

memahami keadaannya dan mereka harus mencegah faktor-faktor negatif

yang dapat menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu

(Sastrawinata, 1975: 17).

e. Ciri khas dalam segi bahasa

1. Miskin kosakata.

2. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan.

3. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak.

4. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa (Sastrawinata, 1975: 17).

2.3.2 Klasifikasi Anak Tunarungu

Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan dalam satuan bunyi

deci-Bell

(disingkat dB). Penggunaan satuan terebut untuk membantu dalam

interpretasi hasil tes pendengaran dan mengelompokan dalam jenjangnya. Ditinjau

dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak tunarungu dapat


(55)

1.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB

(slight

losses).

2.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB

(mild losses).

3.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-40 dB

(moderate

losses).

4.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB

(severe

losses).

5.

Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 675 dB ke atas

(profoundly losses)

(Efendi, 2006: 59-61).

2.3.3 Penerapan Metode Pembelajaran Tari pada Siswa Tunarungu

Metode Penyampaian Materi Tari di SLB-B menurut Agustiningrum (2013: 10-11)

adalah: (a) penyampaian materi dengan mempergunakan bahasa simbol

sehari-hari bagi anak tuna rungu-wicara. Percakapan yang biasa dilakukan dalam

pembelajaran sehari-hari bagi siswa-siswi tuna rungu-wicara adalah percakapan

bahasa Indonesia dengan sistem isyarat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pendidikan Luar Biasa. Bahasa

tersebut dinamakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), berwujud tatanan

yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang

melambangkan kosakata Bahasa Indonesia. SIBI dilakukan dalam

pembelajaran seni tari khususnya sebagai pengantar materi dan instruksi-instruksi

yang diinginkan oleh guru pengajar, misalnya apabila guru mengucapkan salam,

menanyakan kondisi siswa-siswi, menyuruh mengulang materi dan beberapa

hal lain yang terkait materi pembelajaran, (b) penyampaian materi dengan

mempergunakan bahasa isyarat untuk menyimbolkan aba-aba tertentu dalam


(56)

36

penyampaian tari. Dalam seni tari terdapat beberapa simbol kosakata yang

melambangkan gerak tertentu yang penggunaan istilah tersebut hanya digunakan

dalam bahasa tari. Contoh dari simbol kosakata tersebut adalah

trisig, kengser,

panggel

dan beberapa istilah lainnya. Untuk memudahkan penyampaian materi

guru pengajar membuat beberapa istilah agar mempermudah penyampaian materi.

Simbol yang dipergunakan mirip dengan SIBI yang intinya mempergunakan jari

dan tangan untuk mengganti bahasa verbal atau menyimbolkan pernyataan

tertentu, (c) penyampaian gerak dengan metode pengenalan gerak dasar tari.

Pembelajaran seni tari di SLB-B juga melakukan beberapa kegiatan yang

sama seperti pembelajaran tari bagi siswa-siswi yang tidak berkebutuhan

khusus. Kesamaan tersebut nampak pada metode yang dipakai, yaitu metode

pengenalan gerak dasar tari. Pengenalan gerak dasar adalah tahapan pembelajaran

yang dilakukan diawal pelajaran yang berfungsi untuk mengenalkan

gerak-gerak dasar yang dilakukan dalam pembelajaran seni tari bagi siswa-siswi tuna

rungu-wicara SLB-B. Pengenalan Gerak tersebut meliputi: (1) gerak-gerak

dasar/posisi tubuh, tangan, kaki, kepala, (2) gerak-gerak dasar dalam bentuk

sekaran,

(d) penyampaian materi melalui metode imitasi adalah metode yang

dilakukan dalam pembelajaran tari dengan cara guru memberi contoh

gerakannya dan siswa menirukan gerakan yang dicontohkan guru. Biasanya

metode Imitasi terkait dengan metode pengenalan gerak dasar.

2.4 Program Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan salah satu bidang

pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian,


(57)

berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di

luar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah

dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh

kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Suryosubroto, 2009:286).

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang

pada umumnya merupakan kegiatan pilihan (Suharsimi dalam Suryosubroto, 2009

:286). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014,

pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang

dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin

setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan tambahan diluar struktur program yang dilaksanakan di luar jam

pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan

kemampuan siswa.

2.4.1 Tujuan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar

memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan

dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan Kegiatan Ekstrakurikuler harus dapat

meningkatkan kemampuan siswa beraspek

kognitif, afektif, dan psikomotor

.

Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju

manusia seutuhnya yang positif, dan dapat mengetahui, mengenal serta


(58)

38

membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lain

(Suryosubroto, 2009:287).

2.4.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler, yaitu mengembangkan

pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan

minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler

(Suryosubroto, 2009: 288).


(59)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis

(Sugiono, 2013: 3).

3.1 Desain Penelitian

Adapun gambaran tahapan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.

1. Pra-penelitian

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih lokasi penelitian

c. Mengurus perizinan penelitian

d. Menjajaki dan menilai lokasi penelitian

e. Memilih dan memanfaatkan informan

f.

Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak setiap hari sabtu di luar jam

pelajaran selama 2 jam sebanyak 8 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan

akan dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara,

dokumentasi, tes praktik, dan nontes.


(60)

40

3. Pelaporan hasil penelitian

Pelaporan hasil penelitian dilakukan dengan cara menganalisis semua data

yang diperoleh saat pelaksanaan penelitian. Analisis data adalah proses

mengolah, memisahkan, mengelompokan, dan memasukan sejumlah data

yang dikumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan

informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap

dikemas menjadi laporan hasil penelitian (Mukhtar, 2013: 120). Dalam

penelitian ini, data-data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan

pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada

ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi

Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan hasilnya dipaparkan dalam

bentuk laporan penelitian. Penelitian tidak mengubah, menambah, atau

mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian kemudian

memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas,

seperti apa adanya (Arikunto, 2010: 3).

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Bogdan dan Tylor dalam Margono, 2010: 36). Penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada


(61)

pengamatan terhadap manusia dalam lingkungannya sendiri dan hubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya (Kirk dan Miller

dalam Margono, 2010: 36). Penelitian ini menggunakan metode lapangan karena

gejala-gejala informasi dan keterangan dari hasil pengamatan dalam proses

penelitian berlangsung secara naturalistik karena penelitian ini dilakukan pada

kondisi yang alamiah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari proses dan hasil p

e

mbelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada kegiatan ekstrakurikuler anak

tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar

Lampung Tahun 2014/2015.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172).

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan bersumber dari guru dan 8 siswa

tunarungu pada kegiatan ektrakurikuler di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi Kemiling , Bandar Lampung Tahun 2014/2015.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2013:308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya observasi, wawancara, dokumentasi, tes praktik, dan nontes.


(62)

42

3.3.1 Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber

data penelitian (Sugiyono, 2013:310). Partisipatif yang dilakukan berupa

pengamatan atau mengamati sesuatu yang akan dijadikan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti. Pengamatan ini terpusat pada

guru dan siswa tunarungu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari.

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data penelitian

mengenai pembelajaran tari

halibambang

menggunakan metode

drill

pada

kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma

Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2014/2015.

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian

atau informan dalam suatu situasi sosial (Mukhtar, 2013:118). Penggunaan teknik

pengumpulan data melalui wawancara mencakup dua alasan. Pertama dengan

wawancara peneliti dapat menggali tidak hanya pada hal yang diketahui dan

dialami subjek yang diteliti, tetapi hal yang tersembunyi jauh di dalam diri. Kedua

apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas

waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini, dan juga masa mendatang.

Penelitian ini menggunakan wawancara tak berstruktur. Wawancara ini bertujuan

untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua informan, tetapi

susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri setiap informan. Wawancara


(1)

✁ ✂

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran tarihalibambangmenggunakan metodedrillpada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti Dharma Pertiwi dilaksanakan delapan pertemuan. Adapun langkah-langkah guru dalam

menerapkan metodedrillmeliputi (1) pemanasan, (2) memberikan contoh ragam gerak, (3) guru membimbing siswa untuk berlatih bersama-sama, (4) guru

melakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa. Pada setiap ragam gerak yang akan diajarkan, terlebih dahulu guru selalu memberikan contoh bentuk ragam gerak tersebut. Bersamaan dengan penjelasan contoh ragam gerak tersebut, guru juga memberitahukan hitungan ragam gerak dan melafalkan hitungan secara oral, setelah siswa dirasa paham kemudian guru membimbing siswa untuk berlatih ragam gerak yang dicontohkan secara bersama-sama. Selama proses kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, guru dan siswa menggunakan metode isyarat dan oral secara bersamaan dalam menyampaikan materi dan


(2)

✄☎ ✆

Metode oral/ membaca ujaran merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam berkomunikasi dan penyampaian materi pembelajaran karena pada dasarnya siswa tunarungu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari adalah siswa sudah cukup dewasa dan sudah terbiasa berkomunikasi secara oral dengan cara membaca gerakan bibir. Metode ejaan jari(finger spending)baik abjad maupun angka digunakan oleh guru jika saat penjelasan materi, siswa tunarungu tidak dapat membaca maksud dan tujuan apa yang disampaikan oleh guru secara oral. Metode bahasa tubuh digunakan guru untuk menekankan hal-hal yang dianggap penting dalam berkomunikasi dan juga dapat digunakan sebagai kode untuk membantu siswa menarikan tarian agar sesuai dengan hitungan, bentuk gerakan dan iringan musik. Adapun beberapa kode yang digunakan guru agar dapat membantu siswa dalam meyesuaikan gerakan dengan iringan musik, yaitu tepukan tangan (kode awal saat hendak memulai tarian), peragaan ragam gerak (bahasa tubuh yang disesuaikan dengan bentuk ragam gerak), dan pelafalan hitungan (menghitung secara oral dan ejaan jari). Dengan menggunakan metodedrill,dan kode isyarat dan oral yang dilakukan oleh guru, maka proses latihan dapat terlaksana dengan baik. Siswa mampu menarikan tarianhalibambangmeskipun saat menarikan tarian ini masih terdapat beberapa kesalahan bentuk ragam gerak baik pada kaki, tangan, dan posisi badan.

2. Hasil akhir tes praktik pada pembelajaran tarihalibambangmenggunakan

metodedirll/latihan dinilai dari tiga aspek yaitu aspek wiraga, wirasa dan aspek wirama. Hasil evaluasi tes kemampuan menunjukkan bahwa beberapa siswa


(3)

✝✞ ✟

tunarungu mampu menarikan tarihalibamabangsesuai ragam gerak yang diajarkan dan dapat mengukuti irama musik tari. Penilaian dari aspek wiraga menunjukkan nilai rata-rata 73% dengan kriteria baik, aspek wirama

menunjukkan nilai 70%, dengan kriteria baik, dan aspek wirasa menunjukkan nilai 68% dengan kriteria baik. Berdasarkan penilaian ketiga aspek tersebut semuanya menunjukkan kriteria baik, maka pembelajaran tarihalibambangdapat dilaksanakan pada siswa/siswa yang mempunyai keterbatasan tunarungu, dengan catatan bahwa peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajarannya.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menyarankan beberapa hal berikut.

1. Dalam melaksanakan latihan ragam gerak tari guru sebaiknya lebih

memperhatikan setiap bentuk ragam gerak baik dari posisi tangan, kaki, dan posisi badan agar siswa dapat lebih memahami bentuk sebenarnya dari masing-masing ragam gerak itu sendiri. Selain itu juga, guru diharapkan agar dapat menggunakan dan menambah penggunakan kode tari lebih banyak lagi, seperti kode tangan, kaki, posisi badan, kepala, mata, dsb.

2. Diharapkan kepada siswa untuk lebih giat lagi berlatih dan lebih sering berlatih agar kemampuan menarikan tarihalibambang dari aspekwiraga, wirama,dan


(4)

✠✡ ☛

3. Bagi masyarakat khususnya orang tua yang memunyai anak tunarungu,

pembelajaran tarihalibambangdapat dijadikan salah satu terapi agar anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sosial serta dapat menambah pengetahuan siswa untuk mengetahui kebudayaan asli daerah Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_______________. 2010.ProsedurPenelitian. Jakarta: PT Renika Cipta. Agustiningrum, Maria Denok Bekti. 2013. Penanganan Kesulitan Belajar

(Rendahnya Rasa Percaya Diri) pada Siswa Tuna Rungu-Wicara Melalui Pembelajaran Tari Di SLB-B Se-Jawa Tengah.FIP IKIP Veteran Semarang. Edisi Khusus Dies Natalis Vol : XX, No : 3. http://jurnal.upi.edu/cdid/view/369/ penanganan-kesulitan-belajar-siswa tuna rungu-wicara 28%. html (Diakses pada 17 Desember 2015 Pukul 19.00 WIB) .

Vol XX No 3. Ipi251816. 16.

Bahari, Nooryan. 2008.Kritik Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2008.Psikologi Belajar.

Jakarta:Rineka Cipta.

________________. 2010.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi, Mohammad. 2006.Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ghony, Djunaidi dan Fauzan Almansyur. 2012.Metode Penelitian Kualitatif.Jogyakarta: Ar-Ruzz Media

Glader, Margaret E. Bell. 1994.Belajar dan Membelajarkan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

KSIBI. 1995.Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia.Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

Latif, Syaifuddin. 2007.Perkembangan Peserta Didik (Modul).Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Naisonal.

Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mukhtar. 2013.Metode Prakits Penelitian Deskriptif Kualitatif.Jakarta:

GP Press Grup.

Mustika, I Wayan. 2012.Tari Muli Siger.Bandar Lampung: Aura. _______________. 2013.Teknik Dasar Gerak Tari Lampung.Bandar

Lampung: Aura.

Roestiyah. 2008.Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad HM. 2004.Pengelola Pengajaran. Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya

Sagala, Syaiful. 2013.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Sastrawinata, Emon. 1975.Pendidikan Anak Tunarungu. Bandung: Masa Baru.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudirman, A.M. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar-Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta.