Ciri Khas Anak Tunarungu Klasifikasi Anak Tunarungu

2.3 Tunarungu

Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal- dis- non-fungsi dari sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus Sastrawinata, 1997: 10.

2.3.1 Ciri Khas Anak Tunarungu

a. Ciri khas dalam segi fisik 1. Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. 2. Gerakan matanya cepat. 3. Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah. 4. Pernafasannya pendek dan agak terganggu Sastrawinata, 1975: 15-16. b. Ciri khas dalam segi intelegensi Intelegensi pada anak tunarungu ditentukan dengan sifat ketunaanya karena sesuai dengan sifat ketunaannya pada umunya anak tunarungu sukar dapat menangkap pengertian yang abstrak, sabab untuk dapat menangkap pengertian abstrak diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan Sastrawinata, 1975: 16. c. Ciri khas dalam segi emosi Emosi anak tunarungu selalu bergolak karena kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu yang negatif atau salah dan hal ini sering mengakibatkan tekanan pada emosinya, misalnya resah, gelisah, dan marah. Hal tersebut dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilakan sikap menutup diri, bentindak secara agresif, atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan keragu-raguan Sastrawinata, 1975: 16. d. Ciri khas dalam segi sosial Kehidupan sosial dapat dilihat dari lingkungan hidup di mana anak berinteraksi, yaitu interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok, dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan kepentingan anak tunarungu, seluruh anggota keluarga, guru dan anggota masyarakat di sekitarnya hendaknya mempelajari dan memahami keadaannya dan mereka harus mencegah faktor-faktor negatif yang dapat menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu Sastrawinata, 1975: 17. e. Ciri khas dalam segi bahasa 1. Miskin kosakata. 2. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan. 3. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak. 4. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa Sastrawinata, 1975: 17.

2.3.2 Klasifikasi Anak Tunarungu

Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan dalam satuan bunyi deci-Bell disingkat dB. Penggunaan satuan terebut untuk membantu dalam interpretasi hasil tes pendengaran dan mengelompokan dalam jenjangnya. Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut. 1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB slight losses. 2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB mild losses. 3. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-40 dB moderate losses. 4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB severe losses. 5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 675 dB ke atas profoundly losses Efendi, 2006: 59-61.

2.3.3 Penerapan Metode Pembelajaran Tari pada Siswa Tunarungu