BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori sangat diperlukan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba trial and error Sugiono, 2013: 79.
Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Landasan teori yang ditinjau merupakan teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.1.1 Teori Belajar
Menurut Kurnia dalam Latif 2007: 3, belajar pada hakekatnya salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut
terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif. Pengertian belajar menurut Slameto 2003:
2 adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dari latihan dan pengalaman
dengan lingkungannya yang dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang.
2.1.2 Aktivitas Belajar
Menurut Djamarah 2008: 2 aktivitas belajar merupakan aktivitas rangkaian jiwa raga, psiko fisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya yang
menyangkut unsur cipta kognitif, rasa afektif dan karsa psikomotor. Aktivitas terbagi menjadi: 1 aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif, dan 2 aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran Rohani, 2004: 6. Hal tersebut diperkuat oleh pandangan yang dikemukakan Piaget
Rohani, 2004: 7 bahwa seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar berfikir sendiri aktif ia harus diberi kesempatan
untuk berbuat sendiri. Sudirman 2008: 98 menyatakan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik jasmani maupun mental rohani dan dalam kegiatan
belajar, kedua aktivitas itu harus selalu terkait agar dapat membuahkan aktivitas belajar yang optimal.
Berasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan siswa dalam belajar baik fisik atau psikis untuk mencapai
hasil belajar.
Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Menurut
Paul B. Dierdrich sebagaimana dikutip Sudirman 2008: 101 aktivitas siswa dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, yang di dalamnya; membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan, pendapat, mengadakan wawancara.
c. Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, percakapan, musik dan pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
e. Drawing activities, misalnya, menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. f. Motor activities, misalnya, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
persepsi, bermain, berkebun, dan beternak. g. Mental activities, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat dukungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, misalnya, menaruh minat, bersemangat, merasa bosan,
berani, tenang, gugup.
Berdasarkan beberapa macam kegiatan siswa yang dikutip dari Sudirman 2008:101 maka dalam pembelajaran tari halibambang menggunkan metode drill
pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Kemiling Bandar Lampung akan dilakukan pengamatan 3 kegiatan
aktivitas siswa, yaitu motor activities, visual activities, emotional activities.
2.1.3 Pembelajaran