dengan tujuan yang telah ditetapkan Suryosubroto, 2009: 44. Penilaian dalam proses belajar-mengajar meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik Arikunto, 2008: 50.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu Arikunto, 2008: 53.
c. Pelaporan hasil penilaian
Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir caturwulan atau akhir semester setiap guru harus mengelola nilai akhir
dan memasukannya dalam buku rapor. d.
Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan Program perbaikan nilai dan pengayaan sangat diperlukan dalam rangka
pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan
pelajaran, baik secara perseorangan atau kelompok Suryosubroto 2009: 47, sedangkan bentuk pelaksanaan pengayakan dapat berupa membaca
mempelajari bahan pelajaran baru atau penyelesaian tugas pekerjaan rumah PR.
2.1.4 Metode Pembelajaran
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
siswa yang merupakan proses pembelajaran proses belajar-mengajar itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara atau metode-metode
tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid
di sekolah Surakhmad dalam Suryosubroto, 2009: 141. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode, di antaranya, anak didik, tujuan, situasi,
fasilitas, dan guru Winarno Surakhmad dalam Djamarah dan Zain, 2010: 77.
2.1.5 Metode Drill atau Latihan
Seorang peserta didik perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, berenang atau berkebun. Sebab itu di
dalam proses belajar-mengajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Salah satu teknik penyajian pelajaran untuk memenuhi
tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau drill. Menurut Roestiyah 2008: 125 teknik latihan atau drill merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai
suatu cara mengajar di mana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari
apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang peserta didik berprestasi dalam bidang
tertentu.
Tujuan penggunaan metode drill adalah sebagai berikut. a. Memiliki keterampilan motorik atau gerak; seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olahraga atau tari.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlah dan mengurangi. Mengenal benda atau bentuk dalam pelajaran
matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya. c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain, seperti hubungan sebab – akibat banyak hujan – banjir; antara tanda huruf dan bunyi – ng –ny dan sebagainya; penggunaan lambang atau simbol di
dalam peta dan lain-lain Roestiyah, 2008: 125.
Kelebihan metode drill adalah sebagai berikut. 1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,
kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, mengunakan alat-alat mesin permainan dan atletik, dan terampil menggunakan peralatan olahraga.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda simbol, dan
sebagainya. 3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti
hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya Djamarah dan Zain, 2010: 96.
Kelemahan metode drill adalah sebagai berikut. 1. Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid.
2. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara beruang-ulang merupakan hal yang monoton.
3. Membentuk kebiasaan yang kaku. 4. Dapat menimbulkan verbalisme Segala, 2013:218.
Untuk kesuksesan pelaksanaan metode drill dalam pembelajaran, instruktur guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Siswa harus diberi pengertian sebelum diadakan latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula
kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
Roestiyah, 2008: 127-128.
2.1.6 Metode Komunikasi