Lusiana Rahmawati, 2015 PENGUATAN NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BASIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
GOOD GOVERNANCE Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu
Sumber: Diolah oleh Peneliti 2015 d
Member Check Menurut Sugiyono 2010, hlm.276 member check
adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa jauah data yang diperoleh sesuai dengan data yang diberikan informan”.
2. Pengujian Transferability
Uji transferability menunjukan derajat ketepatan atau dapat tidaknnya diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
Oleh karena itu, menurut Sugiyono 2007, hlm. 367 agar hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan
yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. 3.
Pengujian Dependability Uji dependability ialah pengujian reabilitas. Menurut Sugiyono 2007, hlm.
377 suatu penelitian yang reabel adalah ketika orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Jadi, dalam hal ini pengujian
dependabilitas ini untuk membuktikan bahwa hasil penelitian dapat ditemukan dengan hasil yang sama kembali oleh peneliti lainnya.
4. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability merupakan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif tatkala hasil penelitiannya telah disepakati banyak orang.
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan Sugiyono, 2007,
Minggu I
Minggu II Minggu III
Lusiana Rahmawati, 2015 PENGUATAN NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BASIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
GOOD GOVERNANCE Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
hlm.377. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Keberlangsungan proses penelitian sebisa mungkin
harus dapat dibuktikan oleh peneliti. Melalui tahap-tahap sebagaimana dijelaskan di atas, peneliti dapat
meyakinkan pada khalayak bahwa sekalipun instrumen utama adalah peneliti yang disinyalir sarat nuansa subjektivitas karena telah memenuhi kelayakan
keabsahan data.
H. Isu Etik
Penelitian ini di laksanakan di kabupaten purwakarta, dengan informan yaitu Asda bidang pemerintahan, Bappeda melalui Subid Pemerintahan, Kabid
Sosbud, Pakar kebijakan Publik, Pakar budaya, dan beberapa masyarakat kabupaten purwakarta, karen informan ini dan dapat membantu untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan ole peneliti. Pada saat penelitin berlangsung, untuk melakukan suatu wawancara
kepada informan peneliti terlebih dahulu datang ke tempat informan untuk meminta izin serta menunjukan surat izizn penelitian, setela itu baru membaut
janji dengan informan sesuai dengan kesedian dan waktu informan tersebut. Berdasarkan kesedian informan peneliti melakukan observasi dan
wawancara, wawancara berlangsung berapa lama tergantung dari waktu yang di tentukan. Proses wawancara tersebut tidak mengganggu aktivitas informan, tidak
ada tindak paksaan, dan tidak ada unsur kekerasan, semua atas kesepakatan bersama. Untuk pengambilan dokumentasi atau foto lokasi peneliti juga harus
meminta izin, kalau tidak diperbolehkan mengambil foto penelitik tidak akan mengambil foto, agar tidak memberatkan salah satu pihak.
Setelah selesai melakukan wawancara peneliti memberikan ucpan terima kasih dan memberikan penghargaan, serta sudah terdapat kesepakatan antara
peneliti dengan semua informan bahwa data penelitian hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah dan seluruh informan di tulis dengan nama samara. Dengan
demikian penelitian ini dapat berlangsung dengan lancer tanpa ada memberatkan, menyulitkan, dan mengganggu waktu informan.
Lusiana Rahmawati, 2015 PENGUATAN NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BASIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
GOOD GOVERNANCE Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap temuan penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur, maka dapat
disimpulkan beberapa hal baik secara umum maupun secara khusus.
1. Simpulan Umum
Nilai kearifan lokal merupakan salah satu aspek yang harus menjelma dan dilakukan dalam setiap aktivitas manusia, termasuk di dalamnya sebagai arah,
orientasi, dan paradigma pembangunan di era otonomi daerah. Pembangunan berbasis nilai kearifan lokal menjadi trend positif dalam upaya mempercepat
terlaksananya pembangunan,
baik infrastruktur
maupun suprastruktur.
Keunggulan nilai kearifan lokal sebagai landas pijak pembangunan terletak dari makna yang terkandung di dalam nilai dimaksud.
Nilai sauyunan yang hidup dan berkembang pada masyarakat Sunda menyiratkan bahwa dalam pembangunan perlu ada kebersamaan dan kolaborasi
kekuatan antarelemen pembangunan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat yang berjalan secara sistematis dan sinambung. Selain itu, pelaksanaan
pembangunan harus mampu mengimplementasikan pepatah silih asah, silih asuh, silih asih dan cing caringcing pageuh kancing, set saringset pageuh iket dalam
arti bahwa pembangunan harus merupakan kolaborasi antara cinta dan kasih sayang serta tidak lepas dari dukungan pola pikir yang mumpuni dan terarah pada
terciptanya kesejahteraan masyarakat. Nilai lain yang tak kalah pentingnya untuk dikembangkan dalam
pembangunan adalah religiusitas yang mempertegas bahwa Indonesia bukan sebagai negara sekuler, nilai kerelaan yang menyiratkan bahwa pembangunan
yang dilaksanakan oleh berbagai pihak harus dilaksanakan secara sukarela demi terwujudnya kemandirian bangsa, dan pepatah “hade goreng ku basa”
menyiratkan bahwa komunikasi menjadi aspek pendukung kelancaran pembangunan, karena tanpa komunikasi dan koordinasi adalah tidak mungkin
tercipta pembangunan yang maksimal. 142
Lusiana Rahmawati, 2015 PENGUATAN NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BASIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
GOOD GOVERNANCE Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. Simpulan Khusus
Secara khusus penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari masalah yang dikaji, sebagai berikut:
Pertama, implementasi pembangunan daerah berbasis nilai kearifan lokal di Kabupaten Purwakarta menggunakan filosofi persenyawaan nilai dasar tanah,
air, udara dan matahari yang secara terintegrasi sebagai basis penciptaan manusia yang tercermin dari tata kota dan bangunan, tata kelola pemerintahan, tata
kehidupan masyarakat yang berorientasi pada kemanunggalan, keparipurnaan dan kemuliaan dan senantiasa didasarkan pada kepercayaan dan keyakina terhadap
Tuhan YME. Pembangunan di Kabupaten Purwakarta dilakukan atas dasar kecintaan dan penghargaannya terhadap lingkungan dan alam tempat hidup
manusia yang dimanifestasikan dalam wujud pembangunan infrastruktur tata
ruang kota dan suprastruktur pemberdayaan masyarakat
Kedua, relevansi nilai kearifan lokal dalam kaitannya dengan pembangunan daerah kekuatan utama terletak dari prinsip
“sauyunan” sebagai jatidiri dan karakteristik masyarakat Sunda, disertai dengan penerapan konsepsi
silih asah, silih asuh, silih asih, serta mengkolaborasikan antara kekuatan pikiran, badan, dan batin sebagaimana tercermin dalam pepatah Sunda “cing caringcing
pageuh kancing ” dan “set saringset pageuh iket”. Untuk menciptakan hal
tersebut, maka pemerintah dalam aktivitasnya senantiasa menerapkan prinsip- prinsip dalam good governance, meliputi; transparansi, akuntabilitas, partisipasi
dan kesesuaian dengan lingkungan masyarakat. Ketiga, tantangan yang muncul dalam menempatkan nilai kearifan lokal
sebagai basis tata kelola pemerintahan yang baik good governance ditengah terpaan globalisasi, meliputi; perbedaan cara berpikir antarelemen pemerintah
maupun masyarakat terhadap orientasi pembangunan, masih banyaknya anggapan bahwa pembangunan berwawasan lokal merupakan suatu kemunduran
demokrasi, kedaerahan, dan cenderung tradisional kuno. Selain itu, masalah yang muncul dalam praksisnya adalah terdapat satu unsur yang terlewatkan oleh
pemerintah kaitannya dengan pembangunan, yakni karakteristik masyarakat religius muslim yang ada pada masyarakat Purwakarta. Selain itu, masih