Pengaruh Implementasi Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan Bumn Di Indonesia Dengan Kepemilikan Pemerintah Sebagai Variabel Moderating
PENGARUH IMPLEMENTASI MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN BUMN
DI INDONESIA DENGAN KEPEMILIKAN PEMERINTAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Oleh
Suci Nurulita
117017056 / Akt
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PENGARUH IMPLEMENTASI MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN BUMN
DI INDONESIA DENGAN KEPEMILIKAN PEMERINTAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh
Suci Nurulita
117017056 / Akt
MAGISTER AKUNTASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
PENGARUH IMPLEMENTASI MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN BUMN
DI INDONESIA DENGAN KEPEMILIKAN PEMERINTAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan utama dari tata kelola perusahaan adalah untuk mencapai transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna laporan keuangan. Jika perusahaan bisa menerapkan konsep GCG ini maka transparansi kinerja manajemen akan berjalan dengan baik serta profitabilitas perusahaan diharapkan bisa terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh implementasi mekanisme Good Corporate Governance terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan BUMN di Indonesia dengan kepemilikan pemerintah sebagai variabel moderating. Jenis penelitian ini adalah kausal komparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yaitu berupa laporan keuangan perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BUMN Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 22 perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian berjumlah 11 perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel indikator mekanisme GCG yaitu ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Komisaris independen dan komite audit yang merupakan variabel indikator mekanisme GCG lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Secara keseluruhan variabel mekanisme GCG berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN di Indonesia. Kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan memoderasi hubungan antara mekanisme GCG terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN.
Kata Kunci : Mekanisme Good Corporate Governance, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kepemilikan pemerintah dan Return On Equity.
(4)
THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM ON THE PROFITABILITY OF THE
STATE-OWNED ENTERPRISES (SOEs) IN INDONESIA WITH GOVERNMENT OWNERSHIP AS
MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
Good Corporate Governance (GCG) is a concept to improve the performance of a company. The main purpose of good corporate governance is to achieve the transparency of company management for the users of financial report. If a company can apply this GCG concept, the transparency of management performance will be better and the profitability of the company is expected to keep improving. The purpose of this causal comparative study was to test and analyze the influence of the implementation of good corporate governance mechanism on the profitability (ROE) of the State Owned Enterprises (SOEs) in Indonesia with government ownership as moderating variable. The population of this study was all of the 22 state-owned enterprises registered in the Indonesian Stock Exchange and 11 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method. The data for this study were obtained from the Indonesian Stock Exchange through collecting the secondary data in the forms of financial reports of the companies. The data obtained were statistically Analyzed through Partial Least Squares (PLS) method. The results of this study showed that partially the variable of the indicator of GCG mechanism consisting of the standard of Board of Directors had a negative significant influence on profitability (ROE) and the standard of Board of Commissioners had a positive significant influence on profitability (ROE). Independent commissioners and audit committee which were the variables indicator of GCG mechanism partially did not have any significant influence on the profitability (ROE). Simultaneosly, the variable of GCG mechanism had a negative significant influence on the profitability (ROE) of the company. Government ownership had a negative significant influence on the profitability and moderated the relationship between GCG mechanism and the profitability of the State Owned Enterprises (SOEs) in Indonesia.
Keywords: Good Corporate Governance Mechanism, standard of Board of Directors, Standard of Board of Commissioners, Independent Commissioners, Audit Committee, Government Ownership and Return On Equity.
(5)
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillaahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, taufik serta ‘inayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Sumatera Utara, sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
5. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
6. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si. Ak, selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,
(6)
sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
8. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pasca Sarjana USU beserta staff dan karyawan Pasca Sarjana yang telah banyak membantu penulis.
10.Orang Tua tercinta H.Khalisman,SH,S.Pd dan Hj.Yuniar S.Pd serta Kakak dan Abang tersayang ErikaYulis, S.Farm,Apt dan Fitrahadi, A.Md.
11.Tirtha Syaputra, SE dan Christina, SE, M.Si serta teman- teman Akuntansi Pemerintahan 2011 yang banyak berperan, mendukung, memberikan motivasi dan solusi serta doa yang tulus dalam menyelesikan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia ekonomi serta bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Medan, Januari 2014 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….. ... 1
1.2. Rumusan Masalah ………. ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ………. ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ……… ... 5
1.5. Originalitas Penelitian ………. ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LandasanTeori ... 9
2.1.1. Teori Agency ... 9
2.1.2. Pengertian Profitabilitas ... 10
2.1.3. Rasio Profitabilitas (Return On Equity) ... 11
2.1.4. Mekanisme Good Corporate Governance ... 12
2.1.4.1.Ukuran Dewan Direksi ... 15
2.1.4.2.Ukuran Dewan Komisaris ... 16
2.1.4.3.Komisaris Independen ... 17
2.1.4.4. Komite Audit ... 19
2.1.5. Kepemilikan Pemerintah ... 20
2.1.6. Good Corporate Governance di Indonesia ... 21
2.2. Review PenelitianTerdahulu ... 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
... 28
3.2. Hipotesis Penelitian
... 32
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian 33
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
... 33
(8)
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
... 33
4.4. Metode Pengumpulan Data
... 35
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
... 36
4.5.1. Variabel Independen
... 36
4.5.1.1. Mekanisme Good Corporate Governance
... 36
4.5.1.2. Kepemilikan Pemerintah
... 38
4.5.2. Variabel Dependen
... 38
4.6. Metode Analisis Data
... 40
4.6.1. Persamaan Regresi
... 40
4.6.2. Pegujian Hipotesis
... 41
4.6.2.1. Analisis PLS Variabel Indikator Mekanisme GCG
... 41
4.6.2.2. Analisis PLS Variabel Mekanisme GCG dan Kepemilikan Pemerintah dengan tambahan efek moderasi
... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Statistik Deskriptif Penelitian 44
5.2. Hasil Pengujian Hipotesis 46
5.2.1. Hasil Analisis PLS Variabel Indikator Mekanisme GCG ... 47
(9)
5.2.2. Hasil Analisis PLS Variabel Mekanisme GCG dan Kepemilikan Pemerintah dengan tambahan efek moderasi.
... 50
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian 54
5.3.1. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas
... 54
5.3.2. Pengaruh Kepemilikan Pemerintah terhadap Profitabilitas
... 57
5.3.3. Kepemilikan Pemerintah Memoderasi Mekanisme GCG terhadap Profitabilitas
... 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 60
6.2 Keterbatasan Penelitian 61
6.3 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu... 25
4.1 Daftar Populasi dan Sample Perusahaan BUMN ... 35
4.2 Operasionalisasi Variabel ... 39
5.1 Hasil Deskripsi Variabel Penelitian ... 44
5.2 Outer Weights ... 48
5.3 R-Squares Without Moderator ... 49
5.4 Path Coefficients ... 51
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep (Mekanisme GCG Terhadap Profitabilitas) ... 30 3.2. Kerangka Konsep (Mekanisme GCG, Kepemilikan Pemerintah dan
Moderating Terhadap Profitabilitas) ... 31 5.1. Path Diagram Konstruk (Mekanisme GCG Terhadap Profitabilitas) …... 47 5.2. Path Diagram Konstruk (Mekanisme GCG, Kepemilikan Pemerintah dan
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Waktu Penelitian …... 64
2 Data Variabel Penelitian…... 65
3 Hasil Pengolahan Data Statistik Deskriptif ... 67
4 Partial Least Squares – Algorithm ... 68
5 Partial Least Squares – Bootstrapping... 73
6 PLS Two Stage Approach – Algorithm ... 74
(13)
PENGARUH IMPLEMENTASI MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN BUMN
DI INDONESIA DENGAN KEPEMILIKAN PEMERINTAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan utama dari tata kelola perusahaan adalah untuk mencapai transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna laporan keuangan. Jika perusahaan bisa menerapkan konsep GCG ini maka transparansi kinerja manajemen akan berjalan dengan baik serta profitabilitas perusahaan diharapkan bisa terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh implementasi mekanisme Good Corporate Governance terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan BUMN di Indonesia dengan kepemilikan pemerintah sebagai variabel moderating. Jenis penelitian ini adalah kausal komparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yaitu berupa laporan keuangan perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BUMN Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 22 perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian berjumlah 11 perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel indikator mekanisme GCG yaitu ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Komisaris independen dan komite audit yang merupakan variabel indikator mekanisme GCG lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Secara keseluruhan variabel mekanisme GCG berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN di Indonesia. Kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan memoderasi hubungan antara mekanisme GCG terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN.
Kata Kunci : Mekanisme Good Corporate Governance, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kepemilikan pemerintah dan Return On Equity.
(14)
THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM ON THE PROFITABILITY OF THE
STATE-OWNED ENTERPRISES (SOEs) IN INDONESIA WITH GOVERNMENT OWNERSHIP AS
MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
Good Corporate Governance (GCG) is a concept to improve the performance of a company. The main purpose of good corporate governance is to achieve the transparency of company management for the users of financial report. If a company can apply this GCG concept, the transparency of management performance will be better and the profitability of the company is expected to keep improving. The purpose of this causal comparative study was to test and analyze the influence of the implementation of good corporate governance mechanism on the profitability (ROE) of the State Owned Enterprises (SOEs) in Indonesia with government ownership as moderating variable. The population of this study was all of the 22 state-owned enterprises registered in the Indonesian Stock Exchange and 11 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling method. The data for this study were obtained from the Indonesian Stock Exchange through collecting the secondary data in the forms of financial reports of the companies. The data obtained were statistically Analyzed through Partial Least Squares (PLS) method. The results of this study showed that partially the variable of the indicator of GCG mechanism consisting of the standard of Board of Directors had a negative significant influence on profitability (ROE) and the standard of Board of Commissioners had a positive significant influence on profitability (ROE). Independent commissioners and audit committee which were the variables indicator of GCG mechanism partially did not have any significant influence on the profitability (ROE). Simultaneosly, the variable of GCG mechanism had a negative significant influence on the profitability (ROE) of the company. Government ownership had a negative significant influence on the profitability and moderated the relationship between GCG mechanism and the profitability of the State Owned Enterprises (SOEs) in Indonesia.
Keywords: Good Corporate Governance Mechanism, standard of Board of Directors, Standard of Board of Commissioners, Independent Commissioners, Audit Committee, Government Ownership and Return On Equity.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui
pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan jaminan akuntabilitas
manajemen kepada stakeholder berdasarkan kerangka aturan tertentu. Peran
dewan direksi, dewan komisaris dan komite memiliki tanggung jawab dalam
memantau dan mengawasi efisiensi manajemen.
Tujuan utama dari tata kelola perusahaan adalah untuk mencapai
transparansi manajemen perusahaan bagi para pengguna laporan keuangan. Jika
perusahaan bisa menerapkan konsep GCG ini maka transparansi kinerja
manajemen akan berjalan dengan baik serta profitabilitas perusahaan diharapkan
bisa terus meningkat. Manfaat perusahaan menerapkan GCG adalah sumberdaya
(resources) yang dimiliki pemegang saham perusahaan dapat dikelola dengan
baik, efisien dan dapat digunakan semata-mata untuk kepentingan pertumbuhan
(nilai) perusahaan. Hal ini berarti bahwa Good Corporate Governance tidak hanya
berakibat positif bagi pemegang saham namun juga bagi masyarakat luas berupa
pertumbuhan perekonomian nasional.
Kinerja BUMN secara keseluruhan masih belum memberikan kontribusi
yang optimal bagi perekonomian. Good Corporate Governance (GCG) atau yang
(16)
yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu sistem nilai yang sangat
berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan. Krisis ekonomi yang terjadi
di kawasan Asia Tenggara dan negara-negara lain terjadi bukan hanya akibat
faktor ekonomi makro namun juga karena lemahnya tata kelola perusahaan yang
ada di negara - negara tersebut. Faktor - faktor itu meliputi, lemahnya penegakan
hukum (low enforcement), standar akuntansi dan pemeriksaan (audit) yang belum
mapan, pasar modal yang masih dibawah aturan (under-regulated), serta
lemahnya pengawasan dan terabaikannya hak minoritas. Melihat fenomena ini,
maka menjadi suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan
dan melaksanakan GCG agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan
perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Untuk itu, perusahaan melaksanakan
berbagai aktivitas baik aktivitas operasional, pendanaan dan investasi. Dalam
pelaksanaan ketiga aktivitas tersebut, perusahaan akan menggunakan modalnya.
Penggunaan modal tersebut harus efektif dan efisien agar mampu menghasilkan
profitabilitas yang maksimal dan berkualitas.
Melalui keputusan menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002
tentang penerapan praktik GCG pada BUMN, BUMN didorong untuk wajib
menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan
operasionalnya. Perusahaan milik negara merupakan bagian penting dari
kapitalisasi pasar saham total di Asia. Di Singapura besarnya sekitar 20%, di India
dan Thailand masing sebesar 25%, di Indonesia dan Pakistan
masing-masing sekitar 33%, sedangkan di Malaysia besarnya adalah sekitar 50% dan di
Cina besarnya mendekati 60%
(17)
Untuk mendorong implementasi mekanisme GCG tidak terlepas dari
keterlibatan pihak pengelola perusahaan seperti manajemen, komisaris dan
direksi. Selain itu, muncul suatu ide tentang organ tambahan dalam struktur
perseroan. Organ-organ tambahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
penerapan good corporate governance didalam perusahaan-perusahaan di
Indonesia dan meningkatkan perlindungan bagi para kreditur (Surya &
Yustiavandana: 2008). Organ-organ tambahan tersebut seperti: komisaris
independen, direktur independen/direktur tidak terafiliasi, komite audit, sekretaris
perusahaan dan lain sebagainya. Kebijakan dan keputusan yang diambil mereka
dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan menentukan kualitas dari
laba perusahaan yang dilaporkan beserta tingkat profitabilitasnya.
Penelitian ini menguji pengaruh implementasi mekanisme good corporate
governance terhadap profitabilitas dengan kepemilikan pemerintah sebagai
variabel moderating di perusahaan-perusahaan BUMN Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh implementasi mekanisme good
corporate governance seperti, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit serta kepemilikan pemerintah sebagai
variabel moderating terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia yang
(18)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris
independen, dan komite audit sebagai variabel indikator dari mekanisme
good corporate governance secara parsial berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia?
2. Apakah mekanisme good corporate governance setelah hasil cofirmatory
factor analysis dan kepemilikan pemerintah secara parsial berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia?
3. Apakah kepemilikan pemerintah dapat memoderasi mekanisme good
corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel indikator mekanisme good
corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit terhadap
profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance dan
kepemilikan pemerintah terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di
(19)
3. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan pemerintah memoderasi
mekanisme good corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan
BUMN di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk peneliti, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi
yang berguna bagi mereka yang ingin mengkaji dan meneliti lebih dalam
mengenai pengaruh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris,
komisaris independen, komite audit dan kepemilikan pemerintah pada
perusahaan BUMN di Indonesia.
2. Untuk para praktisi, dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen,
komite audit dan kepemilikan pemerintah pada perusahaan terhadap
profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia, serta sebagai bahan
pertimbangan untuk meningkatkan keefektifan dalam penerapan good
corporate governance.
3. Untuk pengembangan ilmu, menjelaskan serta membuktikan secara
empiris tentang pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik
khususnya pada perusahaan-perusahaan negara yang diharapkan dapat
(20)
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian tentang pengaruh implementasi mekanisme good corporate
governance terhadap profitabilitas perusahaan sudah banyak dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya. Ide penelitian ini didasarkan pada penelitian
Yonnedi & Sari (2009) yang melakukan penelitian “Impact of Corporate
Governance Mechanisms on Firm Performance; Evidence from Indonesia’s State – Owned Enterprises (SOEs)”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa : (1) Terdapat hubungan yang positif signifikan mengenai pengaruh dewan komisaris
terhadap ukuran kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE dan Sales
Employe Ratio (SER). (2) Adanya pengaruh negatif signifikan dari komposisi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA namun
tidak berdampak signifikan terhadap ROE dan SER. (3) Kepemilikan pemerintah
memiliki dampak negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur
dengan ROA dan ROE. Pada umumnya, perusahaan BUMN Indonesia masih
harus merancang mekanisme tata kelola perusahaan yang lebih efektif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yonnedi & Sari (2009) adalah:
1. Penambahan variabel independen. Penelitian Yonnedi & Sari (2009)
menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris,
komposisi dewan komisaris dan kepemilikan pemerintah. Variabel
independen dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu
kepemilikan pemerintah dan mekanisme good corporate governance yang
terdiri dari empat variabel indikator yaitu ukuran dewan direksi, ukuran
(21)
menggunakan empat variabel indikator ini dikarenakan kesulitan dalam
pengambilan data penelitian seperti pada komite tata kelola koporasi
misalnya sekretaris perusahaan atau direksi independen. Hal ini
dikarenakan belum semua perusahaan BUMN di Indonesia memiliki
komite-komite tersebut sehingga dapat mengurangi kriteria dalam
pengambilan sampel penelitian.
2. Pengukuran variabel dependen yang digunakan. Variabel dependen
penelitian sebelumnya yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Sales Employe Ratio (SER). Pada penelitian ini variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan yang lebih berfokus pada profitabilitas perusahaan yang diukur
dengan Return On Equity (ROE). ROE menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba
bersih, ini merupakan rasio yang lebih tinggi dan lebih baik untuk
mengukur profitabilitas menurut bidang dan sudut pandang pemilik. Rasio
profitabilitas lainnya seperti Net Profit Ratio atau Gross Profit Ratio tidak
semua perusahaan BUMN yang terdiri dari berbagai sektor industri ini
yang pendapatannya bersumber dari penjualan.
3. Perusahaan BUMN yang dijadikan sampel. Perusahaan BUMN yang
dijadikan sampel pada penelitian ini adalah berfokus pada perusahaan
BUMN yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Tahun pengamatan penelitian. Periode penelitian Yonnedi & Sari (2009)
yaitu dari tahun 2003 s.d 2006. Pada penelitian ini selama 10 tahun
(22)
5. Perbedaan lainnya adalah pada penambahan variabel moderating. Pada
penelitian ini kepemilikan pemerintah digunakan sebagai variabel
moderating yang juga merupakan bagian dari variabel independen lainnya.
Kepemilikan pemerintah merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh
negara pada suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan pemerintah sebagai
pemegang saham dan pemangku kepentingan memiliki hak dalam
pengambilan keputusan, yang akan mempengaruhi kebijakan dalam
mekanisme good corporate governance yang dapat terlihat pada tingkatan
profitabilitas perusahaan. Untuk itu, jumlah atau persentase saham yang
dimiliki oleh pemerintah diduga memoderasi mekanisme good corporate
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agency
Teori keagenan (Agency Theory) menyatakan bahwa kinerja perusahaan
khususnya profitabilitas dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen
(manajemen) dengan prinsipal (pemilik/investor) yang timbul ketika setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya. Konflik kepentingan antar agen sering disebut sebagai masalah
keagenan.
Berdasarkan teori keagenan, laporan keuangan dipersiapkan oleh
manajemen sebagai pertanggungjawaban mereka terhadap prinsipal. Manajemen
dalam kapasitasnya sebagai pihak yang menyediakan informasi keuangan dan
secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan. Manajemen memiliki insentif
untuk melaporkan segala sesuatu yang dapat memaksimumkan utilitas dirinya
yang justru dapat merugikan pihak investor secara tidak langsung (Setiawan,
Bernik dan Sondari : 2006).
Coprorate governance diperlukan untuk melindungi para pemegang saham yang telah memberikan uangnya kepada manejemen perusahaan untuk
mengambil keuntungan dari kondisi dimana telah terjadinya pemisahan antara
pemilik perusahaan dengan yang mengelola perusahaan. Para pemegang saham
akan memilih Board of Director’s untuk menampung aspirasinya akan tetapi
pihak manajemen dapat mempengaruhi proses ini untuk kepentingan pribadinya
(24)
2.1.2. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
dalam periode tertentu (Riyanto, 2001). Profitabilitas suatu perusahaan
menunjukkan efektifitas manajemen perusahaan dalam memanfaatkan sumber
dananya untuk menghasilkan laba yang dihasilkan dari penjualan ataupun
investasi penjualan. Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan hasil akhir dari
berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan manajer perusahaan.
Profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan cara membandingkan laba yang
diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal
perusahaan tersebut.
Profitabilitas juga merupakan salah satu alat analisis untuk mengevaluasi
suatu kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan menurut Helfert (1997) adalah hasil
dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Hasil dari kinerja perusahaan dapat dilihat dari seberapa jauh
perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat
mencapai hampir semua tujuan atau target yang telah dibuat, biasanya disebut
dengan keuntungan, dan itu dapat dikatakan bahwa perusahaan sudah memiliki
kinerja yang baik. Pengukuran profitabilitas masing-masing dihubungkan dengan
penjualan (Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Operating Profit Margin),
total aktiva (Assets Turnover, Basic Earning Power, Return on Assets), investasi
(Return On Investment) dan modal sendiri (Return on Equity).
Penelitian ini menggunakan rasio keuangan untuk mengukur profitabilitas
(25)
salah satu tujuannya adalah untuk melindungi para pemegang saham yang telah
memberikan uangnya berupa modal kepada manajemen perusahaan untuk diolah
menjadi keuntungan. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, ini merupakan
rasio yang lebih tinggi dan lebih baik untuk mengukur profitabilitas menurut
bidang dan sudut pandang pemilik (Helfert: 1997) karena perusahaan dapat
menambah laba ditahan dan mampu membayar dividen lebih tinggi.
2.1.3. Rasio Profitabilitas (Return On Equity)
Return on Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan/Income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam
perusahaan (Syamsuddin:2009). Secara umum tentu saja semakin tinggi return
saham/penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen
dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham
dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang
diinvestasikan (Astuti: 2004).
Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan
dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
(26)
dimiliki perusahaan, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan
kewajiban modal minimum yang berlaku (Almilia, Herdiningtyas; 2005). Rasio
ini banyak diamati oleh para pemegang saham (baik pemegang saham pendiri
maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin
membeli saham yang bersangkutan. Rasio ROE merupakan indikator penting bagi
para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari
perusahaan yang bersangkutan.
2.1.4. Mekanisme Good Corporate Governance
Latar belakang timbulnya good corporate governance adalah akibat dari
berbagai praktek tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahaan-perusahaan
besar yang menimbulkan krisis ekonomi. Untuk mengatasi krisis ekonomi itu dan
meredam kepanikan para investor yaitu dengan mengeluarkan undang-undang
yang terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act 2002. Undang-undang ini berisi
penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan dan
perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi
acuan awal dalam menjabarkan dan menegakkan good corporate governance baik
di Amerika maupun di Indonesia.
Agoes (2009) mendefinisikan bahwa tata kelola perusahaan yang baik
sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran
(27)
perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya.
Dan Organizations for Economic Coorperation and Development-OECD
(Tjager dkk, 2004 dalam Agoes: 2009) menyatakan bahwa: “Good corporate
governance sebagai suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat
yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.”
Keputusan Menteri BUMN Indonesia No.KEP-117/M-MBU/2002
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut: "Tata kelola
perusahaan adalah suatu proses dan struktur yang digunakan BUMN untuk
meningkatkan efisiensi organisasi/keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan dalam rangka mencapai nilai seluruh stakeholder/pemegang saham
untuk prospek jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, sesuai dengan peraturan pemerintah dan prinsip etika."
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa good
corporate governance merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik guna mengarahkan dan mengendalikan perusahaan untuk mencegah timbulnya
kecurangan atau kesalahan dari pihak menejemen yang dapat merugikan
komisaris, investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat serta pihak-pihak
berkepentingan lainnya.
Tjager dkk, 2003 (dalam Agoes, 2009) mengatakan bahwa paling tidak
ada lima alasan mengapa penerapan Good Corporate Governance itu bermanfaat,
(28)
1. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukan bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG. 2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar termasuk liberalisasi pasar finansial dan pasar modal menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
4. Kalaupun GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis, sistem ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5. Secara teoritis praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Konsep Good Corporate Governance merupakan upaya perbaikan
terhadap sistem dan seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi
yang pada esensinya mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak, dan
kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya organ
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dewan komisaris, dan dewan direksi
dalam arti sempit. Namun harus disadari bahwa betapa pun baiknya suatu sistem
dan perangkat hukum yang ada, pada akhirnya yang menjadi penentu utama
adalah kualitas dan tingkat kesadaran moral dan spiritual dari para pelaku bisnis
itu sendiri.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa kontribusi BUMN terhadap
keterpurukan keuangan dan moneter negara sangat signifikan. Atas dasar hal
tersebut, sepanjang tahun 2002 pemerintah memberlakukan beberapa peraturan
tentang kewajiban untuk menerapkan corporate governance dilingkungan
BUMN. Penerapan GCG telah menjadi kebutuhan yang nyata bagi peningkatan
kinerja BUMN. Berdasarkan analisis yang cukup komprehensif dapat dikatakan
bahwa peraturan-peraturan yang terkait dengan kebijakan penerapan GCG dalam
(29)
lembaga penelitian menghasilkan data yang menunjukkan bahwa kinerja BUMN
Terbuka yang telah menerapkan prinsip-prinsip GCG menjadi lebih baik
dibandingkan dengan yang belum (Surya &Yustiavandana: 2008).
Informasi akuntansi memberikan input yang paling penting ke dalam
mekanisme Corporate Governance. Informasi akuntansi secara impilisit/tersirat
digunakan untuk menunjukkan apakah aksi governance melawan manajemen
dibutuhkan, dan untuk membantu menentukan pengeluaran stakeholder lainnya
jika terjadi masalah hukum dan penurunan kinerja keuangan (Arijanto: 2011).
Untuk mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG, muncul suatu ide
tentang organ tambahan dalam struktur perseroan. Organ-organ tambahan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan penerapan good corporate governance didalam
perusahaan-perusahaan di Indonesia dan meningkatkan perlindungan bagi para
kreditur (Surya &Yustiavandana: 2008). Organ-organ tambahan tersebut seperti :
komisaris independen, direktur independen/direktur tidak terafiliasi, komite audit,
sekretaris perusahaan dan lain sebagainya.
2.1.4.1. Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi (dalam Surya &Yustiavandana: 2008) merupakan agen para
pemegang saham untuk memastikan perusahaan dikelola guna kepentingan
perusahaan tersebut. Direksi sendiri menurut UU Perseroan Terbatas adalah organ
perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun
diluar pengadilan dengan ketentuan Anggaran Dasar. Direksi bertanggungjawab
(30)
telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam Anggaran
Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Chtourou, Jean dan Lucie (2001) ukuran dewan direksi yang
lebih besar dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif
dibandingkan ukuran dewan direksi yang lebih kecil. Fokusnya setiap dewan
direksi terhadap bidang yang dikelola dapat mempengaruhi keuntungan yang
dicapai serta tingkat pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan para
pemegang saham. Besarnya ukuran dewan direksi yang ideal menurut Jensen
(1993) adalah tujuh (7) orang sebab jika jumlah dewan direksi yang terlalu besar
yang lebih dari tujuh orang akan memberikan kesempatan kepada manajemen
untuk melakukan manipulasi data.
Dewan direksi menetapkan suatu sistem pengawasan internal yang efektif.
Tujuannya adalah untuk mencapai kepastian yang berkenaan dengan kebenaran
informasi keuangan, efektivitas dan efisiensi proses pengelolaan perusahaan, dan
kepatuhan pada peraturan dan perundang-undangan yang terkait serta
mangamankan investasi dan asset perusahaan sehingga memungkinkan terjadinya
peningkatan kinerja perusahaan.
2.1.4.2. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris menurut Surya & Yustiavandana (2008) merupakan
organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta
memberikan nasihat kepada direksi. Dewan komisaris memiliki peran yang sangat
penting dalam perusahaan terutama dalam penerapan tata kelola perusahaan yang
(31)
governance untuk memastikan bimbingan mekanisme yang strategis. Manajemen bertanggung jawab atas efisiensi perusahaan serta daya saing, dan dewan
komisaris adalah titik fokus yang tepat dalam keberhasilan dan pelestarian
korporasi (Keputusan Menteri Indonesia No 117/2002).
Dewan komisaris memiliki tanggung jawab untuk mengawasi kualitas
informasi dalam laporan keuangan. Besarnya ukuran dewan komisaris
menunjukkan semakin banyak pula pemegang saham dalam perusahaan tersebut.
Hal ini menunjukkan modal yang dikelola oleh manajemen semakin besar pula
sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan
yang diharapkan karena pemegang saham menyerahkan pengelolaan perusahaan
kepada tenaga professional tujuannya agar pemilik perusahaan memperoleh
keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang sangat efisien. Dewan
komisaris tidak memiliki otoritas di perusahaan, sehingga manajemen
bertanggung jawab kepada dewan untuk memberikan informasi yang
berhubungan dengan perusahaan (NCCG, 2006). Selain itu, fungsi dewan
komisaris adalah untuk memastikan perusahaan telah melakukan tanggung jawab
sosial (CSR) dan mempertimbangkan pemangku kepentingan dalam memantau
efektifitas dari praktik tata kelola perusahaan (Kode Nasional Good Corporate
Governance, 2006).
2.1.4.3. Komisaris Independen
Komisaris independen menurut Surya & Yustiavandana (2008) adalah
komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham
(32)
dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi
pengelolaan perusahaan.
Ruang lingkup tugas dan wewenang serta tanggung jawab anggota
komisaris secara umum telah diatur dalam Undang-Undang RI No.40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.Pada Undang-Undang tersebut tidak dipisahkan peran
khusus dari komisaris independen. Undang-Undang tersebut diberi keleluasaan
masing-masing perusahaan mengatur lebih lanjut mengenai ketentuan
syarat-syarat dan tanggung jawab keanggotaan dewan komisaris secara lebih rinci sesuai
dengan rujukan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga Perusahaan.
Kementerian Indonesia menetapkan persyaratan untuk komisaris
independen melalui BUMN Indonesia Keputusan Menteri Nomor 117/2002,
dalam bagian keempat ini berkomentar bahwa perusahaan BUMN wajib memiliki
komisaris independen secara proporsional sama dengan saham yang dimiliki oleh
pemegang saham non-pengendali. Dalam aturan ini minimum persyaratan untuk
komisaris independen adalah 20 persen dari keanggotaan dewan komisaris.
Komisaris independen harus diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham dari
antara orang-orang yang tidak berafiliasi dengan pemegang saham mayoritas,
setiap anggota dewan direksi dan anggota lain dari dewan komisaris.
Komisaris independen merupakan salah satu karakteristik dewan yang
berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam
menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu
laporan laba yang berkualitas (Boediono: 2005). Adanya komisaris independen,
(33)
diabaikan, karena komisaris independen lebih bersikap netral terhadap keputusan
yang dibuat oleh pihak manajer.
2.1.4.4. Komite Audit
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan
komisaris yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat
berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas
lainnya yang dibutuhkan dan harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor
dan hanya bertanggungjawab kepada dewan komisaris (Surya & Yustiavandana:
2008).
Dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
KEP-103/MBU/2002 mengenai pembentukan komite audit bagi Badan Usaha Milik
Negara menyatakan bahwa komisaris/dewan pengawas BUMN dapat membentuk
komite audit, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu
komisaris/dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Komite audit bersifat
mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan
bertanggungjawab langsung kepada komisaris/dewan pengawas.
Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam
hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite
audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga
(34)
kesejahteraanya sendiri dapat diminimalisasi (Juanda: 2009). Komite audit
bertanggungjawab atas Sistem Pengendalian Internal (SPI) perusahaan agar
aktivitas operasional perusahaan semakin efisien dan efektif, dimana pada
akhirnya tingkat laba perusahaan semakin tinggi dan tingkat kesejahteraan
pemegang saham atas pengembalian modal pun akan semakin meningkat.
2.1.5. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan Pemerintah adalah persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemerintah sebagai agen monitoring eksternal disebabkan oleh
besarnya investasinya pada pasar modal (Yonedi & Sari: 2009). Kepemilikan
dalam BUMN mempunyai artian khusus bahwa pemiliknya tidak dapat
mengontrol secara langsung perusahaannya. Pemilik hanya diwakili oleh pejabat
yang ditunjuk (misalnya Menteri). Kesepakatan dapat terjadi antara wakil pemilik
dengan manajemen, wakil pemilik dan pihak manajemen dengan kreditur
(Hastuti,2005).
Perusahaan-perusahaan pemerintah mulai dirubah struktur kepemilikannya
atau dengan kata lain diprivatisasi. Perubahan struktur ini mengandung banyak
pro dan kontra. Penelitian yang mendukung tentang privatisasi ini diantaranya
penelitian Gupta,Ham, Svejnar : 2000 (dalam Setiawan,Bernik dan Sondari: 2006)
bahwa privatisasi akan menyebabkan performansi yang lebih baik.
Kepemilikan oleh pemerintah menurut Shleifer dan Vishny :1997 (dalam
Yonedi & Sari: 2009) yang berarti kepemilikan tersebut terkonsentrasi, justru
akan mendorong pengendalian atas perusahaan untuk melakukan ekspropriasi atau
(35)
keuntungan dalam pelayanan sebagai institusional alternatif untuk regulasi. Ini
menunjukkan pemerintah sebagai pemegang saham dan pemangku kepentingan
mempunyai hak dalam pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi
kebijakan dalam mekanisme Good Corporate Governance. Manfaat Good
Corporate Governance akan dilihat dari premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar). Jika ternyata investor bersedia
membayar mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan Good Corporate
Governance juga akan lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek Good Corporate Governance (Juanda:
2009). Tujuan jenis kepemilikan ini tidak hanya memaksimalkan nilai pemegang
saham namun juga bertujuan untuk menambah nilai perusahaan dan pengembalian
modal berupa keuntungan kepada Pemerintah.
2.1.6. Good Corporate Governance di Indonesia
Sejarah tata kelola perusahaan di Indonesia berhubungan erat dengan krisis
keuangan Asia Tenggara. Krisis dimulai di Thailand dan menyebar ke Filipina,
Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan. Seorang pengamat ekonomi menyatakan
bahwa tragedi keuangan Asia tahun 1997 adalah tonggak dalam sejarah
perusahaan pemerintahan di Indonesia. Hal itu mencerminkan bahwa kondisi
keuangan pada pertengahan Agustus tahun 1997 yaitu dengan nilai rupiah turun
drastis sebesar 27% terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Krisis berdampak
parah pada sejumlah Negara di Asia Tenggara. Sebagai contoh, mata uang
Indonesia terdepresiasi hampir 80% dan beberapa perusahaan, terutama di sektor
(36)
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan
Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain.
Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek pedoman Good
Corporate Governance ini. Apabila seluruh aspek pedoman ini belum dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum
dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan. Namun demikian
mengingat Pedoman ini hanya merupakan acuan sedangkan pelaksanaannya
diharapkan diatur lebih lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka
penerapan ini bersifat voluntary dan tidak terdapat sanksi hukum apabila
perusahaan tidak menerapkan pedoman ini.
Saat ini, Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan
Emiten atau Perusahaan Publik untuk menerapkan pedoman ini, namun beberapa
substansi yang terdapat dalam pedoman ini diadopsi oleh Bapepam-LK ke dalam
peraturan-peraturan Bapepam-LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban
pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris independen dalam
perusahaan. Dengan demikian, Bapepam-LK dapat memberikan sanksi atas
ketidakpatuhan terhadap peraturan tersebut. Lebih lanjut, Bapepam-LK juga
mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengungkapkan pelaksanaan
tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan seperti frekuensi rapat dewan
komisaris dan direksi, frekuensi kehadiran anggota dewan komisaris dan direksi
dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan kehadiran komite audit, pelaksanaan
tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan direksi serta remunerasi
(37)
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Yonnedi & Sari (2009) melakukan penelitian “Impact of Corporate
Governance Mechanisms on Firm Performance; Evidence from Indonesia’s State – Owned Enterprises (SOEs)”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa : (1) Terdapat hubungan yang positif signifikan mengenai pengaruh dewan komisaris
terhadap ukuran kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE dan Sales
Employe Ratio (SER). (2) Adanya pengaruh negatif signifikan dari komposisi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA namun
tidak berpengaruh terhadap ROE dan SER. (3) Kepemilikan pemerintah memiliki
dampak negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA
dan ROE. Pada umumnya, perusahaan BUMN Indonesia masih harus merancang
mekanisme tata kelola perusahaan yang lebih efektif.
Achjari, Suryaningsum, dan Sari (2009) melakukan penelitian yang
berjudul “Implementation of Good Corporate Governance and Financial Performance: Lessons from Telecommunication and Technology Sector in South
East Asia”. Hasil penelitian mereka menunjukkan, faktor-faktor yang
mempengaruhi laba bersih (Net Profit) itu bervariasi. Di Indonesia, kepemilikan
masyarakat (Publik) dan tindakan korporasi mempengaruhi Net Profit. Di
Malaysia, faktor-faktor yang berpengaruh adalah tindakan korporasi, kepemilikan
publik independen, kualitas laporan keuangan yang telah diaudit, dan Return on
asset (ROA). Sementara itu, di Singapura faktor-faktor yang signifikan adalah aksi korporasi, kepemilikan publik independen, dan ROA. Selanjutnya, di
Thailand menunjukkan bahwa semua variabel signifikan. Namun, di Filipina
(38)
korporasi, jumlah anggota GCG dan ROA secara keseluruhan mempengaruhi Net
Profit.
Dalam penelitian Pratolo (2007) yang berjudul “Good Corporate
Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan
Pengendalian Intern sebagai Variabel Eksogen serta Tinjauannya Pada Jenis
Perusahaan”, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara audit manajemen
dan pengendalian internal secara langsung. Pengaruh audit manajemen dan
pengendalian internal, penerapan prinsip GCG secara langsung baik parsial dan
simultan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dan secara tidak langsung,
manajemen audit dan kontrol kinerja mempengaruhi perusahaan internal melalui
penerapan prinsip-prinsip GCG, tidak ada perbedaan dalam kinerja perusahaan
dan level pada jenis perusahaan GCG. Penelitian lain menghasilkan bahwa kontrol
internal memiliki pengaruh tertinggi terhadap penerapan prinsip GCG dan kinerja
perusahaan.
Setiawan, Bernik, dan Sondari (2006) melakukan penelitian berjudul
“Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, Dan Karakteristik
Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel struktur kepemilikan yang dilihat dari proporsi kepemilikan publik dan
proporsi kepemilikan asing, keduanya mempunyai hubungan yang negatif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk berbagai variabel yang
mencerminkan karakteristik perusahaan, yaitu size, masa listing, dan kompleksitas
usaha memberikan pengaruh yang positif dan signifikan. Sedangkan untuk
(39)
pengaruh yang negatif dan signifikan. Untuk variabel karakteristik tata kelola
korporasi, yaitu proporsi komisaris independen terhadap jumlah direksi dan
proporsi jumlah keluarga dalam dewan direksi mempunyai pengaruh yang negatif
dan signifikan. Kemudian jumlah komite keluarga dalam dewan direksi
mempunyai pengaruh yang sebaliknya yaitu positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
Hastuti (2005) melakukan penelitian berjudul “Hubungan Antara Good
Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (studi kasus pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta)”. Hasil dari
penelitian ini adalah: (1) Tidak ada korelasi tentang struktur kepemilikan terhadap
kinerja perusahaan. (2) Tidak ada korelasi tentang akuntabilitas terhadap kinerja
perusahaan. (3) Terdapat korelasi yang signifikan tentang transparansi dengan
kinerja perusahaan.
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
PENELITI& JUDUL PENELITIAN
VARIABEL HASIL PENELITIAN
Efa Yonnedi, dan Dewi Yulia Sari (SNA 12, 2009)
Impact of Corporate Governance Mechanisms on Firm Performance; Evidence from Indonesia’s State – Owned Enterprises (SOEs)
Variabel Independen
Komposisi Dewan Komisaris (X2),
;Ukuran Dewan Komisaris (X1),
Kepemilikan Pemerintah (X3),
Variabel Dependen (Y);Kinerja Perusahaan
BUMN:ROA (Y1
ROE (Y
)
2
Sales-Employee Ratio (Y )
3
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa:(1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan mengenai pengaruh Dewan Komisaris terhadap Ukuran Kinerja Perusahaan. (2) Adanya pengaruh yang signifikan dari Komposisi Dewan Komisaris terhadap Kinerja Perusahaan. (3)
Kepemilikan Pemerintah memiliki dampak negatif signifikan terhadap Kinerja Perusahaan, Pada umumnya, Perusahaan BUMN Indonesia masih harus merancang mekanisme tata kelola perusahaan yang lebih efektif.
)
Didi Achjari,
Sri Suryaningsum dan, Ratna Candra Sari (SNA 12, 2009)
Kepemilikan Publik (X1),
Variabel Independen ;
Struktur Organisasi GCG (X2),
Hasil penelitian menunjukkan:
1. Di Indonesia, kepemilikan Publik dan tindakan korporasi mempengaruhi Net Profit.
2. Di Malaysia, faktor-faktor yang berpengaruh adalah Tindakan Korporasi,
(40)
Lanjutan Tabel 2.1.
PENELITI & JUDUL PENELITIAN
VARIABEL HASIL PENELITIAN
Implementation of Good Corporate Governance and Financial Performance: Lessons from
Telecommunication and Technology Sector in South East Asia
Tindakan Korporasi (X3), Kualitas Laporan Keuangan Auditan (X4),
ROA (X5),
Variabel Dependen (Y) ; Net Profit
Kepemilikan Publik, Kualitas Laporan Keuangan yang telah diaudit, dan ROA. 3. Di Malaysia, faktor-faktor yang
berpengaruh adalah Tindakan Korporasi, Kepemilikan Publik, Kualitas Laporan Keuangan yang telah diaudit, dan ROA. 4. Di Singapura faktor-faktor yang
signifikan adalah aksi korporasi, kepemilikan publik, dan ROA.
5. Di Thailand menunjukkan bahwa semua variabel signifikan.
6. Di Filipina menunjukkan semua variabel tidak signifikan.
7. Di Vietnam, aksi korporasi, jumlah anggota GCG dan ROA secara keseluruhan mempengaruhi Net Profit.
Suryo Pratolo (SNA 10,2007)
Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia:Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan
Audit Manajemen (X1) Pengendalian Intern (X2) Penerapan Prinsip-Prinsip GCG (Y)
Kinerja Perusahaan (Z)
Hasil penelitian menunjukkan : ada hubungan antara audit manajemen dan pengendalian internal secara langsung. Pengaruh audit manajemen dan pengendalian internal, Penerapan Prinsip GCG secara langsung baik parsial dan simultan mempengaruhi kinerja perusahaan. Secara tidak langsung, manajemen audit dan kontrol kinerja mempengaruhi perusahaan internal melalui penerapan prinsip-prinsip GCG, tidak ada perbedaan dalam kinerja perusahaan dan level pada jenis perusahaan GCG.
Maman Setiawan, Merita Bernik, dan Mery Citra Sondari (2006)
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, Dan
Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Ukuran Perusahaan (X
Variabel Independen: 1
Leverage (X
)
2
Kelompok Perusahaan (X )
3
Masa listing (X
)
4
Kompleksitas Usaha (X )
5
Kepemilikan Publik (X )
6
Kepemilikan Asing (X )
7
Proporsi Komisaris Independen-Dewan
)
Direksi (X8
Proporsi Keluarga )
Dalam Dewan Direksi (X9
Komite Tata Kelola ) Korporasi (X10)
Kinerja Perusahaan/ Profitabilitas (Y)
Variabel Dependen:
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : Proporsi kepemilikan publik dan proporsi kepemilikan asing, keduanya mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Karakteristik perusahaan, yaitu size, masa listing, dan kompleksitas usaha memberikan pengaruh yang positif dan signifikan. Kelompok perusahaan dan leverage ratio ternyata keduanya berengaruh negatif dan signifikan. Proporsi komisaris independen terhadap jumlah direksi dan proporsi jumlah keluarga dalam dewan direksi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan. Jumlah komite keluarga dalam dewan direksi mempunyai pengaruh yang sebaliknya yaitu positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
(41)
Lanjutan Tabel 2.1. PENELITI& JUDUL
PENELITIAN
VARIABEL HASIL PENELITIAN
Theresia Dwi Hastuti (SNA 8, 2005)
Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan(studi kasus pada perusahaan yang listing di bursa efek jakarta)
Struktur Kepemilikan (X1),
Variabel Independen:
Akuntabilitas (X2), Transparansi (X3).
Kinerja Perusahaan (Y)
Variabel Dependen:
Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Tidak ada korelasi tentang Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. (2) Tidak ada korelasi tentang Akuntabilitas terhadap Kinerja perusahaan. (3) Terdapat korelasi yang signifikan tentang Transparansi dengan Kinerja Perusahaan.
(42)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep/kerangka berpikir merupakan sintesis tentang hubungan
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah didiskripsikan
(Daulay,2010). Berdasarkan teori-teori yang telah didiskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesis
atau integrasi dari dua atau lebih elemen tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesis tentang hubungan variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
implementasi mekanisme good corporate governance yang terdiri dari ukuran
dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit
dan kepemilikan pemerintah terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di
Indonesia dengan kepemilikan pemerintah sebagai variabel moderating.
Ukuran dewan direksi menunjukkan seberapa besar kemampuan dewan
direksi dalam menetapkan suatu sistem pengawasan internal yang efektif dan
efisien dalam proses pengelolaan perusahaan sehingga memungkinkan terjadinya
peningkatan dalam kinerja keuangan perusahaan khususnya dalam menghasilkan
laba. Ukuran dewan direksi yang lebih besar dapat memonitor proses pelaporan
keuangan dengan lebih efektif dibandingkan ukuran dewan direksi yang lebih
kecil, sehingga dengan berfokusnya setiap dewan direksi terhadap bidang yang
dikelolanya masing-masing dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan
(43)
Peranan dewan komisaris sangat diperlukan untuk memantau pihak
manajemen dan dewan direksi perusahaan dalam menjalankan tugasnya. Semakin
besar ukuran dewan komisaris menunjukkan semakin banyak pula pemegang
saham dalam perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan modal yang dikelola oleh
manajemen semakin besar pula sehingga dapat berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan karena pemegang saham menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada tenaga professional tujuannya agar pemilik perusahaan
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang sangat
efisien.
Komisaris independen berfungsi untuk memberikan penilaian objektif dan
independen yang dapat menjadi pertimbangan dewan direksi dalam pengambilan
keputusan agar tidak terjadi konflik kepentingan antara pihak pemegang saham
dan pihak manajemen. Adanya komisaris independen diharapkan mampu
meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate
governance di dalam perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi
pengawasan, komisaris independen dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam
menyusun laporan keuangan sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan
profitabilitas yang diharapkan dari suatu laporan laba yang berkualitas.
Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam
hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
terlaksananya good corporate governance. Komite audit bertanggungjawab atas
Sistem Pengendalian Internal (SPI) perusahaan agar aktivitas operasional
(44)
perusahaan semakin tinggi dan tingkat kesejahteraan pemegang saham pun akan
semakin meningkat sehingga dapat berpengaruh positif terhadap kondisi kinerja
keuangan suatu perusahaan dalam mencapai profitabilitas.
Kepemilikan pemerintah merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh
Negara pada suatu perusahaan. Ini menunjukkan Pemerintah sebagai pemegang
saham dan pemangku kepentingan mempunyai hak dalam pengambilan keputusan
yang akan mempengaruhi kebijakan dalam mekanisme Good Corporate
Governance. Manfaat GCG akan dilihat dari premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar). Jika ternyata investor bersedia
membayar mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan GCG juga akan
lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan atau
mengungkapkan praktek GCG. Besarnya kepemilikan pemerintah pada suatu
perusahaan dapat berpegaruh positif terhadap hasil dari tingkat laba perusahaan
itu sendiri. Jumlah atau persentase saham yang dimiliki oleh Pemerintah
memungkinkan memperkuat atau memperlemah mekanisme Good Corporate
Governance terhadap profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan masalah penelitian dan landasan teori, maka kerangka
konseptual penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep (Mekanisme GCG terhadap Profitabilitas)
X1.2
X1.3 X1.4 X1.1
X1 Y
(45)
Berdasarkan Gambar 3.1 terdapat variabel dependen (Y) yaitu Return On
Equity (ROE), yang dalam hal ini merupakan indikator pengukuran dari profitabilitas perusahaan. Empat variabel indikator dari mekanisme Good
Corporate Governance (X1) yaitu ukuran dewan direksi (X1.1), ukuran dewan
komisaris (X1.2), komisaris independen (X1.3), dan komite audit (X1.4) yang akan
dilakukan confirmatory factor analysis.
Gambar 3.2. Kerangka Konsep (mekanisme GCG, kepemilikan pemerintah, dan moderating terhadap profitabilitas)
Berdasarkan Gambar 3.2, terdapat variabel dependen (Y) yaitu Return On
Equity (ROE), yang dalam hal ini merupakan indikator pengukuran dari Profitabilitas Perusahaan. Setelah melakukan confirmatory factor analysis pada
variabel-variabel indikator mekanisme GCG didapat Laten Variable Scores untuk
mekanisme GCG (X1) secara keseluruhan. Variabel independen lainnya yaitu
kepemilikan pemerintah (X2) yang juga merupakan variabel moderating. X1
Y X2
GCG
KP
Moderating
Kepemilikan Pemerintah Mekanisme GCG
Interaksi (Moderating)
(46)
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Indikator variabel Mekanisme Good Corporate Governance yang terdiri
dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris
independen, dan komite audit, secara parsial memiliki pengaruh positif
terhadap profitabilitas Perusahaan BUMN di Indonesia.
2. Mekanisme Good Corporate Governance setelah hasil cofirmatory factor
analysis dan kepemilikan pemerintah secara parsial memiliki pengaruh
positif terhadap profitabilitas Perusahaan BUMN di Indonesia.
3. Kepemilikan Pemerintah memoderasi Mekanisme Good Corporate
(47)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksplanasi
yaitu penelitian ini mencari berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang
menjadi objek penelitian. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan adalah
penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa
sebab akibat antara dua variabel atau lebih dan dalam waktu yang berbeda
(Lubis,2012).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan tahun 2003-2012.
Waktu penelitian direncanakan mulai bulan September 2013 sampai
dengan bulan November 2013. Tahapan penelitian yang dimulai pada penyusunan
proposal hingga seminar proposal dimulai dari bulan Juli 2013 hingga akhir bulan
Agustus 2013.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Perusahaan BUMN di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
(48)
penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Lubis,2012). Metode
purpose sampling pada penelitian ini dilaksanakan dengan memasukkan semua perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI kemudian dibatasi pada perusahaan
BUMN yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan–perusahaan BUMN yang telah go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003.
2. Data yang tersedia adalah lengkap (semua data tersedia dalam periode
publikasi 31 Desember 2003-2012), data yang terkait dengan tata kelola
perusahaan dan data yang diperlukan untuk mendeteksi profitabilitas
perusahaan.
Alasan pemilihan sampel dengan kriteria tersebut bertujuan untuk
menghindari bias yang disebabkan oleh perbedaan yang ekstrem, dan agar lebih
valid dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan serta memudahkan
peneliti dalam mengidentifikasikan perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Perusahaan BUMN yang go public atau yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sampai dengan tahun 2013 hanya sebanyak 22 perusahaan. Dari 22
perusahaan tersebut yang sesuai dengan kriteria pemilihan sampel ada sebanyak
11 perusahaan. Jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 10 tahun pengamatan
penelitian sehingga terkumpul sebanyak 110 sampel observasi.
Berikut ini adalah tabel daftar populasi dan sampel perusahaan BUMN
(49)
Tabel 4.1. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan BUMN Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel
K1 K2
1 ANTM PT. Aneka Tambang Tbk √ √ S1 2 PTBA PT. Bukit Asam Tbk √ √ S2
3 TINS PT. Timah Tbk √ √ S3
4 INAF PT. Indofarma Tbk √ - - 5 KAEF PT. Kimia Farma Tbk √ √ S4 6 KRAS PT. Krakatau Steel Tbk - - - 7 SMGR PT. Semen Gresik Tbk √ √ S5 8 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara Tbk √ √ S6 9 ADHI PT. Adhi Karya Tbk - - - 10 PTPP PT. Pembangunan Perumahaan Tbk - - - 11 WIKA PT. Wijaya Karya Tbk - - - 12 WSKT PT. Waskita Karya Tbk - - - 13 GIAA PT. Garuda Indonesia Tbk - - - 14 JSMR PT. Jasa Marga Tbk - - - 15 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk √ √ S7 16 ISAT PT. Indosat Tbk √ √ S8 17 BMRI PT. Bank Mandiri Tbk √ √ S9 18 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk √ √ S10 19 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk √ √ S11 20 BBTN PT. Bank Tabungan Negara Tbk - - - 21 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk - - - 22 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Tbk - - -
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang sudah tersedia dalam bentuk laporan, dan
informasi-informasi dari internet serta dari Pusat Informasi Pasar Modal. Teknik dalam
mengumpulkan data untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber
data eksternal yaitu terbitan yang dikeluarkan oleh Pusat Referensi Pasar Modal
Bursa Efek Indonesia, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yaitu
(50)
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
4.5.1. Variabel independen (X)
4.5.1.1. Mekanisme Good Corporate Governance 1. Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan dewan yang bertugas dalam mengelola
perusahaan. Ukuran dewan direksi ditunjukan melalui jumlah dewan direksi pada
sebuah perusahaan.
2. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris, didefinisikan sebagai jumlah dewan komisaris
yang terdapat di perusahaan. Dewan komisaris merupakan mekanisme
penggendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG.
Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota
dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO)
(51)
3. Komisaris Independen
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik, BEI
mewajibkan perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen. Komisaris
independen berfungsi untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen
yang dapat menjadi pertimbangan dewan direksi dalam pengambilan keputusan.
Pemilihan komisaris independen dilakukan melalui proses pemilihan formal yang
melibatkan pemegang saham minoritas. Komisaris independen dipastikan berasal
dari luar perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah anggota komisaris
independen, hal ini dapat dilihat seperti berikut ini:
Komisaris Independen (KI) = Jumlah Komisaris Independen Jumlah Seluruh Komisaris
x 100
4. Komite Audit
Untuk mendukung pelaksanaan good corporate governance, BEI juga
mewajibkan perusahaan tercatat wajib memiliki komite audit. Gagasan dasar
pembentukan komite audit adalah untuk memberdayakan fungsi komisaris dalam
melakukan pengawasan. Komite audit yang efektif akan membantu terciptanya
keterbukaan dan pelaporan keuangan yang berkualitas, ketaatan terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku, dan pengawasan internal yang memadai.
Komite audit diukur dengan variabel dummy, 1 apabila perusahaan memiliki
komite audit yang memenuhi syarat , 0 apabila perusahaan tidak memiliki komite
(52)
4.5.1.2. Kepemilikan Pemerintah
Jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh negara terhadap seluruh
saham yang beredar, ini diukur dari persentase kepemilikan saham milik
pemerintah. Semakin besar persentase kepemilikan saham oleh negara maka
semakin kecil potensi untuk munculnya kecurangan atau tindakan untuk
merekayasa laba karena kepentingan pemilik atau pemegang saham dapat
disejajarkan dengan kepentingan negara sehingga diindikasikan bahwa laba yang
dilaporkan akan lebih berkualitas. Berdasarkan hal tersebut maka kepemilikan
pemerintah diukur sebagai berikut:
4.5.2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan
BUMN yang diukur dengan ROE. Return On Equity diukur dari laba bersih
setelah pajak dibagi oleh rata-rata total ekuitas.
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak Rata-Rata Total Ekuitas
x 100
Kepemilikan Pemerintah (KP) = Jumlah Saham Pemerintah x 100 Jumlah Saham Beredar
(53)
Tabel 4.2. Tabel Operasionalisasi Variabel
VARIABEL SUB
VARIABEL
KONSEP INDIKATOR SKALA
Mekanisme Good Corporate Governance (X) Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan dewan yang bertugas dalam mengelola perusahaan.
Jumlah Dewan Direksi Nominal
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan dewan yang bertugas memonitor tindakan manajemen puncak.
Jumlah Dewan Komisaris Nominal
Komisaris Independen
Komisaris Independen berfungsi untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen yang dapat menjadi pertimbangan dewan direksi dalam pengambilan keputusan.
Komisaris Independen = Jlh Kom.Independen x 100 Jlh.Seluruh Komisaris
Rasio
Komite Audit Komite Audit adalah
komite yang bertugas mengawasi keterbukaan dalam pelaporan keuangan yang berkualitas, dan ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Variabel dummy:
1= Memiliki Komite Audit. 0= Tidak memiliki Komite Audit Nominal Variabel Moderating : Kepemilikan Pemerintah Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh Pemerintah sebagai agen monitoring eksternal disebabkan oleh besarnya investasinya pada pasar modal.
Kepemilikan Pemerintah = Jlh.Saham Pemerintah x100 Jumlah Saham Beredar
Rasio
Profitabilitas (Y)
Return On Equity
ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan.
ROE =
Lb.Bersih Setelah Pajak Rata-Rata Total Ekuitas
x100
Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel-variabel indikator mekanisme Good Corporate Governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit, hanya variabel ukuran dewan direksi dan ukuran dewan komisaris yang berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun 2003 hingga tahun 2012. Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas sedangkan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan BUMN di Indonesia.
2. Setelah dilakukan tahapan first order cofirmatory factor analysis terhadap variabel-variabel indikator, mekanisme Good Corporate Governance secara keseluruhan dan kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun 2003 hingga tahun 2012.
3. Kepemilikan pemerintah memoderasi hubungan mekanisme Good Corporate Governance terhadap profitabilitas (ROE) perusahaan BUMN
(2)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun 2003 hingga tahun 2012.
6.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Keterbatasan dalam sampel penelitian. Sedikitnya perusahaan BUMN yang dijadikan sampel, hal ini dikarenakan dari 142 perusahaan BUMN yang tersebar di Indonesia hanya 22 perusahaan yang go public. Penelitian ini hanya menggunakan sampel penelitian perusahaan BUMN sebanyak 11 perusahaan, dengan kriteria pemilihan sampel yaitu Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI dan data yang terkait dengan tata kelola perusahaan pada periode pengamatan tahun 2003 s.d 2012 tersedia.
2. Keterbatasan dalam menggunakan variabel-variabel indikator yang membentuk variabel mekanisme Good Corporate Governance yaitu ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit dengan kemungkinan masih terdapat banyak lagi variabel-variabel indikator lain yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
3. Keterbatasan dalam menggunakan variabel struktur kepemilikan. Penelitian ini hanya berfokus pada kepemilikan pemerintah karena sampel perusahaan yang diteliti berfokus pada perusahaan pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Keterbatasan dalam pengkuran profitabilitas. Profitabilitas perusahaan BUMN ini hanya diukur dengan rasio keuangan Return On Equity karena
(3)
profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi sering dijadikan patokan oleh investor dan kreditur dalam menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas akan mempengaruhi keputusan investasi dan pemberian kredit.
Saran atas dasar kesimpulan dan keterbatasan penelitian adalah: 6.3. Saran
1. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan disarankan bisa meneliti seluruh perusahaan BUMN yang ada di Indonesia atau menambahkan sampel dari perusahaan konvensional lainnya pada bidang/sektor bisnis sejenis sehingga dengan bertambahnya sampel penelitian akan lebih mencerminkan gambaran dari keseluruhan perusahaan BUMN yang tersebar di seluruh Indonesia dan dapat membandingkan antara perusahaan BUMN dengan perusahaan konvensional lainnya.
2. Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menambah jumlah variabel independen lainnya atau mengambil variabel independen yang berbeda, seperti Proporsi Komite Tata Kelola Korporasi sehingga dengan menambah variabel akan menambah temuan baru yang lebih baik lagi yang diduga dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
3. Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menambah variabel struktur kepemilikan seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial atau kepemilikan masyarakat/publik. Bertambahnya variabel indikator dari
(4)
struktur kepemilikan dapat diketahui kepemilikan mana yang lebih mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
4. Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menambah rasio lain dalam mengukur profitabilitas seperti rasio dalam kaitannya dengan investasi yaitu Return On Investment (ROI) atau penjualan yang menggunakan rasio margin laba kotor atau rasio margin laba bersih sehingga dengan bertambahnya rasio pengukuran dapat mencerminkan profitabilitas perusahaan dalam berbagai segi.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Achjari, Didi. Sri Suryaningsum. Ratna C.Sari. 2009. Implementation of Good Corporate Governance and Financial Performance: Lessons from Telecommunication and Technology Sector in South East Asia. SNA 12.
3. Agoes,Sukrisno. I Cenik Wardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta : Salemba Empat.
4. Almilia,Luciana.S. Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7 No.2. 5.
6. Andreas. 2009. Tata Kelola Korporasi Dan Masalah Keagenan Di Indonesia. Malang: Agritek YPN Malang.
7. Arijanto,Agus.2011.Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.
8. Astuti,Dewi.2004. Manajemen Keuangan Perusahaan.Jakarta:Ghalia Indonesia.
9. Avianti,Ilya. 2006. Privatisasi BUMN dan Penegakan Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN. Jurnal KINERJA, Volume 10, No.1, Th. 2006: Hal. 57-65.
10.Boediono SB,Gideon. 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur Pasar. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
11.Chtourou,S.M., Jean Bedard, and Courteau Lucie.2001. Corporate Governance and Earnings Management
12.Daulay,Murni.2010. Metodologi Penelitian Ekonomi. Medan. USU Press.
13.Ghazali,Imam. Hengky Latan.2012. Partial Least Squares Konsep,Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang : Badan Penelitian Universitas Diponegoro.
14.Hastuti,Theresia Dwi.2005.Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan.SNA VIII. Solo.
15.Helfert,Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan-Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Jakarta : Erlangga.
16.Indonesia Stock Exchange. Indonesian Capital Market Directory 2008. Jakart
17.Indonesian BUMN Ministerial Decree No. 117/2002. http://www.bumn.go.id .
18.Jensen,M.C.1993. The Modern of Industrial Revolution, Exit and the Failure of Internal Control Systems
(6)
Governance.Naskah Publikasi Penelitian Dasar Keilmuan.
20.Kamal, Miko.2010. Corporate Governance and State-owned Enterprises: A Study of Indonesia’s Code of Corporate Governance. Journal of International Commercial Law and Technology Vol. 5, Issue 4.
21.Lubis, Ade Fatma.2008. Pasar Modal. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
22.Lubis, Ade Fatma.2012. Metode Penelitian Akuntansi dan Format Penulisan Tesis. Medan: USU Press.
23.National Committee on Governance.
24.Pratolo,Suryo.2007. Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan. SNA X. Makassar.
25.Purwanti, Lasdini, et al. 2010. Kajian TentangPedoman Good Corporate Governance di Negara-Negara Anggota ACMF. Tim Studi Kementerian Keuangan Republik IndonesiaBadan Pengawas Pasar ModalDan Lembaga Keuangan.
26.Riyanto,Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
27.Setiawan M, Merita Bernik, Mery C.Sondari. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, Dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
28.Sukarno, Edi, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen, Gramedia, Jakarta.
29.Syamsuddin,Lukman.2009.Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, & Pengambilan Keputusan. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
30.The Indonesian Institute for Corporate Governance. 2009. Good Corporate Governance dalam Perspektif Manajemen Stratejik.
31.Yonnedi, Efa. Dewi Yulia Sari. 2009. Impact of Corporate Governance Mechanisms on Firm Performance; Evidence from Indonesia’s State – Owned Enterprises (SOEs). SNA 12.