satu sama lain secara kompleks, selalu berubah dan melibatkan ketergantungan yang saling mempengaruhi.
Dengan demikan, pergolakan yang terjadi ketika restorasi Meiji dicetuskan menyebabkan perubahan terhadap status golongan yang ada dalam
masyarakat Jepang yaitu dihapuskannya sistem kelas pada masyarakat. Tidak ada lagi kelas kesatria, kelas pedagang, petani bahkan yang paling rendah sekalipun
yang disebut kaum eta; yang ada hanya satu yaitu masyarakat Jepang yang semua derajatnya sama. Praktisi aikidou yang dulunya hanya berisikan golongan kelas
atas kini telah bergeser, sekarang semua tingkatan masyarakat dapat dengan leluasa mempelajari aikidou. Di Indonesia, aikidouka tidak dihambat oleh
peraturan-peraturan seperti di Jepang tapi tidak dapat disangkal juga bahwa menurut sejarah Indonesia, Indonesia juga pernah menetapkan sistem kasta pada
saat beberapa abad sebelum masehi dimana agama Hindu menjadi agama satu- satunya yang ada pada waktu itu dan sama seperti yang terjadi di Jepang sistem
kasta inipun dihapuskan. Sejak saat itu siapapun dapat mempelajari aikidou tanpa dihalangi oleh
kelas status dalam masyarakat. Aikidouka Jepang dan aikidouka Indonesia dapat dibilang sama dalam sistem kelas atau kasta bila di Indonesia namun juga berbeda
soal budaya, namun satu hal yang pasti adalah para aikidouka ini sama-sama murni menyukai dan menghargai serta menghormati ilmu beladiri dan
dipraktekkan dengan cara yang positif.
3.2. Adaptasi Yang Terjadi Terhadap Teknik dan Gerakannya
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang sudah penulis jelaskan dibab sebelumnya bahwa aikidou memiliki bermacam style, namun meskipun stylenya berbeda satu dengan yang
lain akar dari dasar gerakannya tetaplah sama yaitu daito ryu. Umumnya aikidou memiliki teknik-teknik sebagai berikut:
Teknik-teknik aikidou sebagai beladiri perkelahian cepat dan jarak dekat closecombat banyak dipengaruhi oleh :
• Teknik BantinganJudo Kodokan Jigoro Kano
• Teknik KuncianJujutsu gaya Sokaku Takeda Bapak Jujutsu
• Teknik Pedang Kenjutsu, dan
• Teknik Toya berpedang straight spear Yarijutsu
Pada umumnyaaikidou tidak menggunakan tendangan kaki, tapi dalam hal-hal yang sangat khusus, teknik kaki ashiwaza, juga diajarkan. Inipun dengan
catatan pada aikidoka tingkat Dan keatas. Di Indonesia, ashiwaza nyaris tidak diajarkan.
合 気 道 aikidou cocok untuk perkelahian ruangan sempit maupun melawan beberapa penyerang multiple attacker, dan dapat dipelajari oleh pria
dan wanita segala umur. Untuk anak-anak minimal 10 tahun. Teknik-teknik waza aikidou sebenarnya tergolong sederhana. Ada 2 hal
pokok, yaitunagewaza melemparmembantingproyeksi dankihonwazatermasuk teknik kuncianimmobilisasi. Di dalam dojo,aikidou menggunakan 4 pola
dasar latihan, yaitu
Universitas Sumatera Utara
• Tachiwazateknik berdiri melawan berdiri
• Suwariwazateknik duduk melawan duduk
• Hanmihandachi teknikduduk melawan berdiri dan
• Kaeshiwazamelakukan teknik dengan membuka serangan sebagai
pancingan Walaupun sumber dari inti gerakan hanyalah Daito ryu perbedaan pemahaman,
generasi, sifat, situasi dan kondisi dapat menciptakkan gerakan-gerakan aikidou yang berbeda. Gaya aikidoudi suatu organisasi itu mungkin dan bisa mengalami
perubahan, dan itu pasti. Karena setiap orang punya pengaruh dan pengikut di dalam suatu organisasi, juga setiap orangpun pasti berevolusi gayanya. Ketika
penulis melihat video aikidouyang diperagakan oleh Morihei Ueshiba pada tahun 40-an dan tahun 60 –an dan faktanya, sampai saat sekarang tidak ada seorang
praktisi pun yang benar-benar persis memiliki gaya seperti Morihei Ueshiba. Berbagai murid senior Morihei Ueshiba masuk dari latar belakang kehidupan dan
pada masa evolusi aikidou Morihei Ueshiba yang berbeda-beda. Sehingga menurut pendapat penulis, gaya aikidoulebih karena interpretasi para praktisi
gayastyleaikidou yang kemudian berpengaruh besar dan memiliki pengikut. Dari sumber-sumber yang penulis perhatikkan dengan seksama, bahwa
gayastyle Iwama tentu berbeda dengan aikikai, aikikai berbeda dengan yoshinkan, atau style shinshin toitsu, shinshin toitsu tentu juga berbeda dengan sodokanaikido
atau yang disebut juga dengan tomiki style. Selain dari karena interpretasi aikidouka hal lain yang dapat
menyebabkan perubahan stylegaya atau teknik adalah spontanitas atau disebut
Universitas Sumatera Utara
juga refleks dan situasi kondisi berbahaya yang ditemui oleh para aikidouka juga dapat mengubah teknik dan gerakan yang ada. Ini tidak hanya terjadi kepada
aikidouka saja, ini juga terjadi kepada praktisi beladiri seperti karateka, judoka dan lain sebagainya. Bagi para praktisi beladiri spontanitas ini tidaklah muncul
begitu saja dan untuk mengasahnya diperlukan waktu yang lama serta keinginan kuat.
Penulis mengatakan hal ini berhubung karena penulis juga merasakannya. Proses latihan yang keras sejak penulis masihlah pemula pada
bidang ini, teriakkan para senpai yang mucul bila penulis tidak serius juga keringat serta rasa lelah yang tidak main-main pada saat latihan selesai digelar
seakan-akan tulang dan otot yang berada diseluruh tubuh menjadi putus. Biarpun demikian kerja keras yang selama ini penulis lakukan tidak sia-sia. Setelah sekian
lama bergelut dengan proses yang melelahkan, penulis dapat menikmati hasilnya. Tubuh menjadi lebih ringan dan bertenaga, pemikiran lebih positif, kesensitifan
pada keadaan sekitar menjadi mawas dan tentu saja spontanitas menjadi berkembang.
Pada saat latihan, para praktisi beladiri diajarkan dengan masing-masing teknik dan gerakan yang sesuai dengan aliran yang dipilhnya tapi tidak terlepas
kemungkinan bahwa para praktisi ini dapat menciptakan gerakan-gerakan baru disebabkan dorongan untuk menyelamtkan diri dari gangguan yang datang.
Misalnya situasi yang terjadi dalam kendaraan umum yang sesak, seorang pengganggu mencoba mengambil kesempatan dalam situasi itu dan secara
spontan para praktisi pasti akan bergerak sesuai dengan insting alami yang telah diasah sedimikan rupa tentu saja juga akan bergerak sesuai dengan keadaan
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena para praktisi tidak ingin melukai orang-orang yang tidak bersalah yang mana ada dalam kendaraan umum tersebut.
Jadi berdasarkan kesimpulan yang ada, terjadinya adaptasi teknik dan gerakan sebagiannya disebabkan oleh karena interpretasi para aikidouka dan
sebagian lain karena keadaan daerah atau tempat. Tempat berdasarkan definisi dari Endraswara 2006: 108 adalah lokasi berlangsungnya fenomena budaya. Jadi
tempat merupakan aspek budaya yang merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat tidak hanya di Indonesia tapi juga bagi masyarakat
diseluruh belahan bumi lainnya yang secara tidak langsung mengakibatkan adaptasi terhadap teknik dan gerakan dari beladiri aikidou di Indonesia.
3.3. Adaptasi Filosofi Aikidou Yang Diterapkan Dalam Kehidupan