nyata. Pandangan terakhir ini adalah penyebab perpecahan dengan O-Sensei yang dengan tegas percaya bahwa tidak ada tempat untuk kompetisi dalam latihan
aikidou. Tomiki-ryu ditandai dengan menggunakan Kata bentuk sudah diatur sebelumnya dalam mengajar dan dengan mengadakan kompetisi, baik tangan
kosong dan dengan pisau karet.
2.4. Perkembangan Aikidou Di Indonesia
合気道aikidou masuk Indonesia pertama kali dibawa oleh Bpk Tansu Ibrahim dari aliran Yoshinkan. Beliau datang ke Jepang pada tahun 1958. Beliau
belajar langsung kepada Gozo Shioda. Kemudian
pada akhir tahun 1969dibawa juga oleh
Bapak JozefPoetiray
yang merupakan Ketua Dewan Guru dari Yayasan Indonesia Aikikai yang didirikan tanggal 28 Oktober 1983. Yayasan Indonesia Aikikai
terdaftar sebagai anggota yang mewakili Indonesia di International Aikidou Federation IAF, Asian Aikidou Federation AAF dan tentunya di Aikidou
Headquarter di Jepang. Bapak Jozef Poetiray merupakan salah satu mahasiswa yang dikirim oleh
pemerintah Indonesia ke Jepang dalam rangka beasiswa pamplasan perang Jepang bagi Indonesia di tahun 1960-an. Beliau selama di Jepang mencari sesuatu yang
berguna yang dapat dibawa ke Indonesia sesuai dengan amanat dari Presiden Soekarno saat itu, agar para mahasiswa mempelajari dan membawa sesuatu yang
positif dari Jepang yang bukan hanya ilmu pengetahuan tapi segala sesuatu yang positif yang nantinya dapat diajarkan kepada generasi muda Indonesia mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain Bapak Jozef Poetiray ingin belajar seni bela diri yang cocok dengan dirinya dan dapat menyentuh hati, perasaan, jiwanya serta dapat
mengoreksi tingkah laku beliau di kehidupan sehari-hari. Sampai pada suatu hari beliau melihat peragaan seni bela diri aikidou di TV lokal. Namun karena pada
saat itu di Hiroshima belum ada, maka beliau baru mempelajarinya ketika pindah kuliah ke Tokyo. Beliau juga menjadi salah satu orang yang mendirikan
Indonesian Students Aikidou Club di wisma Indonesia di Jepang. Banyak hal yang beliau dapat dari aikidou.
Maka beliau bertekad mengembangkan aikidou di Indonesia sebagai misinya, khususnya untuk para generasi penerus bangsa Indonesia. Seiring
berjalannya waktu, aikidoudi bawah Yayasan Indonesia Aikikai berkembang di Indonesia secara perlahan tapi pasti.
Perkembangan aikidou di Indonesia tidaklah semulus yang dipikir. Dalam usaha mensolidkan aikidou di Indonesia telah terjadi banyak perobahan
dalam organisasi yayasan yang didirikan, kejadian ini terbagi atas beberapa periode yaitu:
1. Periode 1980-1990 Pada tahun 1984 mulai ada inisiatif untuk mengorganisasikan
perkembangan aikido, dirintislah Yayasan Indonesia Aikikai. Pada bulan pebruari 1986 diadakan rapat resmi YIA pertama untuk pembahasan AD-ART Yayasan.
Keadaan 1984-1986 secara umum dojo aikido hanya terdiri 3 dojo Slipi- Kemanggisan, Menteng dan Manggarai di Jakarta dan 1 di Surabaya. Pelatih
Universitas Sumatera Utara
aktif terdiri dari Mansyur Idham, DAN 1; Achmad Mahbub, DAN 1 dan Surabaya diwakilkan pada Prawira W, KYU 1.
Kemudian di tahun 1987, lahirlah 7 orang yudansha pertama Dan I di Indonesia termasuk Ferdiansyah. Regenerasi kepemimpinan pelatihan terjadi,
bersamaan dengan surutnya aktifitas Bapak Mansyur Idham aktif 3 tahun, sejak 1984 di aikido dan berpulangnya Bpk. Ahmad Machbub ke Pencipta.
Koordinator kepelatihan dan pelaksanaan ujian kenaikan tingkat dipercayakan kepada Ferdiansyah. Dan ketua umum YIA diamanatkan kepada Dr.
Dono Iskandar. Desember 1988, dibuat dojo percontohan olehFerdiansyah yang disebutnya Aiki Club terdiri dari dojo Univ Trisakti, dojo Stekpi dan dojo Univ.
Atmajaya. Selanjutnya di tahun 1990 didatangkanlah pertama kali di Indonesia
pelatih profesional dari Jepang melalui program JOCV–JICA,Hiroaki KobayashiDan III untuk selama 2 tahun dan kemudian diperpanjang 1 tahun
sampai dengan 1993. 2. Periode 1990-1999
Untuk kepentingan pengembangan oleh Ferdiansyah melaluiDojo Percontohan yang telah solid, mulailah diterapkan sistem pembinaan kepada dojo
lainnya secara bertahap. Perkembangan dojo dari 4 dojo di seluruh Indonesia menjadi 12 dojo 1 dojo Bandung, 1 dojo Surabaya, 1 dojo Sumbawa, 9 dojo
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Akhir tahun 1991, film aksi aktor Steven Seagal aikidoukaDan IV mulai memberi warna baru dalam perkembangan aikidou di Indonesia terutama di
Jakarta. Pada tahun 1993, sensei Ferdiansyah Dan III setelah aktif
mengembangkan 7 tahun, sejak 1986 meninggalkan YIA dan mengundurkan diri dari segala inisiatifnya mengembangkan YIA, sebagai koordinator kepelatihan
dan penguji utama pelaksanaan ujian. Dimana sebelumnya secara berturut telah pula mengundurkan diri Prawira W Surabaya dan Dono Iskandar Ketua Umum
YIA. Yayasan KBAI resmi lahir pada tahun 1994 dan Perguruan Aikidou
Indonesia yang dipimpin sensei Ferdiansyah bernaung di dalamnya. Perguruan Aikidou Indonesia, KBAI tercatat di Dojo Finder mewakili Indonesia satu-
satunya.
Perguruan Aikidou Indonesia KBAI diakui satu-satunya mewakili
Indonesia menghadiri perhelatan besar aikidou di Jepang ketika tahun 1999. Acara pertemuan pemimpin organisasi dari berbagai negara untuk hadir dalam
penobatan Doshu pemimpin dunia aikidou, Indonesia diwakili Ferdiansyah Dan IV.
3. Periode 2000-2005 Disharmonisasi hubungan antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia
KBAI mewarnai perkembangan aikidou di Indonesia. Pada masa ini bertumbuh secara sporadis dojo-dojo aikidou atas dasar kepentingan ekonomis dan pribadi
Universitas Sumatera Utara
atau kelompok, terutama di Jakarta dan Bandung. Dan pertumbuhan dojo-dojo itu secara tidak langsung menjadi pendukung kepopuleran aikidou di masyarakat.
Sekitar tahun 2002 lahir dojo-dojo, Nishio Style dojo dimulai di Semarang yang dibawa oleh Satoru Sensei ex-Instrukturaikidou PTIK dari
program JICA, USAF affiliated Atmajaya Jakarta, aiki wago dan BOW Surabaya, Yayasan aikidou Jepang Bandung diwadahi aikidou Malaysia dan
lainnya, termasuk pecah konflik pengorganisasian aikidou Medan, YIA. Sekitar tahun 2005, lahir dojo IAI Institute Aikidou Indonesia sebagai
pecahan dari YIA yang kemudian mewadahi diri di bawah Kobayashi dojo dan kemudian beralih wadah ke Suginami dojo. Sedangkan Kobayashi dojo mewadahi
Takiotoshi Nagare pecahan IAI dojo dojo,Ben’s dojo pecahan YIA serta Aikidou Medan dan mulai pula merebak Aikidou Tenshin menggunakan
ketenaran nama Steven Seagal dan seterusnya. Demikian perkembangan aikidou di Indonesia yang cukup booming
dalam jumlah dojo dan kelompok. Hal ini cukup menjadi pertanyaan, apakah harus disyukuri atau sesuatu yang memprihatinkan? Hal yang memprihatinkan
adalah begitu banyak dojo berkembang tanpa akar jelas. Terlebih lagi keabsahan legitimasi dan mutu pelatihnya juga patut dipertanyakan. Hal ini tentu akan
memberikan dampak pada penggambaran aikidou yang salah di masyarakat awam.
Hal cukup buruk yang terjadi adalah banyak dari dojo yang berkembang tersebut disebabkan disharmonisasi internal organisasi. Mereka memecah atau
beralih dengan juga menggembosi organisasi sebelumnya. Maka dapat
Universitas Sumatera Utara
dibayangkan kemampuan pembinaan aikidouka seperti apa yang dapat dihasilkan oleh organisasi dengan latar belakang tersebut. Pengharapan kita semua selalu
yang lebih baik tentunya. Fondamen atau dasar yang salah akan menghasilkan landasan yang
lemah, akibatnya dalam bidang keilmuan tentu akan memberi arah yang dipastikan salah. Padahal apa yang kita tekuni akan berdampak pada
pembangunan diri dan pengembangan kemampuan diri kita dikemudian hari. Jika hal ini tidak dianggap penting tentunya itu juga suatu pilihan masyarakat itu
sendiri. Adalah hak masyarakat untuk memilih dan berhati-hati dalam memilah apa yang dipilihnya untuk kemudian ditekuninya.
4. Periode 2005-2010 Harmonisasi antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia KBAI terjadi
dan hal inipun mewarnai keadaan aikidou di Indonesia. Hubungan antar sebahagian organisasi dan dojo aikidou di Indonesia mulai cair. Pada masa ini
tidak banyak perkembangan terjadi seperti periode 5 tahun sebelumnya. Hal ini memberi harapan kepada perkembangan aikidou di Indonesia menjadi lebih baik
di masa yang akan datang. Sampai saat ini sudah sekitar lebih dari 1000 praktisi aikidou yang
berlatih tersebar di beberapa tempat di Indonesia, khususnya Jakarta. 度所 dojo yang berada dibawah naungan Yayasan Indonesia Aikikai ada sekitar 30 buah
dojo yang tersebar di Indonesia dengan 20 diantaranya berlokasi di Jakarta. Hingga saat ini, Yayasan Indonesia Aikikai sudah menyelenggarakan
berbagai kegiatan baik bersifat nasional maupun internasionaldengan
Universitas Sumatera Utara
mengundang negara lain. Seperti ujian kenaikan sabuk hitam tahunan, dimana pengujinya masih dikirim dari Aikidou Headquarter Jepang, mengundang
beberapasensei dari Jepang untuk mengadakan seminar aikidou di Indonesia dan turut serta pada berbagai eksibisi dan seminar beladiri baik didalam maupun luar
negeri. Kegiatan terakhir Yayasan Indonesia Aikikai adalah mengikuti seminar internasional IAF di Jepang dan Bapak Jozef Poetiray menjadi pengajar aikidou
untuk latihan mental di program ASEAN yang diadakan Yayasan Bina Pembangunan di Padepokan Bumi Mandiri, Cisaat. Yayasan Indonesia Aikikai
juga mendapat dukungankedutaan besar Jepang di Jakarta. Diharapkan kedepannya aikidou dapat lebih berkembang lagi dan ikut membangun akhlak dan
moral bangsa Indonesia melalui filosofinya. Secara istilah AikidouIndonesia pertama kali digunakan oleh Perguruan
Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan Keluarga Beladiri Aikidou Indonesia yang biasanya dikenal dengan istilah umum KBAI. Yayasan KBAI
ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali, Bapak. Drs Muhammad Razif dan
Ir. Ferdiansyah. Diharapkan dengan terbentuknya yayasan ini dapat menjalin kerjasama dan mempererat hubungan praktisi aikidou dengan praktisi aikidou
lainnya yang berada di daerah yang berbeda, juga sebagai tempat penampung ide dan pikiran untuk memajukan aikidou kedepan nantinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ADAPTASI AIKIDOU DI INDONESIA
3.1. Adaptasi Pada Tempat dan Praktisi Aikidou 3.1.1. Adaptasi Pada Tempat Latihan