Abu menunjukkan kandungan bahan inorganik kayu yang merupakan sisa setelah pembakaran bahan organik. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa
yang tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan dan silikon. Kayu yang mengandung silika lebih dari 0,3
akan menyebabkan alat pertukangan akan cepat tumpul Haygreen et al., 2003. Abu pada sebuah pembakaran harus dihindari, karena dapat menyebabkan
penumpukan abu dan mengganggu proses pembakaran. Pada proses produksi semen, kadar abu bukan merupakan masalah yang mengganggu, karena abu yang
dihasilkan dari proses pembakaran juga merupakan salah satu bahan yang dicampur pada proses produksi sehingga tidak meninggalkan unsur abu dalam
jumlah yang besar. Silika yang dihasilkan dalam proses pembakaran kayu juga merupakan salah satu bahan dasar pembuat semen.
4.1.3. Analisis hubungan antara kadar air dengan nilai kalor.
Faktor utama yang berpengaruh terahadap nilai kalor kayu adalah berat jenis dan kadar air. Faktor lainnya adalah kandungan lignin dan adanya zat
ekstraktif seperti resin dan tannin. Nilai kalor kayu yang mengandung kadar air dalam jumlah tertentu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai
kalor kayu pada saat kering tanur, karena sebagaian besar kalor hilang untuk menghilangkan dan menguapkan air Panshin, 1970.
Sementara itu menurut Haygreen et al. 2003, Faktor utama yang mempengaruhi nilai kalor kayu adalah kadar air. Nilai kalor kayu tertinggi dicapai
jika kayu dalam kondisi kering tanur dan terus menurun dengan semakin tingginya kadar air di dalam kayu. Nilai kalor pada kondisi kering tanur disebut
nilai kalor tertinggi NKT, sedangkan nilai kalor pada kadar air tertentu disebut nilai kalor bersih NKB.
Pada penelitian ini, nilai kalor diukur pada tiga kondisi, yaitu pada kondisi kering tanur, kondisi kering udara dan kondisi basah. Nilai kalor pada kondisi
kering tanur digunakan pada analisis faktor jenis kayu, posisi horisontal dan umur kayu terhadap nilai kalor. Pengukuran nilai kalor pada kadar air kering udara dan
kadar air pada kondisi basah digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara penurunan nilai kalor kayu dengan perubahan kadar air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penurunan nilai kalor kayu sangat signifikan dengan
meningkatnya kadar air. Sebagai contoh, nilai kalor kayu sengon buto umur 4 tahun pada kadar air 7,96 sebesar 4.011 kkalkg, sedangkan pada kadar air
44,4 sebesar 2.677 kkalkg, penurunannya diatas 50 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil regresi linier antara kadar air dan nilai kalor dapat
dilihat pada Gambar 7 berikut ini :
Gambar 7 Regresi linier antara nilai kalor dan kadar air. Dari Gambar 7 terlihat bahwa regresi linier antara nilai kalor dan kadar air
didapatkan persamaan : Kadar air = -50,87 nilai kalor + 4695. Dengan nilai
koefisien determinasi R
2
sebesar 0,94 menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara pengurangan nilai kalor dengan perubahan kadar air. Hasil analsis sidik
ragam Lampiran 5 menunjukkan nilai f hitung yang sangat besar yaitu 394,18 sehigga dapat dikatakan dikatakan kadar air sangat nyata memiliki korelasi
dengan nilai kalor, baik pada taraf nyata 5 maupun 1 .
4.1.4. Nilai Kalor dan Kadar Abu berdasarkan Proporsi Kayu dan Kulit.