Analisis Teknis Kayu Sebagai Bahan Bakar di Pabrik Semen

kalor kayu yang dapat di substitusi oleh kayu per tahun Tabel 7, maka persentasenya terhadap nilai kalor batu bara disajikan pada Gambar 8 berikut ini : Gambar 8 Persentase nilai kalor kayu dibandingkan dengan nilai kalor batu bara per tahun Dari Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa persentase bahan bakar yang paling besar adalah jenis kayu gmelina, yaitu 5,14 . Kayu waru dan sengon buto masing-masing memberikan kontribusi sebesar 5,03 dan 4,49 terhadap kebutuhan batu bara selama setahun. Persentase ini dipengaruhi oleh perhitungan jatah tebang lestari, kerapatan dan nilai kalor. Kayu sengon buto memiliki volume tebangan lestari terbesar yaitu 57.806 m 3 th, tetapi karena kerapatan dan nilai kalornya kecil, persentase terhadap kebutuhan batu bara menunjukkan nilai paling kecil yaitu dibandingkan dengan kedua jenis lainnya.

4.3. Analisis Teknis Kayu Sebagai Bahan Bakar di Pabrik Semen

Kegiatan percobaan teknis pencampuran kayu dengan batu bara mulai dilakukan pada tanggal 27 Juni 2007. Kayu yang digunakan pada percobaan teknis adalah kayu sengon buto dan beberapa jenis lainya seperti lamtoro, trembesi, gamal, waru dan gmelina selengkapnya seperti yang telah disajikan pada Tabel 6. Semua jenis kayu yang digunakan tersedia di sekitar areal pertambangan, hasil penghijauan yang dilakukan sejak tahun 2001. Bentuk kayu yang akan di campur pada proses pembakaran adalah bentuk chip. Oleh karena itu, setelah kayu ditebang Gambar 9, selanjutnya dijadikan chip dengan menggunakan wood chipper produksi lokal yang memiliki kapasitas yang 4,49 5,14 5,03 Sengon Buto Waru Gmelina terbatas. Dengan alat chip kayu dari prose dengan kapasitas 3 dilaksanakan sedang d Gamba Gambar 10 Chip yang dih cukup tinggi diatas mendapatkan kadar penyimpanan selama lat ini, dibutuhkan waktu 8 jam untuk memp oses penebangan sampai kayu menjadi chip 3 – 15 tonjam Gambar 10 pada saat g dalam proses pengadaan. bar 9 Potongan kayu Sengon buto umur 4 tahun 10 Wood chipper tipe CH260HF inset : chip k dihasilkan dari wood chipper masih memiliki s 40, oleh karena itu dilakukan proses pen ar air kering udara. Pengeringan dilakuk a 7 hari. Gudang penyimpanan dibuat dengan 34 persiapkan 1 ton . Wood chipper at percobaan ini hun p kayu iki kadar air yang pengeringan untuk ukan di gudang an ukuran panjang dan lebarnya 20 x 8 meter dengan tinggi tiang atap 4 meter. Sebelum dicampur dengan batu bara, sampel chip kayu di ukur kadar air dan nilai kalornya. Pengukuran kadar air dan nilai kalor pada pabrik semen adalah kegiatan periodik. Setiap ada perubahan komposisi bahan bakar maupun stok batu bara yang baru masuk selalu di ukur nilai kalornya. Hal ini dilakukan untuk memprediksi nilai kalor total yang dibutuhkan selama proses pembakaran. Kayu merupakan bahan yang higroskopis, yaitu mudah menyerap dan melepaskan air. Oleh karena itu untuk mencegah agar kayu tidak basah oleh air hujan secara langsung, gudang penimbunan kayu dibuat menggunakan atap. Berbeda dengan batu bara yang tidak mudah menyerap air, penyimpanannya dapat dilakukan pada tempat terbuka tanpa atap Gambar 11 dan 12. Gambar 11 Gudang penyimpanan kayu. Gambar 12 Tempat penimbunan batu bara. Proses pencampuran bahan bakar substitusi dengan batu bara dimaksudkan untuk menjawab tantangan tersendatnya proses distribusi dan semakin mahalnya batu bara dengan tahap awal substitusi adalah 5. Persentase substitusi ini pada tahun mendatang diharapkan semakin besar untuk menurunkan biaya produksi Bertschinger, 2006. Hasil percobaan teknis pemasukan kayu kedalam proses pembakaran bersama batu bara menggunakan target substitusi 3, chip kayu yang harus disediakan sebanyak 1 ton chip kayu tiap jam, selengkapnya disajikan pada Tabel 8 berikut ini : Tabel 8 Hasil percobaan pembakaran kayu No. Uraian Keterangan Ukuran 1 Total kayu yang dibuat chip 6 ton 2 Rata-rata pemasukan kayu 1 tonjam 3 Waktu Pembakaran 5 jam 09.00 – 14.00 4 Persentase kayu terhadap batu bara 3,07 5 Rata-rata kalori chip 4000 kkalkg 6 Rata-rata kadar air chip 12 Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa selama proses percobaan pembakaran, yaitu dari jam 09.00 sampai 14.00 sebanyak kurang lebih 6 ton kayu dibakar bersama batu bara. Persentase kayu yang dibakar secara keseluruhan adalah 3,07 dari total batu bara yang dibakar selama 5 jam. Rata-rata nilai kalor terukur adalah 4.000 kkalkg. Nilai kalor ini diambil sesaat sebelum kayu dimasukkan dalam ruang pembakaran. Hasilnya adalah selama proses percobaan pembakaran tidak ada permasalahan secara teknis. Volume kayu juga tidak memberikan masalah pada proses pembakaran, karena ruang pembakaran masih cukup besar untuk menampung campuran kayu dan batu bara.

4.4. Analisis Ekonomis Pengusahaan Hutan