Nilai kalor kayu pada kondisi kering tanur berkisar antara 6.500 – 8.500 btulb 3.604 – 4.713 kkalkg. Sedangkan pada kadar air 60, nilai kalor kayu
hanya sebesar 2.000 – 3.500 btulb 1.108 – 1.940 kkalkg Gambar 1.
Gambar 1 Penurunan nilai kalor dari kayu pada berbagai kadar air. Sumber : Ince 1979 dalam Haygreen et al. 2003
Penggunaan nilai kalor dari kayu sangat tergantung dari bagaimana cara kayu tersebut dibakar. Pada tungku pembakaran sederhana, hanya sekitar 5 – 20
nilai kalor yang termanfaatkan. Sedangkan pada tungku yang lebih baik stoves, nilai kalor yang dimanfaatkan bisa mencapai 70. Proses-proses pemanfaatan
kayu lainnya dapat dilakukan dengan proses pyrolysis carbonization, destructive destilation
, liquification, gasification dan hydrolysis Tsoumis, 1991.
2.3. Jenis Kayu yang digunakan dalam Penelitian
2.3.1. Sengon Buto Enterolobium cylocarpum
Enterolobium cyclocarpum termasuk famili Leguminosae. Di beberapa
negara jenis ini dikenal dengan nama guanacasta Guantemala, Honduras, Nicaragua; cuanacaztle, huanacaxtle, huinecaztle, nacaxle, cuaunacaztli cascale
sonaya, orejon, parota, piche Mexico; genisero, jenizero, jenezero Nicaragua; conacaste Guatemala; conacaste, caro, caro hembra, arbol de orejas Salvador;
coratu, jarina; Harina Panama; anjera, carits, carito, oriera, pinon Colombia; caro hembra Venezuela; oreja de judio, arbol de las orejas, algarrobo carretera,
cabelos de venus Cuba; timbauba, timbo, timbo color, tobroos Brasil. Dalam perdangan jenis ini dikenal dengan nama pichwood, south american walnut,
central american walnut, mexican walnut, conacasta, jenisero Chudnoff, 1984. Pohon ini mempunyai bebas cabang yang pendek, terutama kalau berada
ditempat terbuka. Kulit pohon agak tebal yaitu sekitar 3 – 4 cm terutama pada pohon tua, karena itu pohon yang sudah tua agak tahan terhadap kebakaran.
Tajuknya besar berbentuk seperti payung dan lebarnya berkisar antara 15,24 – 30,48 m. Susunan daun pinnate, kecil dan sebagian daun gugur untuk beberapa
bulan dalam satu tahun. Pohon ini mulai berbunga pada umur 5 – 11 tahun dan mulai berbuah pada umur 6 – 11 tahun. Sengon buto menggugurkan daunnya
terutama periode musim bunga atau periode musim panas dilanjutkan sampai periode musim buah. Dengan adanya masa gugur daun dan daunnya mudah
terdekomposisi dalam tanah, berarti kemampuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dari pohon ini cukup baik Asmarahman, 2008.
Genus pohon ini terdiri dari 7 spesies yang tersebar di seluruh Amerika tropis dan jenis yang terbaik adalah Enterolobium cyclocarpum dan Enterolobium
timbouva . Enterolobium cyclocarpum umumnya banyak terdapat di Amerika
tropis bagian utara, Amerika tengah, dan sebelah selatan Mexico. Di Indonesia penanaman pertama tahun 1916 di kebun Raya Bogor dan bijinya berasal dari
Brazil. Dari sini disebar luaskan ke seluruh Jawa yaitu ditanam di kebun-kebun percobaan Lembaga Penelitian Hutan. Penanaman di Jawa dilakukan diberbagai
tempat tumbuh pada ketinggian 30 – 1.185 meter diatas permukaan laut dengan keadaan tanah dan iklim yang berbeda.
Kayu sengon buto memiliki berat jenis dengan kisaran 0,43 – 0,45 dengan penyusutan arah tangensial, radial dan volumetrik berturut-turut adalah 5,2, 2
dan 7,2. Pada umur 4 tahun, warna kayu gubal dan teras sudah bisa dibedakan. Kayu gubal berwarna kuning pucat sedangkan kayu terasnya berwarna coklat
kemerahan. Tekstur kayu sengon buto kasar, arah serat berpadu dengan rasa dan
bau tidak khas. Porinya berjumlah kurang dari 6 tiap mm
2
jarang, sering ditemukan endapan berwarna dengan diameter porinya lebih dari 200 mikron.
Kayu ini memiliki keawetan yang baik terhadap jamur dan serangan rayap. Selain itu, serbuk kayu sengon buto dapat mengakibatkan iritasi dan alergi. Dalam
penggunaan umum, kayu Sengon buto sering digunakan sebagai bahan paking dan papan partikel dalam jumlah yang terbatas Chudnoff, 1984.
2.3.2. Waru Hibiscus tiliaceus.
Hibiscus tiliaceus termasuk dalam famili Malvaceae. Di beberapa negara
tanaman ini dikenal dengan nama babaru, waru, baru Indonesia, babara bulu, baru-baru, baru laut malaysia, danglin Filipina, ta sua Myanmar dan sering
juga disebut waru Indoensia. Penyebaran tanaman ini di asia tenggara diantaranya adalah di Indonesia, Laos, Malaysia dan Filiphina. Waru merupakan
salah satu spesies yang sering dijumpai di hutan sekuner dataran rendah, walaupun ada juga yang ditemukan di hutan primer dengan ketinggian diatas
1.500 m dpl. Waru merupakan tanaman yang memiliki pertumbuhan yang sedang, belum pernah ditanam dalam skala yang cukup besar dan digunakan untuk
beberapa kegunaan, diantaranya untuk kayu bakar, bahan pensil dan peralatan olahraga, bodi truk, peralatan musik dan bahan dasar seni kerajinan. Kayu waru
dapat mencapai ketinggian sampai 30 meter dan diamter sampai 80 cm, tinggi bebas cabang sampai 12 meter Supadmo et al., 1996.
Kayu waru memiliki berat jenis antara 0,49 samai 0,53 dengan penyusutan arah tangensial 4,9, radial 2,4 dan penyusutan volume 7,3. Kayu waru
berwarna kuning pucat, coklat, coklat pucat abu-abu dengan sedikit warna ungu, abu-abu agak kehitaman. Kayu waru merupakan kayu yang tidak tahan terhadap
iklim dan kontak langsung dengan tanah. Kayu teras tahan terhadap rayap kayu kering. Pori kayu waru memiliki endapan berwarna, berjumlah 5 – 20 buah per m
2
dengan perforasi sederhana Sosef et al., 1998. 2.3.3.
Gmelina Gmelina arborea. Tanaman gmelina termasuk dalam famili Verbenaceae. Di beberapa
negara asia sering disebut gamar, gumhu, gaminea, chimman, cummi India, gomari, gumadi, gumai, gumar Filipina, gumbar, so, sor, shiwan, shivana
Thailand, kayu titi, biti Indonesia, yamane, yemane Myanmar. Sebaran di negara asia tenggara diantaranya ditemukan di India, Myanmar, sebagian
Vietman. Gmelina merupakan tanaman yang dapat hidup pada habitat yang sangat beragam, bervariasi dari hutan hujan sampai hutan kering dengan ketinggian
sampai 1.300 meter dpl. Kayu gmelina dapat mencapai tinggi 30 meter dengan diameter rata-rata 5 cm dan kadang mencapai 140 cm. Kayu dimanfaatkan untuk
perabotan rumah tangga, plywood, bodi truk dan bagian kapal serta dibuat peti dalam pengangkutan hasil-hasil pertanian Soerianegara dan Lemmens, 1990.
Kayu gmelina memiliki warna yang tidak kontras antara gubal dan teras. Kayu teras berwarna kuning pucat sampai coklat muda pada saat segar dan
semakin gelap sampai mendekati coklat jika telah kering. Kayu gmelina bertekstur halus. Pori kadang ditemukan zat berwana gelap. Jumlah pori per mm
2
antara 5 – 20 buah dengan perforasi sederhana. Jari-jari tidak homogen, frekuensi sel jari-jari 4 – 10 buah per mm dengan tinggi lebih dari 1 mm dan lebar 50 – 100
µ . Kayu gmelina merupakan kayu yang tidak awet, bagian teras lebih awet
dibandingkan dengan gubal. Kayu teras sulit untuk dimasuki bahan pengawet Soerianegara dan Lemmens, 1990.
Kayu gmelina memiliki berat jenis antara 0,46 sampai 0,5 dengan penyusutan arah tangensial, radial dan volume masing-masing sebesar 6,3 dan
3,1 dan 8,3. Keteguhan lentur MOE kayu gmelina sebesar 634 kgcm
2
dan keteguhan patah MOR sebesar 83.812 kgcm
2
. Keteguhan tekan sejajar serat sebesar 338 kgcm
2
dan keteguhan tekan tegak lurus serat sebesar 30 kgcm
2
ITTO, 1997.
2.4. Proses Produksi Semen.