Struktur Kimia Testosteron Biosintesis Testosteron

reproduksi laki laki, selain fungsinya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan seksual juga memiliki efek biologik yang penting di antaranya pada metabolisme, integritas tulang, otot, sistem kardiovaskular dan otak sehingga pada keadaan berkurangnya hormon Testosteron berpengaruh terhadap berkurangnya sensitivitas insulin, kelemahan otot, gangguan metabolism karbohidrat, gangguan fungsi kognitif, berkurangnya dorongan motivasi, lelah dan letargi, peningkatan lemak tubuh, serta penurunan dorongan dan kemampuan seksual. Hormon Testosteron pada pria diproduksi oleh sel Leydig didalam testis sebanyak 95 sedangkan sisanya diproduksi oleh cortex adrenal. Pada pria setelah pubertas, kadar Testosteron serum berkisar antara 300-1000 ngdL ratarata 611±186 ng. Pada pria, 98 testosteron terikat pada protein plasma, yang meliputi albumin dan steroid hormon-binding globulin SHBG. Sisanya sebesar 2 merupakan Testosteron bebas karena beredar dalam keadaan tidak terikat pada protein apapun yang mengalir dalam darah. Persentase Testosteron yang terikat pada SHBG bervariasi antar individu, tetapi pada umumnya sekitar 40-80 dari testosteron yang beredar Pangkahila, 2011.

2.2.1 Struktur Kimia Testosteron

Seperti hormon steroid lain, testosteron juga berasal dari derivat kolesterol dengan nama sistematik memakai sistem IUPAC : 8R,9S,10R,13S,14S,17S- 17- hydroxy-10,13-dimethyl-1,2,6,7,8,9,11,12,14,15,16,17 dodecahydrocyclopenta [a]phenanthren-3-one Sherwood, 2007. Gambar 2.1 Struktur Testosteron Sherwood, 2007

2.2.2 Biosintesis Testosteron

Hormon testosteron disintesis di jaringan intersisial oleh sel leydig dengan menggunakan prekursor dari kolesterol. Sintesis ini dimulai dengan pengangkutan kolesterol ke membran interna mitokondria oleh protein pengangkut steroidogenic acute regulatory protein STAR. Setelah berada pada posisi yang tepat, kolesterol akan bereaksi dengan enzim pemutus rantai samping P450scc dan menjadi pregnenolon. Konversi pregnenolon menjadi testosteron dapat terjadi dalam 2 lintasan, yaitu Sherwood, 2007 :  Lintasan progesterone  Lintasan dehidroepiandosteron gambar 2.2. Gambar 2.2 Jalur Biosintesis Testosteron Atanassova and Koeva, 2012 Fungsi testis dikontrol oleh 2 hormon gonadotropik yang disekresikan oleh hipofisis anterior yaitu: Luteinizing Hormone LH dan Folicle Stimulating Hormone FSH. Kedua hormon ini bekerja pada bagian testis yang berbeda. LH bekerja pada sel Leydig intersisial untuk mensekresi testosteron, sedangkan FSH bekerja pada tubulus seminiferus sel Sertoli yang berpengaruh terhadap spermatogenesis. Sekresi dari LH dan FSH pada hipofisis anterior distimulasi oleh hormon hipotalamus, yaitu Gonadotropin Releasing Hormone GnRH Sherwood, 2007. Meskipun GnRH sama-sama menstimulasi sekresi dari LH dan FSH, tetapi kadar kedua hormon ini di dalam darah tidak selalu sama banyak. Hal ini terjadi karena adanya faktor lain yang ikut mempengaruhi. Testosteron yang merupakan produk dari stimulasi LH pada sel Leydig juga berfungsi sebagai umpan balik negative terhadap sekresi LH. Efek umpan balik ini terjadi melalui 2 cara yaitu: testosterone menurunkan pelepasan GnRH dari hipotalamus secara indirek menurunkan LH dan FSH dari hipofisis anterior dan juga secara langsung bekerja pada hipofisis anterior untuk menurunkan sekresi LH Sherwood, 2007. Sedangkan inhibisi spesifik untuk mengontrol sekresi FSH diatur oleh hormone inhibin, yang diproduksi oleh sel sertoli. Inhibin bekerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk menghambat sekresi FSH Sherwood, 2007. Gambar 2.3 Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Testis Fitria, 2010. Pada pria setelah pubertas, kadar testosteron serum berkisar antara 300- 1000 ngdL rata-rata 611±186 ng. Pada pria, 98 testosteron terikat pada protein plasma, yang meliputi albumin dan steroid hormon-binding globulin SHBG. Sisanya sebesar 2 merupakan testosteron bebas karena beredar dalam keadaan tidak terikat pada protein apapun yang mengalir dalam darah. Presentase testosteron yang terikat pada SHBG bervariasi antar individu, tetapi pada umumnya sekitar 40-80 dari testosteron yang beredar Pangkahila, 2007. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan, dengan cepat akan diubah oleh hati menjadi androsteron dan dehidroepiandosteron, kemudian secara serempak dikonfigurasikan sebagai glukoromida dan sulfat kemudian diekskresikan ke usus melalui empedu ataupun ke dalam urin melalui ginjal Guyton dan Hall, 2001.

2.2.3 Fungsi Testosteron