kelompok ekstrak tanaman yang mampu meniru dan memperkuat aksi dari hormon testosteron itu sendiri.
2.3.4 Uji Toksisitas Pasak Bumi
Kajian keamanan pada hewan coba dilakukan melalui uji ketoksikan akut dan uji ketoksikan sub kronis dilakukan dengan metode yang baku, menurut
General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine, data keamanan yang ada ditunjukan dengan nilai LD50 dari ekstrak
akar Pasak Bumi pada mencit adalah sebesar 2,6 gkg dan nilai LD50 dari 20 ekstrak akar Pasak Bumi pada mencit adalah 30,8 mlkgBB.
Studi keamanan Pasak Bumi menunjukkan bahwa penggunaan konsentrat pasak bumi sebagai terapi 2.5 gml tidak memiliki efek buruk terhadap
spermatozoa in vitro Erasmus et al., 2011. Pada data in vivo oleh Tambi 2006 didapatkan bahwa ekstrak Pasak Bumi tidak toksik. Pada studi hewan, tidak ada
efek negatif pada keturunannya, seperti malformasi maupun perubahan berat badan dan jumlah keturunan Solomon et al., 2013. Pada uji toksisitas akut yang
dilakukan terhadap tikus diungkapkan bahwa LD50 untuk ekstrak etanol dan aqua dari Pasak Bumi sebesar 2000 dan 3000 mgkgBB Satyavidad et al., 1998; Kuo
et al., 2003. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa hanya pada dosis di atas 1200 mgkgBB ekstrak Pasak Bumi dapat bersifat hepatotoksik pada tikus Shuid
et al., 2011a. Pada studi toksisitas akut, sub-akut, dan sub-kronik terhadap sebuah ekstrak standardised aqueous Pasak Bumi bermerk Physta® yang dilakukan pada
tikus Wistar jantan dan betina selama 90 hari dosis 250 mgkgBB hingga
2000mgkgBB didapatkan tidak ada perubahan bermakna pada parameter kimia darah, hematologi, histopatologi, mortalitas dan tingkah laku tikus Choudhary et
al., 2012. Sejumlah penelitian yang dilakukan untuk menguji toksisitas menunjukkan
bahwa Pasak Bumi aman untuk dikonsumsi bahkan dalam dosis tinggi. Ini menjadikan Pasak Bumi sebagai obat herbal yang serba guna dan tak tertandingi
Ang dan Cheang, 2001. Penelitian terkini juga menyebutkan pemberian ekstrak akar Pasak Bumi terstandar eurikomanon 2 terbukti aman pada tikus yang
dinyatakan dalam data hasil uji ketoksikan akut dan sub kronik pada tikus menunjukan LD50 tergolong kategori relatif kurang berbahaya dan tidak ada
pengaruh terhadap organ tikus Hayati, 2012.
2.4 Purwoceng Pimpinela Alpina molk