lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu
metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin,
suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada
daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas Goldman dan Klatz, 2007.
2.1.2 Tanda-tanda Penuaan
Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi itu, muncul berbagai tanda dan
gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dua bagian, yaitu: 1.
Tanda fisik, seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual terganggu, kemampuan kerja
menurun dan sakit tulang. 2.
Tanda psikis, antara lain menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, dan merasa tidak berarti lagi.
Akan tetapi proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan fisik dan psikis seperti di atas, melainkan berlangsung
melalui tiga tahap sebagai berikut Pangkahila, 2007: 1 Tahap subklinik usia 25-35 tahun:
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA, mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Karena itu, pada tahap ini orang
merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan. Bahkan pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal. Tetapi tidak
sedikit perempuan usia muda pengguna kontrasepsi hormon mengalami gangguan fngsi seksual berupa hambatan dorongan seksual. Keadaan ini terjadi akibat
ketidakseimbangan hormon. 2 Tahap transisi usia 35-45 tahun:
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun. Akibatnya, tenaga dan
kekuatan terasa hilang, sedang komposisi lemak tubuh bertambah. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya risiko penyakit jantung pembuluh
darah dan obesitas. Pada tahap ini gejala mulai muncul, yaitu penglihatan dan pendengaran menurun, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi
kulit menurun, dorongan dan bangkitan seksual menurun. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas
mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti kanker, arthritis radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner,
dan diabetes. 3 Tahap Klinik usia 45 tahun ke atas:
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut, yang meliputi DHEA dehydroepiandrosterone, melatonin, growth hormone, testosteron,
estrogen, dan juga hormon tiroid. Terjadi juga penurunan bahkan hilangnya
kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram setiap tiga tahun, yang
mengakibatkan ketidak mampuan membakar kalori, meningkatnya lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai
mengalami kegagalan. Ketidak mampuan menjadi faktor utama sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Disfungsi seksual merupakan keluhan yang
penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan. Dengan melihat ketiga tahap ini, ternyata proses penuaan tidak selalu
harus dinyatakan dengan gejala atau keluhan. Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mengalami gejala atau keluhan, bukan berarti tidak mengalami proses
penuaan. Lebih jauh, ini dapat menjadi pegangan bahwa untuk mengatasi proses penuaan jangan menunggu sampai muncul gejala atau keluhan yang nyata
Pangkahila, 2007. 2.2
Testosteron
Testosteron adalah hormon seks pria yang tergolong hormon androgen. Istilah androgen berarti hormon steroid yang mempunyai efek maskulinisasi, terdiri atas
testosteron, dihidrotestosteron, dan androstenedion. Testosteron merupakan hormon utama dan terpenting di antara ketiganya, sedangkan dihidrotestosteron dan
androstenedion adalah bentuk androgen yang lemah. Semua androgen merupakan senyawa steroid. Baik dalam testis maupun dalam adrenal, androgen dapat dibentuk
dari kolesterol atau langsung dari asetil koensim A Guyton dan Hall, 2001.
Hormon Testosteron merupakan suatu hormon steroid androgen yang penting dalam kehidupan seksual dan reproduksi baik wanita maupun pria,
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal organ kelamin dan
reproduksi laki laki, selain fungsinya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan seksual juga memiliki efek biologik yang penting di antaranya pada metabolisme,
integritas tulang, otot, sistem kardiovaskular dan otak sehingga pada keadaan berkurangnya
hormon Testosteron
berpengaruh terhadap
berkurangnya sensitivitas insulin, kelemahan otot, gangguan metabolism karbohidrat, gangguan
fungsi kognitif, berkurangnya dorongan motivasi, lelah dan letargi, peningkatan lemak tubuh, serta penurunan dorongan dan kemampuan seksual.
Hormon Testosteron pada pria diproduksi oleh sel Leydig didalam testis sebanyak 95 sedangkan sisanya diproduksi oleh cortex adrenal. Pada pria
setelah pubertas, kadar Testosteron serum berkisar antara 300-1000 ngdL ratarata 611±186 ng. Pada pria, 98 testosteron terikat pada protein plasma,
yang meliputi albumin dan steroid hormon-binding globulin SHBG. Sisanya sebesar 2 merupakan Testosteron bebas karena beredar dalam keadaan tidak
terikat pada protein apapun yang mengalir dalam darah. Persentase Testosteron yang terikat pada SHBG bervariasi antar individu, tetapi pada umumnya sekitar
40-80 dari testosteron yang beredar Pangkahila, 2011.
2.2.1 Struktur Kimia Testosteron