commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung
satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan Anonim, 1979. Suatu tablet dikatakan baik, apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
a. Memenuhi keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 13 tebal tablet Anonim, 1979.
b. Memenuhi keseragaman bobot
Menurut Farmakope Indonesia 1979, tablet harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A maupun kolom B, yang dapat dilihat pada Tabel I.
4
commit to user
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Rata-Rata
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam
A B
25 mg atau kurang 15
30 26 mg sampai dengan 150 mg
10 20
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5
15 Lebih dari 300 mg
5 10
c. Memenuhi waktu hancur
Menentukan waktu hancur tablet tidak bersalut: pengujiannya dilakukan dengan lima tablet dimasukkan kedalam keranjang dan diturun-naikkan secara
teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut. Bila tidak
dinyatakan lain, waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut gula atau selaput Anonim, 1979. d.
Kekerasan Menurut Voigt 1995, tablet yang diuji kekerasannya diletakkan dalam
sebuah alat logam kecil pada hardness tester dan tekanannya diatur sedemikian rupa sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum penunjuk
berada pada skala 0. Dengan memutar ulirnya, tablet akan terjepit semakin kuat dengan menaiknya tekanan tablet secara lambat, yang ditransfer melalui
sebuah per sedemikian lama, sampai akhirnya tablet tersebut pecah. Besarnya tekanan dapat dibaca langsung pada skala dalam bentuk kilogram.
5
commit to user e.
Kerapuhan Kerapuhan dinyatakan sebagai masa seluruh partikel yang dilepaskan dari
tablet akibat adanya beban penguji mekanis. Kerapuhan dinyatakan dalam persen, yang mengacu pada masa tablet awal sebelum pengujian.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 20 tablet bebas debu yang diujikan pada alat friability tester. Alat ini terdiri dari drum pleksiglas yang berputar
dan bilah melengkung radial. Pengujian ini mempertimbangkan pengaruh goresan dan guncangan dengan kecepatan drum 25 rpmmenit. Kerapuhan
sebaiknya tidak melebihi 0,5 sampai 1 Lachman dkk, 1994. f.
Uji disolusi Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan
suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi
solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan
absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respon klinis Siregar dan Wikarsa, 2010.
Menurut Lachman 1994, uji disolusi merupakan suatu uji untuk mengetahui pelepasan obat secara in-vitro menggunakan alat dissolution tester. Melalui
percobaan ini dapat diketahui profil farmakokinetik obat dalam tubuh. Pengujian ini juga dapat mengetahui laju pelepasan obat yang seragam pada
setiap batch. Uji menggunakan alat model USP dengan pengendalian pada volume medium yang dipakai, kecepatan rpm uji, batas waktu, serta
6
commit to user prosedur penentuan kadar. Toleransi uji dinyatakan sebagai persen jumlah
atau kadar dari obat yang larut selama batas waktu yang ada. 2.
Bahan tambahan tablet Bahan tambahan yang terdapat dalam tablet, meliputi :
a. Bahan pengisi filler
Bahan pengisi ditambahkan dalam tablet berfungsi untuk menambah berat tablet sehingga memungkinkan untuk dikempa. Bahan ini sifatnya harus
netral, baik secara kimia maupun fisiologis Voigt, 1995. Bahan pengisi yang sering digunakan antara lain laktosa, pati dan selulosa mikrokristal Anonim,
1995. b.
Bahan pengikat binder Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif yang digunakan
untuk mengikat serbuk-serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
larutan Anonim, 1995. Bahan pengikat sebaiknya digunakan sedikit mungkin karena apabila terlalu
berlebihan menyebabkan penabletan menjadi keras sehingga tidak mudah hancur dan waktu pengempaannya membutuhkan tenaga yang lebih. Bahan
pengikat yang biasa digunakan yaitu gula, jenis pati, gelatin turunan selulosa, gom arab dan tragakan Voigt, 1995.
c. Bahan penghancur disintegrant
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik air ke
7
commit to user dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-
bagian. Umumnya prinsip kerja dari bahan penghancur adalah melawan gaya ikat dari bahan pengikat dan pengaruh kompresi mesin tablet. Tekanan
kompresi akan menurunkan porositas sehingga air dapat terpenetrasi kedalam tablet Voigt, 1995.
d. Bahan Pelicin
Berdasarkan fungsinya, bahan pelicin dapat dibedakan menjadi: 1 Lubricant, untuk mengurangi gesekan antara sisi tablet dengan dinding
ruang cetakan die dan antara dinding die dengan dinding punch, sehingga tablet mudah dikeluarkan dari cetakan.
2 Glidant, untuk mengurangi gesekan antar patikel yang mengalir dari hopper ke ruang cetak die sehingga akan memperbaiki sifat alir serbuk atau
granul yang akan di kempa dan akan berpengaruh pada keseragaman bobot tablet.
3 Antiadherent, untuk mencegah melekatnya tablet pada die dan pada permukaan punch Soetopo dkk, 2006.
3. Metode pembuatan tablet
Pembuatan tablet ada 3 macam metode, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan metode cetak langsung Ansel, 1989.
a. Metode granulasi basah wet granulation
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur 8
commit to user bahan-bahan, pembuatan massa granul, pengayakan adonan lembab menjadi
granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi Ansel, 1989.
Keuntungan metode granulasi basah yaitu: 1
Granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan
tablet yang dibuat dengan mengempa, mempunyai penampilan yang baik, cukup keras, dan tidak rapuh.
2 Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi
dibuat dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang menyebabkan bobot tablet semakin besar.
3 Sistem granulasi basah, mencegah terjadinya segregasi komponen
penyusun tablet yang homogen selama proses pencampuran. 4
Obat yang hidrofob, maka granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat yang cocok.
Kelemahan pada metode granulasi basah yaitu dibutuhkan proses yang banyak, dimana akan banyak menimbulkan kesulitan khusus di tiap prosesnya.
Granulasi ini juga memerlukan tempat kerja yang luas dengan suhu dan kelembaban yang dikontrol Siregar dan Wikarsa, 2010.
b. Metode granulasi kering dry granulation
Granulasi kering khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap air atau karena
untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. Cara granulasi 9
commit to user kering adalah dengan slugging yaitu dengan memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari suatu campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan granul dengan ukuran yang telah ditentukan Ansel, 1989.
c. Metode kempa langsung direct compression
Metode ini digunakan untuk bahan aktif dengan sifat mudah mengalir atau sifat kohesifnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dikompresi
dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah dan kering Ansel, 1989.
4. Tablet Lepas Lambat
Suatu sediaan lepas lambat didesain untuk memberikan suatu dosis zat aktif sebagai terapi awal dosis muatan dan diikuti oleh pelepasan zat aktif yang lebih
lambat dan konstan. Kecepatan pelepasan dosis pemeliharaan didesain sedemikian rupa agar jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara
konstan. Dengan memberikan sediaan lepas lambat, konsentrasi zat aktif dalam plasma dipertahankan selalu konstan dengan fluktuasi minimal Siregar dan
Wikarsa, 2010. Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan
konvensional adalah sebagai berikut Ansel, 1989: a.
Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah. b.
Mengurangi frekuensi pemberian obat. c.
Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien. d.
Mengurangi efek samping yang merugikan. e.
Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. 10
commit to user Sedangkan kelemahan sediaan lepas lambat diantaranya adalah Siregar dan
Wikarsa, 2010: a.
Faktor fisiologis yang berubah-ubah pH saluran cerna, kondisi pasien sering mempengaruhi sediaan hayati zat aktif.
b. Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional.
c. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat
lepas secara cepat. d.
Mengandung jumlah total zat aktif lebih besar daripada sediaan konvensional.
e. Tidak semua jenis zat aktif sesuai dengan formulasi sediaan lepas
lambat. f.
Tidak memungkinkan penghentian terapi secara segera. Faktor biologis obat yang dapat mempengaruhi bentuk sediaan lepas lambat yaitu
Conrad and Robinson, 1987: a.
Absorbsi Tingkat dan keseragaman absorbsi zat aktif yang sangat rendah
biasanya merupakan faktor yang menyebabkan suatu zat aktif tidak baik apabila diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat.
b. Distribusi
Obat dengan volume distribusi tinggi dapat mempengaruhi kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas
lambat. 11
commit to user c.
Metabolisme Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang dimetabolisme
secara luas asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi. d.
Indeks terapetik Obat-obat dengan indeks terapetik yang sempit memerlukan kontrol
yang teliti terhadap kadar obat yang dilepaskan. e.
Waktu paruh biologis Obat yang memiliki waktu paruh yang panjang, tidak cocok dibuat
dalam bentuk sediaan lepas lambat karena efeknya sendiri sudah berkelanjutan.
Kebanyakan bentuk sediaan sustained-release dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah
pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus-menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk
memelihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang. Keunggulan tipe sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata
tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis. Pola pelepasan obatnya dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar, MEC Minimum Effective Concentration
merupakan konsentrasi minimum suatu zat aktif dapat menimbulkan efek terapi, sedangkan MTC Minimum Toxic Concentration merupakan konsentrasi
minimum suatu zat aktif dapat menimbulkan efek toksik Ansel, 1989. 12
commit to user
Gambar 1. Profil kadar obat dalam plasma vs waktu yang menunjukkan bentuk sediaan konvensional dan sustained-release
Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi tablet lepas lambat menurut Siregar dan Wikarsa 2010 adalah:
a. Sistem matriks
Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Bahan aktif didispersikan secara
homogen di dalam pembawa matriks. Matriks yang sering digunakan dapat digolongkan menjadi matriks hidrofilik, malam-lemak, dan plastik. Campuran
tersebut kemudian dicetak menjadi tablet. b.
Penyalutan Teknologi penyalutan sering digunakan pada bahan aktif berbentuk serbuk,
pellet mengandung bahan aktif atau tablet. Lapisan penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam tubuh. Penyalutan bahan aktif
dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi, disolusi, dosis berdenyut, dan difusi.
MTC
MEC
13
commit to user 5.
Matriks Suatu matriks dapat digambarkan sebagai pembawa padat inert yang di
dalamnya obat tersuspensi tercampur secara merata. Matriks digolongkan menjadi 3 karakter Lachman dkk, 1994 yaitu:
a. Matriks tidak larut, inert
Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida dan kopolimer akrilat, etilselulosa telah digunakan sebagai dasar untuk banyak
formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini didesain untuk dimakan dan tidak pecah dalam saluran cerna.
b. Matriks tidak larut, terkikis
Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil
alkohol, malam carnauba dan polietilen glikol. c.
Matriks Hidrofilik Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel
sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya adalah metil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksipropil
metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa, natrium alginat, xanthan gum dan carbopol. Bila bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan
terbentuk lapisan matriks terhidrasi. Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga menjadi terlarut.
14
commit to user 6.
Tinjauan Bahan a.
Teofilin Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak
kurang dari 97 dan tidak lebih dari 102,0 C
7
H
8
N
4
O
2
, dihitung terhadap yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan stabil di
udara. Teofilin sukar larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida,
agak sukar larut dalam etanol dalam kloroform dan dalam eter Anonim, 1995.
Gambar 2. Struktur Molekul Teofilin Anonim, 1995
b. Na-Montmorillonit Terpilar Kitosan BM Rendah
Montmorillonit merupakan salah satu jenis lempung alam yang mempunyai kemampuan mengembang swelling. Lempung ini mempunyai kapasitas penukar
ion yang tinggi sehingga mampu untuk mengakomodasi kation dalam antarlapisnya dalam jumlah besar Wijaya dkk, 2002. Sedangkan kitosan adalah
kitin yang telah mengalami deasetilasi, dan didapat dari kerang maupun hewan bercangkang lainnya Stephen, 1995.
Secara kimiawi, lempung terpilar didefinisikan sebagai turunan smektit yang kation-kationnya telah ditukar dengan kation-kation berukuran besar dan kation-
kation tersebut berperan sebagai pilar atau tiang di antara lapisannya. Melalui 15
commit to user metode interkalasi dan dengan memilih agen pemilar yang sesuai maka akan
didapatkan suatu lempung terpilar yang memiliki tinggi pilar tertentu. Interkalasi adalah suatu penyisipan dapat balik dari spesies kimia ke dalam antar lapis
material berlapis Van Olphen, 1977, West, 1984, Yang, dkk, 1992. Pemilaran berfungsi meningkatkan basal spacing, memperluas permukaan dan pori dari
montmorillonit Wijaya dkk, 2002. Dengan metode pertukaran kation, kation-kation dalam ruang antarlapis dapat
digantikan oleh kitosan yang telah terprotonasi, sehingga kitosan dapat menginterkalasi montmorillonit dengan membentuk dua lapis. Semakin encer
kitosan yang digunakan untuk interkalasi berarti karakter kitosan sebagai agregat bulk semakin kecil sehingga akan lebih mudah untuk membuka lapisan
montmorillonit dan keberadaannya diruang antarlapis tidak sebagai gumpalan akan tetapi akan terdispersi merata seperti film tipis. Semakin rendah berat
molekul kitosan akan lebih mudah larut dan karakter sebagai agregatnya bulk rendah sehingga dengan semakin rendah berat molekulnya maka akan lebih
terdispersi merata. Perbedaan pola dispersi kitosan akan mempengaruhi sifatnya sebagai matriks obat lepas lambat Ainurofiq dan Nurcahyo, 2010. Struktur tiga
dimensi montmorillonit dapat dilihat pada Gambar 3. 16
commit to user
Gambar 3. Struktur Tiga Dimensi Montmorillonit Ainurofiq, 2010
c. HPMC Hidroksi Propil Metil Selulosa
HPMC merupakan bahan matriks hidrofil yang dapat mengendalikan pelepasan kandungan obat di dalamnya ke dalam pelarut. HPMC dapat membentuk lapisan
hidrogel yang kental viskositas tinggi pada sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan medium pelarut. Gel ini merupakan penghalang fisik lepasnya obat
dari matriks secara cepat Suwaldi, 1995. d.
Laktosa Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara tetapi mudah
menyerap bau. Laktosa mudah dan pelan-pelan larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter Anonim, 1995. e.
Amprotab Amprotab merupakan nama dagang dari amylum manihot, yaitu pati yang
diperoleh dari umbi akar Manihot uttilissima Pohl Familia Euphorbiaceae. 17
commit to user Amprotab adalah amilum protablet yaitu amilum yang dikhususkan untuk bahan
tambahan dalam pembuatan tablet. Menurut Farmakope Indonesia 1995, berupa serbuk sangat halus, warna putih tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak larut
dalam air dingin dan etanol. Pati memiliki sifat hidrofilik yang mempunyai kemampuan menyerap air dan
membentuk pori-pori dalam tablet. Hal ini akan meningkatkan penetrasi air kedalam tablet, sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet Voigt, 1995.
f. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran Anonim, 1995. g.
Magnesium stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam
organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara
dengan tidak kurang dari 6,8 dan tidak lebih dari 8,3 MgO Anonim, 1995. h.
Musilago amili Menurut Pharmacopee V 1929, musilago amili dibuat dengan cara mencampur 2
bagian pati gandum dengan 98 bagian air, kemudian merebus campuran tersebut dan mengaduknya hingga diperoleh masa cairan yang rata. Musilago amili tidak
boleh ada dalam persediaan karena mudah ditumbuhi oleh bakteri, sehingga harus selalu dibuat baru.
18
commit to user
B. Kerangka Pemikiran