PENGARUH PENGGUNAAN MATRIKS NA MONTMORILLONIT TERPILAR KITOSAN BERAT MOLEKUL MEDIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PENGGUNAAN MATRIKS NA-MONTMORILLONIT TERPILAR KITOSAN BERAT MOLEKUL MEDIUM TERHADAP SIFAT

FISIS DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

O l e h :

FI T R I A N IK EN S US AN T I M 3508033

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul ―PENGARUH

PENGGUNAAN MATRIKS NA-MONTMORILLONIT TERPILAR KITOSAN BERAT MOLEKUL MEDIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL

DISOLUSI TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN‖ adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.

Surakarta, Juli 2011

Fitria Niken Susanti M3508033


(4)

commit to user

PENGARUH PENGGUNAAN MATRIKS NA-MONTMORILLONIT TERPILAR KITOSAN BERAT MOLEKUL MEDIUM TERHADAP SIFAT

FISIS DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN

FITRIA NIKEN SUSANTI

Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret INTISARI

Teofilin digunakan untuk pengobatan asma, memiliki waktu paruh yang relatif pendek dan indeks terapeutik yang sempit yaitu 10-20 µg/ml. Formula sediaan lepas lambat teofilin diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi obat dalam darah dengan kadar puncak yang tidak fluktuatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet lepas lambat teofilin. Pembuatan tablet dilakukan dengan metode granulasi basah menggunakan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium yang dibandingkan dengan matriks hidroksipropil metil selulosa dan tablet teofilin tanpa matriks. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik granul dan tablet. Data yang dihasilkan dianalisa dengan statistik dan dibandingkan dengan acuan standar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium berpengaruh terhadap sifat fisis tablet yaitu keseragaman bobot dan waktu hancur tablet, pola pelepasan sediaan lepas lambat teofilin dengan mariks Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium mendekati pola pelepasan tablet teofilin dengan matriks HPMC.

Kata kunci : Teofilin, Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium, tablet

lepas lambat, disolusi, sifat fisis tablet.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

THE EFFECTS MATRIX OF NA-MONTMORILLONIT PILLARED CHITOSAN MEDIUM MOLECULAR WEIGHT TOWARD PHYSICAL

PROPERTIES AND DISSOLUTION PROFIL OF SUSTAINED RELEASE THEOPHYLLINE TABLET

FITRIA NIKEN SUSANTI

Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University

ABSTRACT

Theophylline is used to treat asthma, has a relatively short half life and a narrow therapeutic index of 10 -20 µg/ ml. Formula sustained release theophylline preparations are expected to result concentration drug in the blood with peak levels do not fluctuate. This study aims to investigate the effect of Na-montmorillonite philared chitosan medium molecular weight on physical properties and dissolution profile of sustained release theophylline tablets.

Preparations of tablets made by wet granulation method using a matrix of Na-montmorillonite pillared chitosan medium molecular weight as compared to the matrix of hidroksipropil metil cellulose and theophyline tablets without a matrix. Each formula tested the physical properties of granules such as flow time and quite corner, test physical properties of granule and tablets . The resulting files were analyzed with the statistics and compare with the reference standart.

The result showed that matrix of Na-montmorillonite pillared chitosan affect the physical properties of tablet such as uniformity of weight and disintegration of tablet, the release pattern of sustained- release theophylline preparations with matrix of Na-montmorillonite pillared chitosan medium molecular weight approach the release pattern of sustained- release theophylline tablets with HPMC matrix.

Key words: Theophylline, Na-montmorillonite pillared chitosan medium

molecular weight, sustained release tablet, dissolution, physical properties of tablet.


(6)

commit to user MOTTO

Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT bersama orang yang Sabar (Q.S. Al Baqarah: 153)

Seorang teman adalah seorang yang dapat mendengar irama hatimu dan menghibur jika engkau melupakannya

Bukan kecantikan yang memutuskan seorang baik melainkan kasih sayang / cintalah yang memutuskan seorang itu indah/baik

Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi

Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini

Kupersembahkan untuk ibu dan almarhum bapak atas segala kasih sayangnya, kakak-kakak ku atas kebersamaan dalam menjalani kebersamaan.


(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul ―PENGARUH PENGGUNAAN MATRIKS NA-MONTMORILLONIT TERPILAR KITOSAN BERAT MOLEKUL MEDIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL

DISOLUSI TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN” dengan baik.

Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, bantuan baik moril maupun materiil dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Ari Handono R,M.Sc,(Hons),Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu dan almarhum bapak atas dukungannya, materi, do’a yang tiada henti

selama ini serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. 3. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt selaku Ketua Program D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Ibu Nestri Handayani, M. Si., Apt, selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu secara akademis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku pembimbing atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, masukan, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.

6. Bapak Ahmad Ainurofiq, M. Si., Apt, selaku pembimbing proyek dan pemberi dana dalam penelitian ini sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar. 7. Segenap Dosen Pengajar Jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan

ilmu dan pelajaran berharga.

8. Kakak-kakakku tercinta, Andri Kurniawati dan Andi Sugeng Riyadi, atas segala dukungan dan motivasinya selama ini.

9. Seseorang yang telah mendampingi dan memberikan dukungan, motivasi, kesabaran, perhatian dan kasih sayangnya selama ini.

10.Teman-teman seperjuangan (Firdha Kurniawati, Kristin Wulandari, Paulina Ratri Tyas Prihastuti, dan Uji Ayuningtyas) yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama penelitian.

11.Kakak ku Rahmad Yulianto yang telah membantu dalam penelitian.

12.Teman-teman kost mutiara, terima kasih atas dukungan dan hari-hari yang menyenangkan selama di kost.

13.Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa kuliah.

14.Teman-teman Garba Wira Bhuana, atas dukungan dan motivasi selama ini.


(10)

commit to user

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.

Surakarta, Juli 2011 Fitria Niken Susanti


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

HALAMAN PERNYATAAN . ... iii

HALAMAN INTISARI ... iv

HALAMAN ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR. ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4


(12)

commit to user BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Tablet... 5

2. Sediaan Lepas Lambat ... 9

3. Matriks ... 12

4. Pemerian Bahan ... 13

B. Kerangka Pemikiran ... 18

C. Hipotesis ... 19

BAB IIIMETODOLOGIPENELITIAN A. Metode Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

C. Alat dan Bahan ... 21

1. Alat yang digunakan ... 21

2. Bahan digunakan ... 21

D. Prosedur Penelitian... 21

1. Formula Tablet... 21

2. Pembuatan Granul ... 22

3. Uji Sifat Fisik Granul ... 23

a. Uji Waktu Alir dan Sudut Diam Granul ... 23

b. Uji Penegetapan ... 23


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pengempaan Tablet ... 24

5. Uji Sifat Fisik Tablet ... 24

a. Keseragaman Bobot Tablet ... 24

b. Kerapuhan Tablet ... 24

c. Kekerasan Tablet ... 25

d. Waktu Hancur Tablet ... 25

6. Uji Disolusi Tablet ... 25

a. Penentuan Panjang Gelombang ... 25

b. Pembuatan Kurva Baku ... 26

c. Uji Disolusi ... 26

E. Analisa Hasil ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Granul ... 28

B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ... 28

1. Uji Waktu Alir ... 29

2. Uji Sudut Diam ... 31

3. Uji Pengetapan ... 33

C. Penabletan ... 34

D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet ... 35

1. Keseragaman Bobot Tablet ... 36


(14)

commit to user

2. Kerapuhan Tablet ... 38

3. Kekerasan Tablet ... 40

4. Waktu Hancur Tablet ... 41

E. Disolusi Tablet ... 42

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 42

2. Penentuan Kurva Baku Teofilin ... 42

3. Profil Disolusi ... 43

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan... 46

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA.. ... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN.. ... 51


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat Disolusi (a) Tipe Dayung, (b) Tipe Keranjang ... 9

Gambar 2. Profil kadar obat vs waktu yang menunjukkan bentuk sediaan konvensional dan sediaan sustained release ... 10

Gambar 3. Struktur Molekul Teofilin ... 14

Gambar 4. Struktur Tiga Dimensi Montmorillonit ... 17

Gambar 5. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Teofilin Tanpa Pelicin dan Dengan Pelicin ... 30

Gambar 6. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Teofilin Tanpa Pelicin dan Dengan Pelicin ... 32

Gambar 7. Diagram Indeks Tap Granul Teofilin ... 33

Gambar 8. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Teofilin ... 37

Gambar 9. Diagram % Kerapuhan Tablet Teofilin ... 39

Gambar 10. Diagram Kekerasan Tablet Teofilin ... 40

Gambar 11. Kurva Baku Tablet Teofilin ... 43

Gambar 12. Profil Disolusi Tablet Teofilin ... 44


(16)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet ... 7 Tabel II . Formula Tablet ... 22 Tabel III. Data Kompresibilitas Tablet ... 35


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Tablet ... 51

Lampiran 2. Perhitungan Bahan ... 52

Lampiran 3. Diagram Alir Cara Kerja ... 54

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul ... 55

Lampiran 5. Hasil Sifat Fisis Tablet ... 56

Lampiran 6. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 60

Lampiran 7. Hasil Uji Disolusi ... 62

Lampiran 8. Gambar Granul ... 68

Lampiran 9. Hasil Uji Statistik ... 69


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik.

Asma merupakan penyakit yang masih banyak dijumpai di masyarakat baik t ing k at r ing a n ma up u n kro nis ( me na hu n). T e la h ba n ya k o bat as ma ya ng diformulasikan dalam bentuk sediaan padat (tablet), cair (injeksi dan aerosol). Akan tetapi sediaan tersebut yang merupakan sediaan konvensional yaitu dosis pemakaian berkali-kali dalam sehari, tidak cocok digunakan untuk mencegah dan untuk terapi serangan asma jika dibandingkan dengan sediaan lepas lambat (sustained release) atau pelepasan terkendali (controlled release).

Sediaan lepas lambat dengan konsentrasi obat dalam plasma yang konstan dapat dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal, sehingga frekuensi pemakaian obat dapat diturunkan dan mengurangi adanya kelupaan pemakaian obat. Menurut Anse l, ( 198 9), t u ju a n ut a ma d ar i sed ia a n le p a s la mbat ad a la h u nt uk mempertahankan kadar terapetik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan sudut pandang farmasi, teofilin dijadikan sediaan lepas lambat karena teofilin memiliki waktu paruh yang relatif pendek dan indeks terapetik yang sempit yaitu 10 – 20 µg/ml. Formulasi sediaan lepas lambat diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi obat dalam darah yang lebih seragam, kadar puncak yang tidak fluktuatif. Bentuk sediaan lepas lambat dapat menjamin kepuasan pasien terutama jika pasien kesulitan untuk mengkonsumsi obat secara berulang selama serangan asma akut dan obat harus dikonsumsi dalam jangka panjang (Bayomi et al, 2001).

P e ne l it ia n in i d ifo k u sk a n p a d a p e n e lit ia n t e nt a ng ma t e r ia l a la m montmorillonit dan kitosan dijadikan senyawa Na-montmorillonit terpilar kitosan. Material tersebut akan dimanfaatkan sebagai matrik/bahan pembawa obat dengan jenis sediaan tablet lepas lambat (sustained-release) atau lepas terkontrol (controlled-release) untuk obat asma jenis teofilin. Untuk beberapa keadaan penyakit, bentuk sediaan obat yang ideal adalah yang mampu memberikan konsentrasi obat pada tempat aksi secara cepat dan kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang diinginkan (Collett & Moreton, 2002).

Montmorillonit mempunyai sifat yang mampu mengembang (swelling) dengan adanya penyisipan kation berukuran besar ke dalam ruang antarlapis montmorillonit (Van Olphen, 1977, West, 1984, Yang, dkk, 1992). Kation-kation yang ada di dalam Na-montmorillonit akan digantikan oleh kitosan. Kation-kation tersebut berfungsi sebagai pilar atau tiang yang menyangga antarlapis montmorillonit (Simpen, 2001), sehingga teofilin dapat terikat ke dalamnya.


(20)

commit to user

Berdasarkan data uji sifat fisis dan uji disolusi tablet dapat digunakan untuk menentukan bahan matriks yang cocok yang digunakan sebagai sediaa n tablet lepas lambat teofilin. Sehingga diharapkan keberhasilan penelitian ini dapat digunakaan sebagai dasar pembuatan obat asma jenis teofilin lepas lambat yang dapat mengurangi frekuensi pemberian obat asma.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:

1.Bagaimanakah pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks sediaan lepas lambat terhadap sifat fisis tablet teofilin?

2.Bagaimanakah pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks sediaan lepas lambat tablet teofilin terhadap profil pelepasan teofilin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks sediaan lepas lambat terhadap sifat fisis tablet teofilin. 2. Mengetahui pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks pada sediaan lepas lambat tablet teofilin terhadap profil pelepasan teofilin.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pemanfaatan Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai bahan alternatif pada pembuatan sediaan tablet lepas lambat teofilin.

2. Memberikan informasi tentang penggunaan Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai bahan alternatif pada pembuatan sediaan tablet lepas lambat teofilin.


(22)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak, dalam tabung bentuk pipih atau sirkuler, kedua permukaannya cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin (Anonim, 1979).

Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa:

a. Zat pengisi (diluent), dimaksudkan dengan tujuan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan saccharum lactis dan amylum manihot. b. Zat pengikat (binder), dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat

merekat. Biasanya yang digunakan adalah musilago amili.

c. Zat penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering. d. Zat pelicin (lubricant), dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan.

Biasanya digunakan talcum 5% dan magnesii stearas (Anief, 2006). Metode pembuatan tablet ada 3 cara, yaitu:

a. Metode granulasi basah

Metode granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam pembuatan tablet dengan metode sebagai berikut: (1) menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan adonan lembap menjadi pelet atau granul, (4) pengeringan, (5) pengayakan kering, (6) pencampuran bahan pelincir, (7) pembuatan tablet dengan kompresi.

b. Metode granulasi kering

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk tetapi dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. c. Cetak langsung

Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida, dan amonium klorida memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah dan granulasi kering. Pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi langsung, sebab kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada


(24)

commit to user

serbuk membuatnya jadi lebih rapat, dan memungkinkan dapat mengalir dengan tepat serta sempurna ke dalam ruangan cetakan (Ansel, 1989). Syarat-syarat tablet, kecuali dinyatakan lain tablet harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memenuhi keseragaman ukuran

Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

b. Memenuhi keseragaman bobot

Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rat a-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Anonim, 1979). Persyaratan penyimpangan bobot tablet dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1979)

Bobot Rata-rata Penyimpangan Bobot Rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg - 150 mg 10% 20%

151 mg - 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

c. Memenuhi waktu hancur

Menentukan waktu hancur tablet tidak bersalut: pengujiannya dilakukan dengan lima tablet dimasukkan ke dalam keranjang dan diturun-naikkan


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut. Bila dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau selaput.

d. Memenuhi kekerasan

Pengetesan kekerasan dengan cara alat logam kecil diletakkan sebuah tablet dan tekanannya diatur sedemikian rupa. Sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0. Dengan memutar ulirnya, tablet akan terjepit semakin kuat dengan menaikkannya tekanan tablet secara lambat yang ditransfer melalui sebuah per, sampai akhirnya tablet pecah. Besarnya tekanan dibaca langsung pada skala (Voigt, 1995).

e. Uji Disolusi

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respon klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Uji disolusi digunakan untuk mengetahui profil obat secara in-vitro, dimana tablet dimasukkan dalam alat dissolution tester berisi medium yang mirip dengan cairan lambung. Melalui percobaan ini dapat diketahui profil 8


(26)

commit to user

farmakokinetik obat dalam tubuh. Alat yang digunakan dalam uji ini adalah model USP XXIII tipe dayung yang mencakup monografi volume yang dipakai, kecepatan (rpm) dan batas waktu (Lachman, 1994). Alat uji disolusi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alat Disolusi (a) Tipe Dayung, (b) Tipe Keranjang (Martin dkk, 2008)

2. Sediaan Lepas Lambat

Bentuk sediaan konvensional dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh agar diserap secara cepat seluruhnya, sebaliknya tablet lepas lambat dirancang untuk melepaskan obatnya secara perlahan-lahan supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang kerja obat. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh agar diserap secara cepat seluruhnya, sebaliknya produk lain dirancang untuk melepaskan obatnya secara perlahan-lahan supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang kerja obat (Ansel, 1989).


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kebanyakan bentuk sustained release dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah pemakainya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk memlihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang, biasanya 8 sampai 12 jam. Keunggulan tipe bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis (Ansel, 1989). Profil kadar vs waktu antara bentuk sediaan konvensional dengan sediaan sustained release dapat dilihat pada Gambar 2.

MTC

MEC

Gambar 2. Profil kadar obat vs waktu yang menunjukkan bentuk sediaan

konvensional dan sediaan sustained release (Ansel, 1989)

Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan kovensional menurut Ansel (1989) adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah b. Mengurangi frekuensi pemberian

c. Meningkatkan kepatuhan pasien

d. Mengurangi efek samping yang merugikan e. Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan


(28)

commit to user

Sedangkan kelemahan sediaan lepas lambat menurut Siregar dan Wikarsa (2010) diantaranya adalah:

a. Biaya sediaan lepas lambat pada umumnya lebih mahal dibandingkan sediaan konvensional.

b. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas secara cepat.

c. Tidak semua jenis zat aktif sesuai dengan sediaan formulasi lepas lambat. d. Pemberiaan sediaan lepas lambat tidak memungkinkan penghentian terapi

dengan segera.

e. Sediaan lepas lambat yang cenderung tetap utuh dapat tersangkut pada suatu tempat di sepanjang saluran cerna.

Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi tablet lepas lambat menurut Siregar dan Wikarsa (2010) adalah:

a. Sistem matriks

Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Bahan aktif didispersikan secara homogen di dalam pembawa. Bahan pembawa yang sering digunakan dapat digolongkan menjadi bahan pembawa tidak larut air bersifat lilin/wax dan hidrofilik pembuatan gel. Campuran tersebut kemudian dicetak menjadi tablet. b. Penyalutan

Teknologi penyalutan sering digunakan pada bahan aktif berbentuk serbuk, pellet mengandung bahan aktif atau tablet. Lapisan penyalutan ini berfungsi mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan. Penyalutan


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

serbuk bahan aktif dapat dilakukan dengan metode mikroenkapsulasi, antara lain menggunakan teknik koaservasi atau (pemisahan fase) dengan polimer larut air atau teknik polimerisasi pada antar permukaan antara larutan bahan aktif dalam pelarut organik dan larutan monomer dalam pelarut air.

3. Matriks

Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Bahan aktif didispersikan secara homogen di dalam bahan pembawa tidak larut air bersifat lilin/wax dan hidrofilik yang dikempa. Sistem ini mampu mengembang, diikuti oleh erosi bentuk gel dan terdisolusi dalam media air.

Matriks digolongkan menjadi 3 karakter (Lachman dkk, 1994) yaitu: a. Matriks tidak larut, inert

Matriks jenis ini telah digunakan sebagai dasar untuk banyak formulasi di pasaran. Tablet yang dibuat dari bahan-bahan ini didesain untuk dimakan dan tidak pecah dalam saluran cerna. Pelepasan obat tergantung kemampuan medium air untuk melarutkan channeling agent sehingga membentuk matriks yang porous dan berkelok-kelok. Partikel obat terlarut dalam medium air dan mengisi porous yang dibentuk channeling agent, berdifusi keluar dari matriks. Contoh matriks inert antara lain adalah polietilen, polivinil klorida, kopolimer metil akrilat, metakrilat, etilselulosa (EC).

b. Matriks tidak larut, terkikis

Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. 12


(30)

commit to user

Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil alkohol, dan polietilen glikol.

c. Matriks hidrofilik

Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya adalah metil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksipropil metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa, natrium alginat, xanthan gam dan karbopol. Bila bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks terhidrasi. Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi sehingga menjadi terlarut (Collett & Moreton, 2002).

4. Pemerian Bahan

a. Teofilin

Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H8N402, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di udara. Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter. Secara teoritis panjang gelombang maksimum toefilin adalah sebesar 272 nm (Anonim, 1995). Struktur molekul teofilin dapat dilihat pada Gambar 3.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 3. Struktur Molekul Teofilin (Anonim, 1995)

Teofilin termasuk kedalam golongan metilxantin dengan mekanisme yaitu menginhibisi fosfodiesterase yang kemudian meningkatkan cAMP, dan inhibisi influks ion kalsium ke dalam otot polos (Sukandar dkk, 2008). Efek samping dari teofilin yaitu gangguan gastrointestinal, stimulasi berlebihan pada SSP, dan vertigo. Contoh tablet teofilin lepas lambat di pasaran yaitu Euphyllin retard dengan dosis anak (6-12 th) 125 mg 1 x sehari, dewasa 250 mg 1 x sehari (Anonim, 2010). Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk sediaan aminofilin (campuran teofilin dengan etilendiamin) sehingga kelarutannya 20 kali lebih baik dibanding teofilin (Anonim, 2000).

b. Laktosa

Laktosa pada pembuatan tablet teofilin digunakan sebagai bahan pengisi. Merupakan bahan penolong yang paling luaspenggunaannya. Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat/ mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau massa hablur, putih/putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau (Anonim, 1995). Laktosa larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95 %) P dan dalam eter P (Anonim, 1979).


(32)

commit to user c. Talk

Talk pada pembuatan tablet teofilin digunakan sebagai bahan pelicin. Talk adalah magnesiu m silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit allumunium silikat. Berupa serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu. Talk tidak larut dalam hampir semua pelarut (Anonim, 1995).

d. Magnesium Stearat

Magnesium stearat pada pembuatan tablet digunakan sebagai bahan pelicin. Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Magnesium stearat praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam eter P (Anonim, 1979).

e. Amprotab

Amprotab adalah nama dagang dari amylum manihot, yait u pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot uttilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae). Amprotab adalah amilum protablet yaitu amilum yang dikhususkan untuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet. Amprotab sebagai bahan penghancur yang mampu meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban, mengembang dan meninggikan daya pembasahan tablet atau bersifat hidrofilisasi. Berupa serbuk sangat halus, warna putih tidak berbau, tidak berasa, praktis tidak


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

larut dalam air dingin dan etanol (Anonim, 1979). f. Montmorillonit Terpilar Kitosan

Montmorillonit merupakan lempung yang banyak menarik perhatian. Hal ini disebabkan karena montmorillonit memiliki kemampuan untuk mengembang serta kemampuan untuk diinterkalasi dengan senyawa organik (Wijaya, dkk, 2004). Secara kimiawi lempung terpilar didefinisikan sebagai turunan montmorillonit yang kationnya telah ditukar dengan kation-kation berukuran besar dan kation-kation-kation-kation tersebut berperan sebagai pilar atau tiang di antara lapisannya. Beberapa macam kation telah dan dapat digunakan sebagai agen pemilar antara lain: ion-ion alkilamonium, amina bisiklis dan beberapa kation kompleks. Melalui metode interkalasi dan dengan memilih agen pemilar yang sesuai maka akan didapatkan suatu lempung terpilar yang memiliki tinggi pilar tertentu (Van Olphen, 1977, West, 1984, Yang, dkk, 1992). Interkalasi merupakan suatu proses penyisipan atom-atom atau molekul-molekul ke dalam antarlapis material berlapis dengan tidak merusak struktur lapisan tersebut (Simpen, 2001). Pemilaran berfungsi meningkatkan basal spacing, memperluas permukaan dan pori dari montmorillonit (Wijaya dkk, 2002).

Dengan metode pertukaran kation, kation-kation di dalam ruang antarlapis dapat digantikan oleh kation lain. Kation-kation dalam ruang antarlapis dapat digantikan oleh kitosan yang telah terprotonasi, sehingga kitosan dapat menginterkalasi montmorillonit dengan membentuk dua lapis. Semakin encer kitosan yang digunakan untuk interkalasi berarti karakter


(34)

commit to user

kitosan sebagai agregat (bulk) semakin kecil sehingga akan lebih mudah untuk membuka lapisan montmorillonit dan keberadaannya di ruang antarlapis tidak sebagai gumpalan akan tetapi akan terdispersi merata seperti film tipis. Semakin rendah berat molekulnya berarti kitosan tersebut lebih mudah larut dan karakter sebagai agregatnya (bulk) rendah sehingga dengan semakin rendah berat mokekulnya maka akan lebih terdispersi merata. Semakin rendah berat molekulnya maka semakin pendek panjang rantai karbonnya sehingga mudah larut dan mudah terdispersi merata. Perbedaan pola dispersi kitosan akan mempengaruhi sifatnya sebagai matriks obat lepas lambat. Struktur tiga dimensi montmorillonit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur Tiga Dimensi Montmorillonit

g. HPMC (Hidroksipropil metil selulosa)

HPMC (Hidroksipropil metil selulosa) merupakan bahan matriks hidrofil yang dapat mengendalikan pelepasan kandungan obat di dalam matriks ke dalam medium pelarut. HPMC dapat membentuk lapisan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hidrogel yang kental (viskositas tinggi) pada sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan medium pelarut. Gel ini merupakan penghalang fisis lepasnya obat dari matriks secara cepat (Suwaldi, 1995). HPMC dalam sediaan lepas lambat dapat digunakan sebagai bahan penyalut tablet, granul, sebagai matriks, atau kombinasi dari metode-metode tersebut. h. Musilago amili

Menurut Anonim (1929), musilago amili dibuat dengan cara mencampur 2 bagian pati gandum dengan 98 bagian air, kemudian merebus campuran tersebut dan mengaduknya hingga diperoleh masa cairan yang rata. Musilago amili tidak boleh ada dalam persediaan karena mudah ditumbuhi oleh bakteri, sehingga harus selalu dibuat baru.

B. Kerangka Pemikiran

Teofilin merupakan suatu sediaan obat yang digunakan untuk terapi obat asma. Asma tersendiri merupakan suatu penyakit yang sering kambuh sehingga membutuhkan obat yang mempunyai efek terapeutik yang lama dan teofilin mempunyai waktu paruh yang relatif pendek dan indeks terapeutik yang sempit. Oleh karena itu banyak teofilin dijadikan suatu sediaan lepas lambat, yaitu suatu sediaan yang memberikan suatu dosis zat aktif sebagai terapi awal dan diikuti pelepasan zat aktif yang lebih lambat dan konstan. Dengan sediaan lepas lambat, konsentrasi zat aktif dalam darah dapat dipertahankan dan selalu konstan.

Matriks merupakan suatu bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan lepas lambat. Matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium 18


(36)

commit to user

merupakan pilaran montmorillonit dengan kitosan BM medium. Na-montmorillonit adalah suatu lempung alam yang sudah dimurnikan dan hanya mengandung mineral natrium saja. Pemilaran terjadi dengan cara kitosan mengisi ruang yang ada di dalam Na-montmorillonit dengan menggantikan posisi natrium. Dengan adanya kitosan di dalam Na-montmorillonit akan mengikat teofilin.

Langkah-langkah penelitian dimulai dengan membuat granulasi dengan metode granulasi basah yaitu semua bahan dicampur dan ditambahkan musilago amilli, hal ini dikarenakan adanya bahan pengikat yang dapat membuat granul lebih kompak dan lebih baik. Granul yang dihasilkan salanjutnya diuji sifat fisis granul meliputi waktu alir, sudut diam dan pengetapan. Pengujian sifat fisis ini bertujuan untuk mengetahui granul siap dikempa atau tidak, yang kemudian dilanjutkan pengempaan tablet dengan alat single punch. Tablet yang sudah terbentuk diuji sifat fisis tablet dan yang terakhir diuji disolusi.

C. Hipotesis

Berdasarkan karakteristik masing-masing bahan dapat diduga bahwa:

1. Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks sediaan lepas lambat berpengaruh terhadap sifat fisis tablet teofilin. Na-montmorillonit terpilar kitosan dengan berat molekul medium sebagai matriks sediaan lepas lambat tablet teofilin dapat menghasilkan profil pelepasan obat yang menunjukkan sediaan sustained release.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitiannya meliputi pembuatan tablet dengan 3 formula dengan urutan yaitu formula pertama sebagai kontrol negatif, formula kedua sebagai kontrol positif dan formula ketiga sebagai formula penelitian. Perbedaan ketiga formula tersebut yaitu untuk kontrol negatif tidak menggunakan matriks, kontrol positif menggunakan matriks HPMC, sedangkan untuk formula ketiga menggunakan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium. Pada pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dikarenakan berbagai pertimbangan. Selanjutnya melakukan beberapa uji sifat fisis granul dan tablet serta uji disolusi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di 3 tempat yaitu di Laboratorium Teknologi Farmasi Unversitas Sebelas Maret, Laboratorium Kimia Pusat Universitas Sebelas Maret, dan Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi. Waktu pelaksanaan penelitian dari Agustus – Desember 2010.


(38)

commit to user

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan adalah : Mesin tablet single punch (Korsch, Jerman), ayakan 16 mesh dan 18 mesh, oven, corong kaca, tumbler, pengukur waktu alir (stopwatch), volumenometer, hardness tester (Stokes Monsanto), friability tester (Roche), disintegration tester, alat disolusi tipe dayung (Erweka DT 600), spektrofotometer UV (Genesys 10, Thermo), neraca analitik (Sartorius BP 221 S & Ohaus), pH meter (Hanna 8514), alat – alat gelas dan alat pendukung lainnya.

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Teofilin, HPMC, akuades, Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium dengan viskositas 200.000 cps hasil penelitian dari Yulianto (2011), magnesium stearat, laktosa, amprotab, talk, dan larutan dapar fosfat pH 7,2.

D. Prosedur Penelitian

1. Formula Tablet

Rancangan formula yang digunakan untuk membentuk massa granul yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel II, berikut ini:


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel II. Formula Tablet

Bahan Formula 1 Formula II Formula III

Teofilin 200 mg 200 mg 200 mg

Laktosa 137,5 mg 95 mg 95 mg

Amprotab 137,5 mg 95 mg 95 mg

Mg Stearat 1 mg 1 mg 1 mg

Talk 9 mg 9 mg 9 mg

Musilago Amili 10% 15 mg 15 mg 15 mg

HPMC - 85 mg -

Na-montmorillonit Terpilar Kitosan

BM Medium - - 85 mg

Formula I di atas sebagai formula kontrol negatif, dimana formula ini sebagai pembanding tablet yang tidak menggunakan bahan matriks sedangkan formula yang kedua adalah kontrol positif dan formula ketiga adalah formula penelitian. Adapun perbedaan formula II dan III disini adalah pada bahan matriksnya (bahan pembawa), yaitu pada formula II matriksnya adalah HPMC. Menurut penelitian Hasnati (2002) dan Sulaiman (2002), menunjukkan hasil bahwa matriks HPMC menunjukkan diso lusi yang baik. Sedangkan untuk formula III , matriksnya diganti dengan Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium.

2. Pembuatan Granul

Dalam pembuatan granul, dilakukan 3 x sesuai dengan formula yang bersangkutan dan proses pembuatan granul ketiga formula tersebut sama. Adapun cara pembuatannya sebagai berikut:

Bahan obat teofilin, laktosa, dan amprotab, dicampur untuk formula I, formula II ditambah HPMC, sedangkan formula III ditambah Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium hingga homogen dalam tumbler selama 10 menit. Ditambahkan musilago amili ke dalam campuran bahan sehingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah diayak dengan ayakan 16


(40)

commit to user

mesh, dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C. Granul kering diayak dengan ayakan 18 mesh, dicampur dengan magnesium stearat dan talk dalam tumbler selama 5 menit. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Uji Sifat Fisis Granul

a. Uji Waktu Alir dan Sudut Diam Granul

Sejumlah granul ditimbang 100 g dan di masukkan kedalam corong lewat tepi corong yang ujung tangkainya tertutup. Penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Waktu alirnya dicatat dengan stopwatch yaitu dari saat dibuka sampai seluruh granul keluar.

Sudut diamnya diukur yaitu pada diameter dan tinggi granul dengan menggunakan jangka sorong (minimal 2 arah pengukuran).

... (1) Keterangan :

α = Sudut diam

h = tinggi kerucut (cm) r = jari-jari kerucut (cm) b. Uji Pengetapan

Sejumlah granul dimasukkan kedalam volumenometer secara perlahan dan hati-hati. Kemudian alat dijalankan dan perubahan volume akibat perlakuan getaran dicatat. Pengamatan dilakukan setelah volume serbuk tidak mengalami perubahan lagi yang besarnya diungkapkan dalam persamaan berikut:


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user Keterangan:

T = Indeks tap (%)

Vo = Volume awal granul sebelum perlakuan (ml) Vt = Volume granul akhir (ml)

4. Pengempaan Tablet

Granul yang telah diperiksa fisiknya, dicetak menggunakan mesin tablet single punch. Bobot tiap tablet 500 mg. Tekanan kompresi pada pembuatan tablet dikendalikan antara 6 - 7 kg sehingga bobot tablet tiap formula sama.

5. Uji Sifat Fisis Tablet

a. Keseragaman Bobot Tablet

Sejumlah 20 tablet ditimbang satu persatu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet dan penyimpangan bo botnya, standart deviasi (SD) serta dihit ung Coefficient of Variation (CV).

...(3)

Keterangan:

CV : Coefficient of Variation SD : standart deviasi X : Rata-rata berat tablet b. Kerapuhan Tablet

Dua puluh tablet dibebasdebukan dengan penghisap debu. Kemudian ditimbang dengan seksama, baru dimasukkan kedalam alat pengukur kerapuhan tablet (friability tester). Alat dijalankan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Kemudian tablet dikeluarkan dari alat,


(42)

commit to user

dibebasdebukan lagi baru ditimbang. Kerapuhan tablet dihitung dar i pengurangan berat tablet akibat perlakuan, diungkapkan dengan persamaan berikut ini:

...(4) c. Kekerasan Tablet

Diperiksa dengan Hardness Tester digital, sebuah tablet diletakkan pada alat dengan skala awal 0, kemudian alat diputar searah jarum jam. Skala pada alat dibaca pada saat tablet pecah dan harga yang diperoleh merupakan bilangan yang menyatakan kekerasan tablet.

d. Waktu Hancur Tablet

Sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam alat disintegration tester, diturun naikkan keranjang secara teratur sampai tablet habis dan dicatat waktu dari masing – masing tablet tersebut.

6. Uji Disolusi Tablet

a. Penentuan Panjang Gelombang

Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Dari larutan ini kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Larutan ini diamati absorbansinya pada panjang gelombang 200 — 300 nm sehingga diketahui panjang gelombang yang memiliki serapan maksimum.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user b. Pembuatan Kurva Baku

Larutan induk teofilin dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg teofilin ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml, kemudian diambil 1,0 ml dan diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 100 ml. Dari larutan induk teofilin ini diambil 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml; 6,0 ml; 7,0 ml; 8,0 ml; masing - masing diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 7,2 hingga 10 ml. Seri larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum teofilin. Dibuat kurva regresi linear antara kadar teofilin dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar teofilin dalam uji disolusi. c. Uji Disolusi

Uji disolusi sediaan lepas lambat teofilin menggunakan alat disolusi model USP XXIII dengan pengaduk dayung dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Medium dapar fosfat pH 7,2 500,0 ml dimasukkan ke dalam labu disolusi, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 100 rpm dengan jarak pengaduk dayung dari dasar adalah 2,5 cm. Tablet dimasukkan ke dalam labu disolusi. Suhu percobaan dipertahankan berada dalam kisaran 37 ± 0,5 °C.

2) Sampel diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360 sebanyak 10,0 ml. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap.


(44)

commit to user

3) Sampel diukur serapannya pada spektrofotometer λmax teofilin (272 nm)

E. Analisa Hasil

Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Matriks Na-montmorillonit Terpilar Kitosan Berat Molekul Medium terhadap sifat Fisis dan Profil Disolusi Tablet Lepas Lambat Teofilin ini menggunakan 2 jenis analisa data, yaitu:

a. Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratan yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan kepustakaan lainnya.

b. Pendekatan statistik

Hasil data yang diperoleh selama pengujian dianalisa dengan program SPSS versi 17 menggunakan T-Test dan ANOVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan uji t-LSD (Least Significant Difference)


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Granul

Pembuatan granul dalam penelitian ini menggunakan metode granulasi basah, proses granulasi basah yaitu dengan cara seluruh zat berkhasiat dicampur, lalu dibasahi dengan bahan pengikat, setelah itu dikeringkan dalam oven dan diayak, setelah kering ditambah bahan pelicin dan ditablet (Anief, 2006). Bahan pengikat yang digunakan yaitu musilago amili 10%, yang artinya 10 gram amilum dalam 100 ml larutan, bahan pengikat berguna untuk merekatkan partikel-partikel antar serbuk dan agar tablet tidak lekas pecah atau retak. Pada granulasi basah, ikatan antar serbuk terbentuk karena mengerasnya bahan pengikat dan melalui penimbunan partikel koloid tersuspensi pada titik kontak dalam kelompok butiran. Setelah ditambah bahan pengikat bahan yang membentuk masa granul, lalu diayak dengan ayakan 16 mesh untuk membentuk granul. Hasil dari proses tersebut selanjutnya diayak dengan ayakan 18 mesh, selanjutnya dikeringkan

dengan oven pada suhu 60˚C. Pengeringan disini berfungsi untuk mengurangi

kandungan air dalam granul agar konstan.

B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

Granul yang kering diuji sifat fisis granulnya, hal ini dikarenakan suatu granul yang baik harus dapat memenuhi standar beberapa uji sifat fisis sehingga granul dapat ditablet. Uji granul yang dilakukan antara lain:


(46)

commit to user

1. Uji Waktu Alir

Sifat alir suatu granul dapat ditentukan dari waktu alir granul, waktu alir granul adalah waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir, dalam satuan detik. Semakin cepat waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir maka granul tersebut mempunyai sifat alir yang baik, dengan sifat alir yang baik maka pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontinyu dan homogen. Keseragaman bentuk granul dapat menyebabkan pula keseragaman bobot tablet, dengan demikian akan dihasilkan masa tablet yang baik. Salah satu upaya untuk memperbaiki sifat alir granul yaitu dengan penambahan bahan pelicin sesuai yang dilakukan dalam penelitian.

Waktu alir serbuk yang baik adalah kurang dari 10 detik untuk 100 gram granul, sesuai dengan rumus kecepatan yang menunjukkan waktu dan kecepatan berbanding terbalik maka kecepatan alir granul yang baik adalah lebih dari 10 gram/detik (Voigt, 1984). Diagram perbandingan waktu alir tablet tanpa pelicin dan dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 5, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 4a.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 11,501 11,081 10,364 10,75 9,887 9,342 0 2 4 6 8 10 12 14

FI FII FIII

Wa k tu (D e ti k ) Formula

Waktu Alir Granul

WAKTU ALIR (Detik) Tanpa Pelicin WAKTU ALIR (Detik) Dengan Pelicin

Gambar 5. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Teofilin Tanpa Pelicin Dengan Pelicin

Keterangan:

FI : Formula tablet tanpa matriks

FII : Formula tablet dengan matriks HPMC

FIII: Formula tablet dengan matriks Na-montmorillonit Terpilar Kitosan BM medium

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa waktu alir granul tanpa pelicin lebih lama dibandingkan dengan pelicin, hal ini dikarenakan bahan pelicin melapisi granul dalam campuran interaktif sehingga interaksi antara granul satu dengan lainnya berkurang yang menyebabkan granul mudah mengalir. Semua formula kurang memenuhi standar waktu alir yang sesuai karena melebihi 10 detik tapi untuk formula II dan formula III dengan adanya penambahan pelicin terbantu sehingga waktu alir kurang dari 10 detik. Cepat lamanya aliran granul dipengaruhi oleh ukuran granul, bentuk granul, dan kelembapan granul (Voigt, 1995). Semakin kecil ukuran granul maka partikel lebih cenderung tarik menarik membentuk suatu gumpalan sehingga granul susah mengalir. Bentuk granul yang sferis lebih mudah mengalir sehingga sifat alirnya baik. Kelembapan granul mempengaruhi sifat alir karena apabila granul terlalu 30


(48)

commit to user

lembab maka granul akan saling melekat antara satu dengan lainnya sehingga sifat alirnya jelek.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 yang kemudian dilanjutkan ke uji T-test yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara granul tanpa pelicin dengan granul yang menggunakan pelicin, dengan nilai signifikannya kurang dari 0,05. Sehingga dari hasil statistik dapat disimpulkan bahwa bahan pelicin berpengaruh terhadap waktu alir yaitu dengan ditambahnya bahan pelicin terjadi penurunan waktu alir.

2. Uji Sudut Diam

Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah granul diberi perlakuan. Sudut diam merupakan salah satu uji granul yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik, granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara 25⁰-45⁰ (Siregar, 2010). Perbandingan sudut diam antar granul tanpa pelicin dengan granul dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 6, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 4b.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 29,173 28,325 29,545 29,75 28,026 28,831 27 27,5 28 28,5 29 29,5 30

FI FII FIII

Su du t D ia m Formula

Sudut Diam Granul

Sudut Diam Tanpa Pelicin

Sudut Diam Dengan Pelicin

Gambar 6. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Teofilin Tanpa Pelicin dan Dengan Pelicin

Dilihat dari hasil diagram di atas dihasilkan sudut diam yang sudah memenuhi standar yaitu antara 25⁰-45⁰. Dengan penambahan pelicin menunjukkan penurunan sudut diam untuk formula II dan formula III. Bahan pelicin sangat berpengaruh terhadap sudut diam, dengan penambahan bahan pelicin dapat mempercepat pengeluaran granul dan mempercepat jatuhnya granul yang membuat semakin besar diameter granul dan memperpendek tinggi tumpukan granul sehingga sudut diam semakin kecil. Perkecualian untuk formula I dengan penambahan pelicin sudut diam menjadi besar hal ini dikarenakan waktu pencampuran bahan pelicin dengan granul yang tidak dikendalikan oleh karena itu bahan pelicin tidak tersebar merata sehingga sifat alir granul kurang baik.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data terdistribusi normal dengan nilai signifikansinya p > 0,05 yang dilanjutkan dengan uji T-test didapat nilai signifikan kurang dari 0,05 yang artinya terdapat perbedaan


(50)

commit to user 12,031 13,411 13,007 11 11,5 12 12,5 13 13,5 14

FI FII FIII

In d e k s T a p (% ) Formula

Indeks Tap (%)

Indeks Tap (%)

yang signifikan antara sudut diam granul tanpa pelicin dan dengan pelicin. Sehingga dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa bahan pelicin berpengaruh terhadap sudut diam yaitu dengan adanya penambahan bahan pelicin sudut diam menjadi lebih kecil.

3. Uji Pengetapan

Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman, dkk, 1994). Perbandingan indeks tap untuk ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 7, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 4c.

Gambar 7. Diagram Indeks Tap Granul Teofilin

Dari diagram indeks pengetapan diatas dapat dilihat bahwa ketiga formula tersebut memenuhi standar yang ada yaitu untuk granul yang baik adalah kurang dari 20%. Nilai indeks tap yang kecil ditunjukan pada formula I, sesuai teori yang ada semakin kecil indeks tap maka granul tersebut sifat alir


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

granulnya semakin baik. Sedangkan untuk formula yang menggunakan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium berada di antara formula tanpa matriks dan formula dengan matriks HPMC. Formula dengan matriks HPMC mempunyai nilai indeks tap yang besar. Hal ini dikarenakan granul yang berukuran besar dan tidak rata sehingga terbentuk ruang kosong yang berisi udara dan ketika terjadi hentakan atau sentakan, granul-granul tersebut mengisi ruang yang kosong sehingga terjadi penyusutan volume granul.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05, kemudian dilanjutkan ke uji Anova satu jalan yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara formula yang menggunakan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium terhadap nilai indeks pengetapan granul, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya > 0,05, sehingga tidak dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium tidak signifikan berpengaruh terhadap indeks tap.

C. Penabletan

Pada proses penabletan harus diperhatikan benar-benar, karena sangat menentukan hasil tablet yang diinginkan misalnya dapat mempengaruhi sifat fisis dari tablet yang dihasilkan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penabletan adalah karakteristik granul, proses pembuatan, bahan yang digunakan. Bobot tablet dibuat 500 mg dan kekerasan dikendalikan sekitar 6-7 kg, untuk mengatur kekerasan yang sama maka harus diatur kompresibilitas 34


(52)

commit to user

dari tablet sehingga diperoleh kekerasan tablet yang diinginkan. Data kompresibilitas tablet dapat dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Data Kompresibilitas Tablet Kekerasan Tablet (Kg) Kedalaman

Punch (mm)

Formula I Formula II Formula III

PI PII PIII PI PII PIII PI pII PIII

0 - - - -

1,125 - - - -

2,25 - - - -

3,375 - 0,2 0,2 - - 0,4 - 0,1 0,1

4,5 0,35 1 0,85 0,1 0,3 1,4 0,5 0,3 0,2

5,625 1,4 2,6 2,7 1,1 3,2 4,2 1,4 2 1,9

6,1875 - 7 7 - 7 13,2 - 6,7 6

6,468 - - - -

6,75 8,6 - 10,7 9,1 14 - 7 8,1 12,3

13,7 - - 6,6 8,1 - - - -

13 - - 8,4 12,1 - - - -

Keterangan:

PI : Percobaan I PII : Percobaan II PIII : Percobaan III

Dari hasil data kompresibilitas pada tabel III ini, dapat dilihat variasi hasil kompresi antara formula satu dengan lainnya. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal dengan kedalaman punch atas diperoleh kekerasan yang kecil. Hal ini dikarenakan belum mencapai tekanan kompresi yang kuat, ketika kedalaman punch dinaikan sedikit demi sedikit diperoleh kenaikan nilai kekerasan. Dari ketiga formula diperoleh kekerasan 6-7 kg berada pada kedalaman punch atas sekitar 6,1875 mm. Formula tersebut menunjukkan formula I yang mempunyai nilai kompresibilitas yang paling bagus. Hal ini dikarenakan dengan kenaikan sedikit kedalaman punch dapat memperoleh kekerasan yang tinggi.

D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet

Sifat fisis tablet berguna untuk mengetahui kualitas dari suatu tablet dan digunakan sebagai parameter untuk mengembangkan formulasi tablet secara


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

optimal. Pengujian juga berguna untuk mengetahui apakah tablet sudah memenuhi standar acuan Farmakope ataupun standar lain yang telah ditetapkan. Adapun pengujian sifat fisis tablet adalah sebagai berikut:

1. Keseragaman Bobot Tablet

Suatu tablet dikatakan baik bila di dalam suatu pembuatan tablet yang bersamaan diperoleh bobot tablet yang sama dan seragam antara satu tablet dengan tablet lainnya. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan sifat alir dari suatu granul. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, bentuk granul yang baik adalah homogen dan berbentuk sferis, peluru atau lempengan sehingga membentuk timbunan yang lebih rapat dan tidak terdapat rongga serta ukuran yang tidak terlalu kecil karena ukuran yang kecil kemungkinan daya lekat antara partikel sesamanya (kohesifitas) semakin besar sehingga sifat alirnya pun jelek. Apabila ukuran sedang dan bentuk yang bagus maka granul dapat mengalir dengan konstan dari hopper ke dalam die pada saat proses penabletan berlangsung sehingga menghasilkan tablet dengan penyimpangan bobot tablet yang kecil dan bobot tablet yang seragam.

Menurut Anonim (1979), standar dari keseragaman bobot untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Dalam artian bila tablet ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satu tabletpun menyimpang lebih dari 10% dari bobot masing-masing tablet. Dari perhitungan ketiga formula tidak terdapat penyimpangan dari 5% maupun 10%, sehingga ketiga formula telah 36


(54)

commit to user 0,418

0,572

0,745

0 0,2 0,4 0,6 0,8

FI FII FIII

C

V

(%

)

Formula

Keseragaman Bobot

KESERAGAMAN BOBOT CV %

memenuhi persyaratan Anonim (1979). Perhitungan keseragaman bobot dapat dilihat dalam Lampiran 5a.

Selain itu keseragaman bobot dapat dilihat juga dari nilai CV. Diagram hasil CV keseragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 8, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 3a.

Gambar 8. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Teofilin

Parameter Coefficient of Variation (CV), digunakan untuk mengevaluasi keseragaman bobot. Keseragaman bobot dikatakan baik apabila nilai dari CV kurang dari sama dengan 5%. Dari diagram hasil diatas dapat dilihat bahwa untuk ketiga formula telah memenuhi persyaratan kesergaman bobot yaitu kurang dari 5%, dan semakin kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam.

Diantara ketiga formula tersebut yang mempunyai nilai CV paling kecil adalah formula I, formula II berada ditengah-tengah dan untuk formula III mempunyai nilai CV yang lebih besar dibandingkan kedua formula.

Dari hasil analisa statistik dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai signifikansinya p > 0,05,


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

selanjutnya di uji Anova satu jalan diperoleh data yang terdapat perbedaan signifikan dengan ditandai nilai signifikansinya p < 0,05. Yang artinya terdapat pengaruh matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium terhadap keseragaman bobot tablet. Sehingga uji-t dengan taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai signifikannya kurang dari 0,05. Sehingga dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet.

2. Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet dalam menahan tekanan terutama goncangan atau pengikisan. Kerapuhan merupakan parameter yang baik untuk mengetahui ketahanan tablet selama proses pengemasan dan distribusi. Tablet yang tahan dan tidak rapuhlah yang bertahan sampai kepada konsumen, karena tablet yang rapuh akan terkikis atau menyerpih bahkan bisa pecah ketika mengalami pengikisan di pengemasan dan guncangan saat distribusi. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan kurang dari 1% (Lachman dkk, 1994). Data hasil kerapuhan dapat dilihat pada Gambar 9, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 5c.


(56)

commit to user 2,62 0,735 1,159 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

FI FII FIII

Kera p u h a n (% ) Formula

% Kerapuhan

% Kerapuhan

Gambar 9. Diagram % Kerapuhan Tablet Teofilin

Dari Gambar 9 tersebut dapat dilihat hasil kerapuhan untuk 3 formula hanya ada 1 formula yang memenuhi persyaratan, yaitu formula II dengan nilai kerapuhan 0,735%, hal ini dikarenakan pada formula II mengandung HPMC yang bersifat mengembang bila terkena air, dan ketika terkena air HPMC akan mengikat bahan lain yang kemudian menjadi kompak antar ikatan sehingga kerapuhan kecil. Sedangkan untuk formula I dan formula III tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan komposisi formula yang kurang yaitu ketika dilakukan penambahan bahan penghancur tidak diimbangi dengan bahan pengikat, yang menyebabkan kerapuhan dari tablet akan bertambah.

Hasil uji statitistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 yang kemudian dilanjutkan ke uji Anova satu jalan yang menunjukkan data tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium terhadap kerapuhan tablet, dengan nilai signifikansinya lebih dari 0,05, sehingga tidak dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium tidak signifikan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet.


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 6,698 6,629 6,678 6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7

FI FII FIII

Kek e ra sa n (Kg) Formula

Kekerasan

Kekerasan

3. Kekerasan Tablet

Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang baik, kekerasan yang baik adalah tablet yang tidak begitu keras dan tablet yang tidak begitu rapuh. Apabila terlalu keras air tidak dapat berpenetrasi ke dalam tablet dan tablet sulit untuk larut di dalam tubuh, dan bila kekerasan kurang maka tablet tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pembuatan maupun ketika distribusi. Kekerasan suatu tablet diperoleh dari pengaturan kompresibilitas untuk mendapatkan kekerasan yang sama yaitu sekitar 6-7 kg. Hasil diagram kekerasan tablet teofilin dapat dilihat pada Gambar 10, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 5b.

Gambar 10. Diagram Kekerasan Tablet Teofilin

Dilihat dari diagram kekerasan di atas ketiga formula sudah masuk kedalam rentang 6-7 kg sesuai dengan ketentuan yang ada.

Hasil uji statitistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi mormal dengan nilai p > 0,05 yang kemudian dilanjutkan ke uji Anova satu jalan yang menunjukkan data tidak terdapat 40


(58)

commit to user

perbedaan yang signifikan antara pengaruh Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium terhadap kekekerasan tablet, dengan nilai signifikansinya lebih dari 0,05, sehingga tidak dilanjutkan ke uji-t. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium tidak signifikan berpengaruh terhadap kekerasan tablet.

4. Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur secara fisik sebelum diabsorbsi sepenuhnya di dalam tubuh. Uji waktu hancur ini dilakukan secara in vitro. Semua tablet harus mempunyai waktu hancur sesuai yang ditentukan, untuk tablet yang tidak bersalut waktu hancur tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim, 1979). Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: bahan penghancur dan bahan pengikat, kekuatan kompres tablet saat pembuatan. Waktu hancur tablet mempunyai hubungan dengan uji sifat fisis tablet lainnya yaitu kekerasan dan kerapuhan, semakin keras tablet maka waktu hancurnya semakin lama dan makin rapuh suatu tablet maka waktu hancurnya semakin cepat.

Dari hasil penelitian diperoleh hasil untuk ketiga formula mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit, sehingga ketiga formula telah memenuhi persyaratan menurut Anonim (1979), hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5d.

Dari hasil analisa statistik dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai signifikansinya p > 0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji Anova satu jalan diperoleh data yang terdapat perbedaan signifikan dengan ditandai nilai signifikansinya kurang dari 0,05.


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yang artinya terdapat pengaruh matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium terhadap waktu hancur tablet. Sehingga uji-t dengan taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Sehingga dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium berpengaruh terhadap waktu hancur tablet.

E. Disolusi Tablet

Disolusi adalah proses suatu zat padat memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan (Siregar, 2010). Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui laju profil pelepasan obat teofilin dan tablet secara in-vitro. Uji disolusi menggunakan alat disolusi ERWEKA dengan metode dayung. Medium yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,2, dengan suhu 37⁰C ± 0,5⁰C dan waktu yang dibutuhkan 6 jam.

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Penentuan panjang gelombang merupakan tahap awal dalam uji disolusi, hal ini berguna untuk menentukan kadar kandungan zat aktif. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang 200-300 nm karena secara teori panjang gelombang dari teofilin adalah 272 nm dan hasil scanning yang diperoleh adalah 272 nm. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum digunakan untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum.

2. Penentuan Kurva Baku Teofilin

Kurva baku teofilin dibuat dari teofilin murni yang dilarutkan dalam dapar fosfat pH 7,2, kemudian dari larutan tadi diambil 10 ml dilarutkan dalam 100 42


(60)

commit to user

y = 0,0615x + 0,0159 R² = 0,999

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

A b so r b an si (A b s) Konsentrasi

Kurva Baku

Absorbansi

ml dapar fosfat yang selanjutnya dibuat seri kadar, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang maksimum dan didapatkan nilai korelasi r = 0,999, dari nilai r ini maka diperoleh persamaan y = 0,0615X + 0,0,0159. Kurva baku teofilin dapat dilihat pada Gambar 11, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 6b.

Gambar 11. Kurva Baku Tablet Teofilin

3. Profil Disolusi

Profil disolusi adalah gambaran pelepasan senyawa zat aktif dari suatu sediaan obat secara in vitro. Dalam penelitian ini membandingkan pelepasan teofilin dari tiga formula. Formula pertama adalah kontrol negatif yaitu sediaan konvensional dalam artian tidak menggunakan matriks sehingga formula tidak terdapat bahan sebagai matriks yang mengatur pelepasan zat aktif, sedangkan formula II untuk kontrol positif terdapat matriks HPMC sebagai pembanding, HPMC sendiri adalah matriks yang bersifat hidrofilik.

Sedangkan formula yang ketiga mengandung Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium dengan sifat hidrofilik juga yaitu ketika bertemu dengan


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360

% Ko n se n tra si Waktu (Menit)

Profil Disolusi

FI FII FIII air matriks tersebut mengembang sehingga mengikat teofilin dan memperlama pelepasan obat. Profil disolusi ketiga formula digambarkan dalam suatu kurva antara % konsentrasi vs waktu yang dapat dilihat pada Gambar 12, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 12. Profil Disolusi Tablet Teofilin Keterangan:

FI : Formula tanpa matriks

FII : Formula dengan matriks HPMC

FIII : Formula dengan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium

Dari ketiga profil disolusi pada grafik diatas dapat dilihat pelepasan zat aktif dari teofilin. Formula I merupakan sediaan konvensional sehingga pelepasan zat aktifnya lepas secara cepat, dan untuk Formula II yang mengandung matriks HPMC mempunyai pelepasan yang bertahap dengan pelepasan zat aktif yang lambat, sedangkan untuk Formula III yang mengandung matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium mempunyai pelepasan sedikit demi sedikit yang profilnya berada diantara kedua formula antara sediaan konvensional dengan sediaan sustained release.


(62)

commit to user

Hal ini dikarenakan komposisi dari matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan berat molekul medium yang kurang optimum. Na-montmorillonit mempunyai basal spacing 1,52 nm (Yulianto, 2011) sehingga perlu pemilaran dengan kitosan agar basal spacing-nya lebih besar yang dapat menyebabkan teofilin dapat masuk ke dalam rongga Na-montmorillonit. Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium yang digunakan menggunakan perbandingan kitosan:Na-monmorillonit adalah 2:1. Pada perbandingan 2:1 mempunyai basal spacing 1,55 nm. Padahal pemilaran yang optimum adalah dengan perbandingan 1:1 dengan basal spacing 1,59 nm. Oleh karena pada perbandingan 2:1 mempunyai basal spacing kecil, maka kitosan tidak hanya berada di dalam basal spacing tetapi juga berada di luar Na-montmorillonit sehingga teofilin yang berikatan tidak semuanya terlindungi oleh Na-montmorillonit yang justru menyebabkan karakteristik tablet yang kurang baik sehingga pelepasan obat tidak begitu stabil.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai signifikansinya p > 0,05, kemudian dilanjutkan ke uji Anova satu jalan didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ketiga formula terhadap kecepatan disolusi tablet teofilin, dengan nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Sehingga uji-t dengan taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena nilai signifikansinya kurang dari 0,05, kecuali pasangan formula I dengan III.


(63)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Matriks Na-montmorillonit terpilar Kitosan BM medium berpengaruh terhadap sifat fisis tablet yaitu terhadap keseragaman bobot dan waktu hancur tablet.

2. Profil pelepasan tablet teofilin dengan matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium mendekati pofil pelepasan tablet teofilin dengan matriks HPMC.

A. Saran

Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai matriks Na-montmorillonit terpilar kitosan BM medium sebagai matriks sediaan lepas lambat mengenai komposisi antara Na-montmorillonit dan kitosan BM medium yang optimum.


(64)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, cetakan 13, 221, Gadjah Mada University Press, Jakarta.

Anonim, 1929, Parmacopee, Edisi V, 357, Nederland.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-8, 338, 354, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 283, 488, 771, 107, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 95-96, Departemen Kesehatan Republik Indonesi, Jakarta.

Anonim, 2010, MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 10, 85, Departemen Kesehatan Republik Indonesi, Jakarta.

Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 291,229, 259-272, 287, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Bayomi, M.A., Al-Suwayeh, S.A., and El-Helw, A.M., 2001, Excipient-Excipient Interaction in the Design of Sustained-Release Theophylline Tablets: In Vitro and In Vivo Evaluation, Drug Dev. and Ind. Pharm., Marcel Dekker Inc., New York, 27(6), pp 499 – 506 cit Siswanto, A., dan Subagyo S. S., 2006, Optimasi formula sediaan tablet lepas lambat teofilin dengan bahan matrik HPMC, Na CMC, dan xanthan gum: Majalah Farmasi Indonesia, vol 3, No. 2.

Collett, J., and Moreton, C., 2002, Modified-release Peroral Dosage Form, in Aulton, M.E., Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form Design, Ed. II,


(1)

commit to user

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Oneway

ANOVA

kekerasan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .008 2 .004 .001 .999

Within Groups 16.090 6 2.682

Total 16.097 8

f.

Kerapuhan

Replikasi

Kerapuhan Tablet (%)

FI

FII

FIII

1

5,708

0,819

0,808

2

1,090

0,351

1,142

3

1,063

1,036

1,527

Descriptives

Kekerasan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 3 6.69800 .495664 .286172 5.46670 7.92930 6.360 7.267

2.00 3 6.62900 1.840783 1.062777 2.05624 11.20176 4.820 8.500

3.00 3 6.67767 2.100166 1.212531 1.46057 11.89477 5.000 9.033


(2)

commit to user

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kerapuhan

N 9

Normal Parametersa,,b Mean 1.50489

Std. Deviation 1.607527

Most Extreme Differences

Absolute .383

Positive .383

Negative -.236

Kolmogorov-Smirnov Z 1.150

Asymp. Sig. (2-tailed) .142

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Oneway

Descriptives

Kerapuhan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 3 2.62033 2.674032 1.543853 -4.02233 9.26300 1.063 5.708

2.00 3 .73533 .350080 .202119 -.13431 1.60498 .351 1.036

3.00 3 1.15900 .359801 .207731 .26520 2.05280 .808 1.527

Total 9 1.50489 1.607527 .535842 .26923 2.74054 .351 5.708

ANOVA

kerapuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5.868 2 2.934 1.189 .367

Within Groups 14.805 6 2.467


(3)

commit to user

g.

Waktu Hancur

Replikasi

Waktu Hancur (Menit)

Formula I

Formula II

Formula III

1

80.28

27.06

58.34

2

88.59

31.74

73.18

3

104.04

35.53

79.25

4

117.21

58.85

83.65

5

124.58

61.60

88.16

6

156.09

61.07

99.76

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

waktu hancur

N 18

Normal Parametersa,,b Mean 79.3878

Std. Deviation 33.47235

Most Extreme Differences

Absolute .114

Positive .114

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .483

Asymp. Sig. (2-tailed) .974

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Oneway

ANOVA

waktu hancur

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13007.174 2 6503.587 16.152 .000

Within Groups 6039.592 15 402.639


(4)

commit to user

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

waktu hancur LSD

(I) formula

(J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 65.82333* 11.58504 .000 41.1304 90.5163

3.00 31.40833* 11.58504 .016 6.7154 56.1013

2.00 1.00 -65.82333* 11.58504 .000 -90.5163 -41.1304

3.00 -34.41500* 11.58504 .010 -59.1079 -9.7221

3.00 1.00 -31.40833* 11.58504 .016 -56.1013 -6.7154

2.00 34.41500* 11.58504 .010 9.7221 59.1079

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Descriptives

waktu hancur

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 6 111.7983 27.37383 11.17532 83.0713 140.5254 80.28 156.09

2.00 6 45.9750 16.16957 6.60120 29.0061 62.9439 27.06 61.60

3.00 6 80.3900 14.04054 5.73203 65.6554 95.1246 58.34 99.76


(5)

commit to user

h.

Disolusi

Waktu

FI

FII

FIII

15

18.381

2.339

21,879

30

30.305

2.447

29,278

45

43.855

5.672

32,191

60

52.934

5.943

35,389

90

61.741

13.233

47,175

120

65.671

21.499

48,733

180

68.178

33.314

54,831

240

67.974

44.425

54,627

300

67.839

55.916

58,760

360

65.738

53.396

57,812

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

disolusi

N 30

Normal Parametersa,,b Mean 40.71583

Std. Deviation 21.458008

Most Extreme Differences

Absolute .149

Positive .100

Negative -.149

Kolmogorov-Smirnov Z .815

Asymp. Sig. (2-tailed) .520

a. Test distribution is Normal.


(6)

commit to user

Oneway

Descriptives

Disolusi

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1.00 10 54.26160 17.811549 5.632506 41.51999 67.00321 18.381 68.178

2.00 10 23.81840 21.354787 6.752976 8.54211 39.09469 2.339 55.916

3.00 10 44.06750 13.295725 4.204477 34.55631 53.57869 21.879 58.760

Total 30 40.71583 21.458008 3.917678 32.70328 48.72839 2.339 68.178

ANOVA

disolusi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4802.447 2 2401.224 7.582 .002

Within Groups 8550.490 27 316.685

Total 13352.938 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

disolusi LSD

(I) form ula

(J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 30.443200* 7.958452 .001 14.11380 46.77260

3.00 10.194100 7.958452 .211 -6.13530 26.52350

2.00 1.00 -30.443200* 7.958452 .001 -46.77260 -14.11380

3.00 -20.249100* 7.958452 .017 -36.57850 -3.91970

3.00 1.00 -10.194100 7.958452 .211 -26.52350 6.13530

2.00 20.249100* 7.958452 .017 3.91970 36.57850