parmanen ukuran 3 x 4 meter dilakukan oleh pemerintah provinsi.
Sejak menempati daerah Ama Ori, hubungan masyarakat dengan pemerintah negeri cukup baik, hal ini tampak dari
terbentuknya rukun tetangga RT beserta pengurusnya. Namun demikian, untuk kartu tanda penduduk KTP belum
seluruh masyarakat Ama Ori memilikinya. Pada saat ada proyek Elektronik Kartu Tanda Penduduk e-KTP, semua
warga Ama Ori mendapat undangan untuk membuatnya.
Sebelum menetap di Ama Ori pada Juni 2003, masyarakat Ama Ori menempati barak pengungsi di Den
Zipur 5 Negeri Rumah Tiga, kemudian dipindahkan ke wilayah pengungsian di Negeri Suli pada tahun 1999 sampai
2003. Ketika mulai menetap di Ama Ori, hampir seluruh masyarakat beralih profesi dari petani dan nelayan menjadi
pemulung, ojek sepeda motor, peternak babi, dan jasa bengkelservis elektronikkios sembako. Mayoritas mata
pencaharian pokok mereka sebagai pemulung, hal ini karena lokasi pemukiman Ama Ori berdekatan dengan
Tempat Pembuangan Sampah Akhir TPSA.
Mengenai hak-hak kepemilikan di lokasi asal Benteng Karang, masyarakat Ama Ori hanya dapat mengambil
hasil bumi cengkih, pala dllsebagian telah dimusnakan, namun tidak berhak atas tanah di Benteng Karang. Hal
ini sesuai dengan kesepakatan awal dengan pemerintah Negeri Hila bahwa masyarakat yang berasal dari Maluku
Tenggara hanya berhak memanfaaatkan tanah di wilayah Benteng Karang.
Dusun Lembah Argo
Dusun ini merupakan wilayah IDPs yang dihuni sejak tahun 2003 oleh 378 KK, terbagi dalam 5 RT dan terletak
di pegununganperbukitan. Kelompok IDPs berasal dari berbagai wilayah di antaranya: Pulau Ambon Tantui
sebanyak 30 KK, Galala, Rumah TigaPoka, Waiheru, Hunut dan Pulau Buru sebanyak 200 KK. Di dalam komunitas ini
terdapat 4 keluarga Muslim. Dua komunitas telah kembali ke tempat tinggalnya, termasuk masyarakat Buru, kecuali
pengungsi dari wilayah Rumah TigaPoka. Sebelumnya, yang tinggal menetap di Buru adalah PNS yang bertugas
di daerah tersebut dan masyarakat program transmigrasi Pulau Jawa.
Mata pencaharian penduduk yang semula di sektor per
tanian beralih ke sektor pelayanan jasa seperti: penjualan sembakokios dan ojek. Khusus untuk petani
sawah transmigran asal Jawa, mereka mencari kerja sebagai buruh tani padi sawah atau menyewa lahan
di Pulau Seram untuk bertani sayur-sayuran. Saat itu, masyarakat pengungsi Lembah Argo sebagai warga korban
konlik, belum menerima bantuan dana pemulangan dan pembangunan rumah. Keadaan ini membuat warga
terus berupaya untuk mendapatkan hak-haknya. Problem serius yang tengah mereka hadapi adalah ketidakjelasan
status tanah antara keluarga Simau, pemilik lahan dengan pemerintah Dinas Pertanian.
C. Desa Nania
3
Awalnya, Desa Nania banyak ditumbuhi pohon sagu dan enau mayangsageru, sehingga di tempat itulah aktivitas
tokok sagu pukul sagu atau proses ekstrasi tepung sagu dari batang sagu sering dilakukan. Nama Nania berasal
dari dua kata yaitu “nani” alat penokok sagu dan “ya” jawabansemangat untuk memacu para penokok sagu.
Dalam melakukan pekerjaan, para penokok bekerja sambil mengucapkan syair “Nani…ya”… “Nani…ya”… “Nani…ya”.
Kemudian mengalami proses peleburan pengucapan men- jadi “Nania”.
Wilayah Nania merupakan sebuah perkampungan yang berada di wilayah Petuanan Negeri Passo. Chris
van Fraasen, sejarawan Belanda, yang mentranskripsikan “Memorie van Overgave van de Onderafdeling Ambon van
Assis
tent-Resident Van Wijk, Augustus 1937” mencatat kam pung negeri lama, Nania, Batoegong terletak di Tanah
Negeri Passo. Sebelumnya, daerah tersebut kosong. Ketika terjadi peperangan antara Negeri Leihitu dengan Negeri
Passo, barulah Desa Nania muncul. Marga-marga asli atau yang pertama mendiami Desa Nania, sekarang menyakini
bahwa mereka berasal dari Negeri Passo. Marga Walaia dan Brainella merupakan marga pertama yang menempati
Nania. Namun, setelah dusun yang ditempati dua marga ini dijual oleh marga Simauw Raja di Passo ke marga
Mailuhu, maka dua marga ini berpindah ke Waiheru. Selain itu, ada pula marga-marga yang sudah sejak awal tinggal
3
Data yang digunakan dalam tulisan bagian ini, bersumber dari Laporan Hasil Assessment IRE Yogyakarta tahun 2012 dan RPJM
Desa Nania 2013 – 2017.
di Nania, yaitu marga Moseros, Mailuhu, Tahitu, Maitimu, dan Tanamal. Kemudian marga lain mulai berdatangan dan
menetap di Nania.
Desa Nania, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon terletak di pantai Selatan Jazirah Leihitu Pulau
Ambon, wilayah Teluk Ambon bagian dalam. Di petuanan Desa Nania, mengalir dua sungai kecil. Sungai Wainini, di
sebelah Timur, yang sekaligus merupakan batas Desa Nania dan Kampung Negeri Lama. Sungai Waisalak ada di sebelah
Barat, yang sekaligus merupakan batas Desa Nania dengan Kampung Waiheru Hitu. Dua sungai ini berhulu di wilayah
yang dikenal dengan sebutan Nania Gunung.
Selain itu, Nania juga dilewati sebuah sungai kecil atau kolam air yaitu “Air Waipipi” yang sejak tahun 1999, diakui
sebagai batas yang memisahkan perumahan penduduk asli yang beragama Kristen dengan perumahan penduduk
pendatang yang beragama Islam. Desa Nania berada relatif mendekati pantai, dan dilintasi oleh jalan raya Ambon
-Laha—Jl. Laksda Leo Wattimena. Pada bagian lain, Nania juga mencakup wilayah pegunungan.
Secara geograis, di bagian selatan Nania berbatasan langsung dengan Teluk Ambon, sedangkan di sebelah
utara berbatasan dengan Petuanan Negeri Passo. Bagian timur berbatasan dengan Kampung Negeri Lama dan
di bagian barat berbatasan dengan Kampung Waiheru Hitu. Seiring berjalannya waktu, Nania menjadi semakin
ramai. Banyak pendatang baru yang menetap di daerah tersebut. Dibandingkan dengan daerah lain di sekitarnya,
Nania relatif lebih terkenal, bahkan cukup populer hingga ke luar Kota Ambon. Nania dipimpin oleh seorang Kepala
Kampung. Hingga saat ini kepemimpinan di Nania sudah berganti 9 kali.
Secara administratif Desa Nania termasuk dalam wilayah Kecamatan Baguala, Kota Ambon, yang terbagi
dalam 3 RW dan 12 RT. Luas wilayah Desa Nania adalah 100 Ha terdiri dari: luas pemukiman 40 Ha, luas makam 3 Ha,
perkantoran 2 Ha, luas prasarana umum 7 Ha, pertanian 10 Ha, dan hutan 36 Ha serta laut 2 Ha. Sementara, panjang
garis pantai sekitar 2 Km. Sebagian besar wilayah Nania, terutama bagian utara, cenderung bertopograi lereng dan
berbukit, dengan kemiringan rata-rata di atas 15 derajat, sedangkan daerah pemukiman padat cenderung datar dan
linier sepanjang pantai, yang membujur dari arah barat ke timur
Jenis tanah cukup beragam, di antaranya tanah merah, kuning, dan hitam. Bagian ini penting untuk Desa Nania,
karena masyarakat desa ini pada umumnya mengutamakan sektor pertanian untuk mata iklim. Kondisi iklim di Desa
Nania sangat dipengaruhi oleh 2 musim yaitu musim timur atau musim hujan dan musim barat atau musim panas.
Musim timur hujan berlangsung dari bulan April sampai Oktober dengan curah hujan yang cukup tinggi berkisar
antara bulan Juni-Agustus, sedangkan musim panas berlangsung dari bulan Oktober-April. Selain itu, di antara
musim ini diselingi musim pancaroba yakni peralihan musim timur ke musim barat pada bulan Oktober dan November
serta musim barat ke musim timur pada bulan Maret dan April.
Jumlah penduduk Desa Nania sebesar 4.843 jiwa, dengan komposisi laki-laki sebanyak 1.993 jiwa dan perempuan
sebanyak 2.850 jiwa. Mereka tersebar pada 3 lokasi yakni RW.001 RT.001 sd RT.006 sebagai pusat pemerintahan
dengan jumlah warga sebanyak 2.218 jiwa490 KK, RW.002 RT.007 sd RT.009 dengan warga sebanyak 792 jiwa183
KK dan RW.003 RT.010 sd RT.012 dengan warga sebanyak 1.833 jiwa213 KK. Tabel berikut ini menyuguhkan data
mengenai penduduk Desa Nania menurut kelompok umur dan jenis kelaminnya.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Desa Nania Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2012
No Kelompok Umur
Tahun Laki – Laki
Jiwa Perempuan
Jiwa Jumlah
Jiwa 1
0 – 5 85
86 171
2 6 – 14
253 244
497 3
15 - 45 1.403
1.419 2.822
4 45 ke atas
689 664
1.353 Jumlah
1.993 2.850
4.843
Sumber: RPJM Desa Nania, tahun 2013-2017
Mata pencaharian warga masyarakat Desa Nania cukup beragam, namun sebagian besar menekuni bidang per-
tanian dan kerajinan. Meskipun daerah mereka berbatasan langsung dengan Teluk Ambon yang kaya akan sumber daya
perairan laut, hanya sekitar 50 orang menjadi nelayan. Tabel berikut ini menyediakan informasi yang lebih spesiik
mengenai beberapa sumber penghidupan warga Desa Nania.