Evaluasi Perencanaan Pembangunan Binder1 Buku MATASIRI 7 Mei 2014 kecil

Negeri Hatuhenu, Kabupaten Maluku Tengah Program Infrastruk- tur Perde- saan Pembangunan jalan desa Masyarakat Hatuhenu APBD I dan APBD II Dinas PU Pemban- guan saluran drainase dan gorong-gorong Masyarakat Hatuhenu APBD II Pembangunan sarana dan prasarana san- itasi air bersi perdesaan Masyarakat Hatuhenu APBD II dan Mercy Corps Dinas PU Kelurahan Letwaru, Kabupaten Maluku Tengah Mening- katkan Ling- kungan Permuki- man yang Bersih dan Sehat Program pengemban- gan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah Letwaru Mercy Corps Dinas PU Rehabilitasi pemeliharaan sarana, prasa- rana air mi- num Mercy Corps dan PDAM Kab. Malteng Kelurahan Pandan Kasturi, Kota Ambon Mening- katkan Ling- kungan Permuki- man yang Bersih dan Sehat Program pengemba- ngan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah Pandan Kasturi Mercy Corps dan PDAM Kota Am- bonDSA Dinas PU Sumber: Berbagai RPJM Negeri dan Renstra Kelurahan dalam Program MATASIRI Penutup Potret tentang keberhasilan pendekatan yang di apli- kasikan Program MATASIRI, yang tergambarkan dalam rangkaian ke giatan program selama kurang lebih tiga tahun telah tersajikan dalam bagian ini. Mulai dari rangkaian pelatihan, serial lokakarya, sejumlah dialog kebijakan, pendampingan terhadap kelompok sasaran, hingga kegiatan studi banding yang mengajak berbagai pihak untuk melihat praktik baik dan keberhasilan di tempat lain. Disamping itu, deskripsi di atas juga memotret tentang dukungan berbagai pihak yang sangat antusias dalam men- sukseskan program hingga menghasilkan kemenangan kecil yang cukup inspiratif bagi siapapun yang punya perhatian terhadap pembangunan di tingkat desa yang sensitif terhadap spirit bina damai dan mengedepankan peran aktif warga masyarakat termasuk kelompok-kelom pok yang selama ini terpinggirkan. Harapannya, sajian tentang rangkaian kegiatan program ini bisa memberikan alternatif pilihan bagi siapapun yang ingin menambah koleksi pengalaman pengorganisasian kegiatan advokasi kebijakan di tingkat kabupaten dan negeridesa terutama yang memiliki karakteristik pasca konlik.  m BAB 5 Refleksi Pelajaran Berharga S truktur masyarakat Indonesia tergolong majemuk, yang ditandai keragaman suku bangsa, agama, kelompok sosial budaya terekspresikan dalam praksis kehidupan bermasyarakat. Konsekuensinya, struktur bernegara dalam fondasi kemajemukan itu menuntut adanya ke bijakan- kebijakan yang mampu mengolah keragaman dalam inte- grasi nasional yang kokoh. Tantangan antara “kebhin- nekaan dan integrasi” menjadi bagian perjalanan panjang sejarah keindonesia sejak berdiri tahun 1945. Dinamika dan pasang surut mengelola keragaman alah ciri khas Indonesia, sebagai bagian negara besar di kawasan Asia. Faktanya, relasi dalam sebuah bangsa yang majemuk ini tentu diwarnai dengan perbedaan kepentingan di antara berbagai pihak, dan itu merupakan kondisi yang wajar adanya. Perbedaan kepentingan bisa berkembang menjadi konlik, baik konlik tertutuptersembunyi latent, mencuat emerging, dan terbuka manifest . Konlik merupakan perilaku sosial akibat perbedaan kepentingan kelompok sosial dalam masyarakat. Jika konlik merupakan sebuah keniscayaan, maka yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengelola konlik. Perjalanan sejarah Indonesia telah membuktikan bahwa konlik horisontal selalu muncul dari masa ke masa, baik yang berskala kecil hingga mengalami eskalasi, dari yang tidak menimbulkan kerusakan dan korban hingga adanya kerusakan infrastruktur, fasilitas publik, dan korban jiwa. Cara lama penanganan konlik horisontal ini lebih menge- depankan pendekatan represif yang mengandalkan aparat keamanan dengan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Tetapi, jaman telah berubah, saat ini Indonesia telah me- masuki era demokratisasi, desentralisasi, dan otonomi daerah sehingga penyelesaian dan pencegahan konlik pun harus menggunakan mekanisme sosial politik yang demo- kratis. Sebagai upaya mengelola dan mencegah konlik, dike- nal conlict early warning and early response system atau sis tem peringatan dan tanggapan dini SPTD konlik yang mengidentiikasi konlik sebagai serangkaian siklus. Siklus ini terdiri dari aktivitas pencegahan konlik conlict prevention, intervensi untuk menghentikan konlik de ngan kekerasan peace-keeping, negosiasi untuk men cip takan perdamaian peace-making, dan upaya untuk membina perdamaian agar bisa bertahan dalam jangka panjang peace-building. Konlik horisontal di Ambon dan sekitarnya yang terjadi pada akhir 1990-an dan awal tahun 2000 merupakan salah satu konlik terbesar di Indonesia pascakemerdekaan. Banyak korban jiwa berjatuhan, rumah penduduk hangus terbakar, fasilitas publik dan infrastruktur penunjang kehidupan rusak akibat konlik tersebut. Berbagai cara penyelesaian konlik telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik dengan mengoptimalkan nilai-nilai lokal mau pun pendekatan lain yang dinisiasi oleh pemerintah, tokoh masyarakat, dan berbagai organisasi masyarakat sipil. Akhirnya, lambat laun konlik itu mulai mereda intensitasnya, hingga saat ini bisa dinyatakan Ambon tengah memasuki tahap peace-building atau sering disebut juga dengan bina damai. Seiring dengan era desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, program ini mengambil bentuk bina damai yang disinergikan dengan pembaharuan tata kelola peme- rintahan di tingkat lokal. Titik masuknya lewat peren- canaan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem- bangunan NasionalSPPN. Mekanisme perencanaan pembangunan sebagaimana tertuang dalam UU 252004 tentang SPPN merupakan perspektif baru dalam perencanaan melalui pendekatan institusionalisme. Perencanaan bukan merupakan kegiatan individual, bukan pula pekerjaan ilmu pengetahuan semata, tetapi sebagai aspek dari governance. Sudut pandang governance berbeda dengan government, namun pemahaman terhadap governance jelas berkaitan dengan government. Jika government merujuk pada pelaku pemerintah, maka governance merujuk pada prosesnya pemerintahan. Governance diartikan sebagai the act of government, yaitu praktik bekerjanya aktor yang bernama government dengan pelibatan partisipasi aktor-aktor lain di luar pemerintah. Oleh karena itu menurut institusionalisme, perencanaan merupakan proses, tatakelola dan struktur pengambilan keputusan secara kolektif. Muncullah ter- mino logi baru seperti democratic planning, decentralized