Pembangunan Tanpa Panduan Pembangunan Tanpa Perencanaan

Gambar 3.2 Pra Advokasi Strategi Perencanaan yang Berbasis Masyarakat Setelah pengembangan data dan informasi dengan tiga metode yang berbeda: survei data dasar pada awal Program MATASIRI; Road show pemetaan stakeholder potensial dan issu; serta Focused Group Discussion FGD, maka kegiatan Workshop “Pengembangan Program MATA- SIRI untuk Perencanaan Pembangunan yang Produktif dan Peka Perdamaian” merupakan tahapan lanjutan yang bertujuan untuk mensosialisasikan Program MATASIRI ke- pada stakeholder di kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur SBT serta mendiskusikan situasi terkini terkait impelementasi sistem perencanaan dan pembangunan di tiga wilayah tersebut. Workshop yang dilakukan selama dua hari ini melibatkan unsur peserta dari unsur Pemerintah KabupatenKota, 5 kecamatan 15 Pemerintah Negeri dan Kelurahan dan 15 calon fasilitator negeri dan kelurahan. Adapun tiga hal utama yang disampaikan dalam work- shop ini adalah: Pertama, pengertian, asal usul, persoalan internal, dan akses politik dari kelompok masyrakat yang menjadi target dari Program MATASIRI yaitu “kelompok IDP Internally Displaced Person: orang-orang atau kelompok- kelompok orang yang dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka atau tempat mereka dahulu biasa tinggal, terutama sebagai akibat dari, atau dalam rangka menghindari diri dari dampak-dampak konlik bersenjata, situasi-situasi rawan yang ditandai oleh marak tindak kekerasan secara umum, pelanggaran- pelanggaran hak asasi manusia, bencana-bencana alam, atau bencana-bencana karena ulah manusia, dan yang tidak melintasi perbatasan negara yang diakui secara internasional bandingkan dengan Refugeepengungsi lintas batas yaitu seseorang yang oleh karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan dianiaya karena ras, agama, kebangsaaan, dan keanggotaaan pada suatu kelompok sosial tertentu atau pandangan politik, berada di luar negeri kebangsaannya, dan tidak bias atau karena rasa takut itu, tidak berkehendak di dalam perlindungan negara tersebut”; Kedua, Sistem Perencanaan Daerah dan Partisipasi Masyarakat Proses Musrenbang dan Ketiga yakni Skema Implementasi Program MATASIRI seperti pada Gambar 3 dan Gambar 4 yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan dalam pembangunan negeri. Gambar 3.3 Strategi Pengembangan Program MATASIRI 6 Sebagai bagian memperkuat negeri dan kelurahan serta menindaklanjuti temuan-temuan dan rekomendasi- rekomendasi yang dihasilkan rangkaian kegiatan FGD dengan melibatkan berbagai stakeholders yang dinilai relevan dan kompeten, dan punya kepentingan positif dalam perencanaan pembangungan daerah, maka kerja- kerja advokasi dilakukan dengan melakukan serangkaian pelatihan. Rangkaian pelatihan tersebut didesain dengan melibatkan sebanyak mungkin perwakilan stakeholders, atau target groups. Khususnya untuk target groups yang 6 Krisdyatmiko Peneliti IRE Skema Implementasi Program Matasiri aspek Good Governance-Materi presentasi dalam workshop Pengembangan Program Matasiri untuk Perencanaan Pembangunan yang Produktif dan Peka Perdamaian 8 Ibid berasal dari level negeri dan kelurahandesa, mereka merupakan representasi dari setidaknya 15 negeridesa dan kelurahan. Secara khusus, serangkaian pelatihan ini merupakan skema peningkatan kapasitas penguatan pe- nge tahuan dan penanaman nilai bagi para fasilitator yang diharapkan bisa menjadi katalisator perubahan di level lokal. Pelatihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kapa- sitas target groups, di antaranya adalah; 1 pelatihan untuk fasilitator lokal yang berasal dari negeri dan kelu- rahandesa yang menjadi sasaran program, dengan tema “Pengorganisasian dan Advokasi untuk Mendorong Perencanaan Pembangunan yang Peka Perdamaian”; 2 pelatihan untuk kalangan birokrasi dan fasilitator lokal, yang dimaksudkan agar mereka dapat menangani dengan lebih baik persoalan IDPs dan kelompok terpinggirkan, dengan tema “Perencanaan Negeri dan kelurahan Berbasis Perdamaian dan Kesejahteraan”; 3 pelatihan yang ditujukan bagi aparatur perwakilan dari berbagai Dinas Pemerintah Kota Ambon, Kabupaten Maluku Te- ngah, dan Kabupaten Seram Bagian Timur, dengan tema “Perencanaan Pembangunan dan Kebijakan Publik Pro-IDPs”; 4 pelatihan tentang, “Hak dan Kewajiban Warga Negara,” yang melibatkan seluruh fasilitator ne- geri dan kelurahan dan aparatur pemerintah daerah, kecamatan, dan negeri dan kelurahan; 5 pelatihan yang mengusung tema, “Penyusunan RPJM Negeri dan Renstra Kelurahan bagi Aparatur Pemerintah Kecamatan, Negeri, Kelurahan, dan fasilitator lokal”; 6 pelatihan bagi aparatur pemerintah di tingkat kabupaten dengan tema, “Pengelolaan Keuangan Daerah untuk Mendukung Pembangunan Pro Bina Damai”, ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam memperbaiki tata keuangan agar menjadi lebih transparan dan akuntabel; 7 pelatihan dengan tema, “Laporan Pertanggungjawaban dan Laporan Keuangan atas Pelaksanaan Pemerintahan Negeri dan kelurahan,” yang melibatkan aparatur pemerintah negeri dan kelurahan dari 15 target groups; 8 pelatihan bagi fasilitator lokal dengan tema, “Pelatihan Analisis Sosial dan Teknik Komunikasi”; 9 pelatihan kepada para fasilitator lokal dan pihak Pemerintah Negeri dan Kelurahan dengan tema, “Pengelolaan Badang Usaha Milik Negeri BUMNeg”, yang menghadirkan pakar tentang BUMDes dan praktisi yang telah berpengalaman dan berhasil merintis dan mengembankan BUMDes berbasiskan potensi dan aset desa; 10 pelatihan tentang, “Pelatihan Memperkuat Keterlibatan Kelompok Marjinal dalam Pembangunan”; dan 11 pelatihan yang melibatkan pihak pemerintah daerah dinas-dinas terkait dan Pemerintah Negeri dan Kelurahan, dengan tema “Analisis Pengarusutamaan Perencanaan yang Tanggap Bina Damai dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah.” Gambar 3.4 Alur Program Tata Kelola Pemerintahan pada Program MATASIRI Pelibatan para pemangku kepentingan dalam serial pelatihan diupayakan sebanyak mungkin, terutama pihak Pemerintah Daerah kotakabupatenkecamatan. Baik sebagai peserta, maupun sebagai nara sumber atau pembicara atau trainers. Namun hal itu senantiasa meng- utamakan aspek relevansi program dan kompetensikapa- sitas yang dimiliki, sehingga benar-benar memberikan kontribusi signiikan terhadap keberhasilan program secara substantif. Pelibatan aktor strategis seperti pemerintah ini memberikan kontribusi positif terhadap program. Selain lebih saling kenal—antara aparatur pemerintah supra desanegeri dengan warga negeri dan fasilitator lokal— juga pihak supra negeri dapat menyelami secara langsung tentang apa-apa yang diinginkan, dialami warga. Selain itu, TRAINING Forum Mulistakeholder Pemerintah Kota Kabu paten Pemerintah Desa Kelurahan Masyarakat Fasilitator Lokal Peace Building Perencanaan Pembangunan Perencanaan Desa Kelurahan Perencanaan DesaKelurahan Musrenbang Parisipasi dalam Pembangunan Urgensi Parisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Fasilitasi, Mediasi pengorganisa - sian masyarakat. Perencanaan DesaKelurahan. Fasilitasi Musrenbang