Bahagia di dalam Jalan Suci Le Dao

Pe didika Aga a Kho ghucu da Budi Pekeri u uk SMP kelas VIII| 1

E. Bahagia di dalam Jalan Suci Le Dao

Dunia dengan segala romantika dan pergolakannya adalah bagai lautan dengan badai dan gelombangnya; kita hidup di dunia ini seperti sebuah perahu yang harus mengarungi lautan kehidupan ini. Dapatkah mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian? Sesungguhnya yang menjadi masalah itu bukan hal yang bergantung pada dunia dengan segala persoalannya, tetapi bagaimanakah diri kita menghadapi semuanya itu. “Kalau memeriksa diri ternyata penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar daripada ini.” Mengzi VII A: 4 Kedamaian dan kebahagiaan adalah kepada mereka yang dapat takuthormat akan Tuhan, melaksanakan Firman-Nya, yang dapat bahagia di dalam Tuhan Le Tian, menerima Firman dengan kelurusan berdiam di rumah luasnya dunia cinta kasih, berdiri pada ‘tempat lurus’ nya dunia kebenaran, berjalan di ‘jalan agung’ nya dunia hidup susila; bila berhasil cita-citanya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama, dan bila tidak berhasil cita-citanya, tetap berjalan seorang diri di jalan suci. Di dalam keadaan kaya dan berkedudukan tinggi tidak dapat tercemar, di dalam keadaan miskin dan tanpa kedudukan tidak bergelisah, ancaman senjata tidak dapat menyebabkannya takluk, demikianlah seorang besar itu.” Mengzi III B: 2 “Yang besar mau bekerja bagi yang kecil, itu menunjukkan selalu gembira di dalam Tuhan Yang Maha Esa, yang kecil mau bekerja bagi yang besar itu menunjukkan takut akan Tuhan Yang Maha Esa.” “Takut akan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan sepanjang masa.” Mengzi I B: 3 1 | Kelas VIII SMP Renungan ayat ”Aku tidak menggerutu kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak pula menyesali manusia. Aku hanya belajar dari tempat yang rendah ini menuju tinggi. Tuhan Yang Maha Esa lah yang mengenalmengerti diriku.” Lunyu XIV: 35 ”Melihat kebaikan, takut tidak dapat mencapai; melihat ketidakbaikan, merasa sebagai tercelup air mendidih.” ”Menyembunyikan diri memupuk cita, menjalankan kebenaran untuk menempuh Jalan Suci.” Lunyu XVI: 11 ” Yang mengerti belum sebanding dengan yang menyukai, sedang yang menyukai belum sebanding dengan yang dapat merasa gembirabahagia di dalamnya.” Lunyu VI: 20 ” Sungguh bijaksana Hui Dengan hanya sebakul nasi kasar, segayung air, diam di kampung miskin yang bagi orang lain sudah tidak akan tahan; tetapi Hui tidak berubah kegembiraannya.” Lunyu VI: 11 ”Siapakah keluar rumah tidak melalui pintu? Mengapakah orang tidak hidup menempuh Jalan Suci?” Lunyu VI: 17 ”Kalau orang mau mengerti, haruslah merasa puas; kalau orang tidak mau mengerti, harus merasa puas pula” ”Bagaimana agar dapat selalu merasa puas?” ”Junjunglah kebajikan, berbahagialah di dalam kebenaran; dengan demikian akan selalu merasa puas. Maka seorang siswa itu biarpun miskin tidak kehilangan kebenaran, kalau berhasil ia pun tidak mau terpisah dari Jalan Suci. Miskin tidak kehilangan kebenaran, seorang siswa dapat menjaga kehormatan diri. Berhasil tidak mau terpisah dengan Jalan Suci, maka rakyat Pe didika Aga a Kho ghucu da Budi Pekeri u uk SMP kelas VIII| 1 1 tidak sampai kehilangan harapan. Maka orang-orang zaman dahulu, bila berhasil cita-citanya ia dapat memberi faedah bagi rakyat; kalau tidak berhasil cita-citanya ia membina diri memandang dunia. Di kala miskin ia seorang diri menjadikan dirinya baik, di kala berhasil, ia bersama menjadikan dunia baik.” Mengzi VII: 9 ”Pagi mendengar akan Jalan Suci, sore hari mati pun iklas.” Lunyu IV B: 8

F. Hati-HatiCermat Berpikir