3
1.3. Tujuan
1. Menginventarisir sumberdaya genetik tanaman dan ternak pada lahan
pekarangan di Provinsi Bengkulu. 2.
Mengkarakterisasi tanaman dan ternak spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. 3.
Pemeliharaan dan penambahan koleksi tanaman hortikultura spesifik lokasi di Kebun Koleksi BPTP Bengkulu.
1.4. Keluaran
1. Data base kekayaan serta diversitas sumberdaya genetiktanaman dan
ternak pada lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu. 2.
Karakterisasi sumberdaya genetik tanaman dan ternak spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.
3. Terpelihara dan bertambahnya koleksi SDG tanaman hortikultura spesifik
Bengkulu di kebun koleksi BPTP Bengkulu.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak 1.5.1. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperoleh status SDG tanaman lokal di Provinsi Bengkulu, mengetahui daerah distribusi dan status
kelangkaannya.
1.5.2. Dampak
Tersedianya bahan pemuliaan tanaman lokal bagi Badan Litbang pertanian dan semua informasi dasar tersebut akhirnya dapat dipakai sebagai
dasar penelitian lanjutan dalam upaya meningkatkan keragaman aksesi plasma nutfah tanaman yang ada di Provinsi Bengkulu.
4
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Sumber daya genetik atau plasma nutfah adalah bahan tanaman, hewan, jasad renik, yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Sumber daya genetik ini mempunyai nilai baik yang nyata, yaitu telah diwujudkan dalam pemanfaatan, maupun yang masih
pada taraf potensi yaitu yang belum diketahui manfaatnya. Pada tanaman, sumber daya genetik terdapat dalam biji, jaringan, bagian lain tanaman, serta
tanaman muda dan dewasa. Pada hewan atau ternak sumber daya genetik terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewan lainnya, semen, telur, embrio,
hewan hidup, baik yang muda maupun yang dewasa. Sumber daya genetik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalam mengembangkan varietas
baru tanaman atau menghasilkan rumpun baru ternak. Adanya keragaman genetic yang luas di dalam plasma nutfah memberikan peluang yang besar untuk
perbaikan genotip tanaman Sumarno, 2002. Sumber daya genetik dapat terkandung di dalam varietas tradisional dan
varietas mutakhir atau kerabat liarnya. Bahan genetik ini merupakan bahan mentah yang sangat penting bagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan. Bahan
genetik ini merupakan bahan cadangan bagi makhluk untuk penyesuaian genetik dalam mengatasi perubahan kondisi lingkungan yang membahayakan dan
perubahan kondisi ekosistem yang tidak mendukung kehidupan makhluk. Karagaman genetik yang ada dapat berasal dari eksplan atau karena pengaruh
lingkungan Wattimena, 1992. Banyak spesies tanaman di I ndonesia memiliki keanekaragaman sumber daya
genetik tinggi dan persebarannya meliputi berbagai daerah. Setiap daerah di I ndonesia memiliki beberapa sumber daya genetik yang khas, yang sering
berbeda dengan yang ada di daerah lain. Kenyataan ini merupakan suatu potensi yang bernilai tinggi bagi daerah untuk memanfaatkan fenomena ini. Sebagian
dari sumber daya genetik tersebut ada yang telah dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi, tetapi banyak pula di antaranya yang belum
dimanfaatkan sama sekali, sehingga mengalami ancaman kepunahan. Beberapa
plasma nutfah
tanaman yang
pemanfaatannya telah
dikembangkan adalah salak Pondoh Yogyakarta, salak Bali Bali, nenas Bogor Bogor, duren Petruk Semarang, mangga Gedong Gincu Cirebon, beras
5
Rojolele Delanggu, beras Cianjur Cianjur, bareh Solok Solok, dan
sebagainya Anonim, 2007 Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian SDGTPP
merupakan landasan hayati dari ketahanan pangan, yang langsung atau tidak langsung menopang kesejahteraan setiap manusia di muka bumi ini. SDGTPP
mencakup keanekaragaman bahan genetik yang terdapat dalam varietas tradisional maupun varietas unggul yang ditanam petani serta kerabat liar
tanaman budidaya dan spesies tanaman liar yang dapat digunakan untuk pangan, pakan, serat, pakaian, bangunan, energi dan sebagainya. SDGTPP
t er seb ut m er upak an t et ua y ang d apat digun akan u nt uk m er ak it var iet as ungg ul bar u m elalui k eg iat an p em uliaan t an am an at au m elalui
pem an f aat an biot ek n ologi. SDGTPP, yang langsung digunakan oleh petani atau pemulia, merupakan simpanan adaptabilitas genetik yang dapat digunakan
untuk menanggulangi perubahan iklim dan lingkungan yang berbahaya serta perubahan ekonomi. Erosi terhadap SDGTPP dapat mendatangkan ancaman yang
serius terhadap ketahanan pangan dalam jangka panjang, hal ini sering kurang diperhatikan. Dengan demikian pelestarian dan pemanfaatan SDGTPP secara
berkelanjutan sebagai perlindungan terhadap perubahan yang tidak diharapkan di masa depan perlu dilakukan.
Saat ini tingkat pertambahan penduduk 3,7 per tahun, bisa
diperkirakan berapa jumlah penduduk I ndonesia 50 tahun mendatang. Untuk itu diperlukan perbaikanvarietas yang terpercaya dan dapat meningkatkan hasil
secara berkelanjutan guna mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Pelestarian dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan
merupakan kunci perbaikan dalam menghadapi perubahan iklim, untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian, yang pada gilirannya
akan mendukung pembangunan nasional, ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.
Menyadari akan pentingnya SDGTPP, Food and Agriculture Organization of the United Nations FAO telah melaporkan hasil revisi status SDGTPP dunia, di mana di
dalamnya termasuk status SDGTPP I ndonesia. Laporan tersebut menggambarkan situasi terkini SDGTPP pada tingkat dunia maupun tingkat nasional, dan mengidentifikasi
apa yang diperlukan untuk menjamin pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP, yang oleh karenanya meletakkan dasar untuk rancang tindak nasional.
6
Arti penting pelestarian sumberdaya genetik menjadi sangat jelas dan tidak dapat dibantah kebenarannya. Walaupun alasan pentingnya pelestarian
tersebut kadang-kadang masih diperdebatkan dan metode konservasi yang harus diikuti masih menjadi topik hangat yang perlu didiskusikan Zobel and Talbert,
1984. Namun keinginan melestarikan materi genetik untuk keperluan breeding pada saat sekarang dan keperluan untuk mendapatkan jenis tanaman dengan
sifat adaptasi tinggi terhadap lingkungan walaupun sifat tersebut masih belum terlihat kemanfaatannya saat ini, menjadi sangat mendesak untuk dilakukan.
Adapun sifat yang bernilai ekonomi tinggi t ersebut yang hingga kini masih belum dikaji secara intensif, misalnya adalah jenis jenis yang berpotensi untuk
menghasilkan zat bioaktif, penghara industri masa depan, bahan konstruksi, penyerap C02 optimal dan lain sebagainya
.
Jenis tersebut pada kondisi sekarang mengalami ancaman kemusnahan dalam bentuk menyusutnya individu-individu
ataupun populasi jenis target, terisolasinya populasi jenis target menjadi fragmentasi populasi yang berukuran kecil-kecil dan masing masing terpisah satu
dengan lainnya.karena deforestasi, fragmentasi, dan bencana alam. Secara umum konservasi keragaman genetik dapat dilakukan, melalui dua
pendekatan, yaitu secara in- situ dan ex-situ. I n-situ berarti melestarikan pohon dan tegakan pada sebaran alamnya, sedangkan ex-situ adalah melindungi gene
atau gene complexes di kondisi buatan atau setidaknya diluar kondisi alaminya. Sering kali digunakan juga istilah gene bank sebagai pengganti istilah ex-situ ,
bilamana materi konservasi genetik yang dibangun berbentuk koleksi klon yang ada di lapangan„ kebun benih maupun pertanaman Chomchalow, 1985.
Konservasi exsitu termasuk juga didalamnya didalamnya adalah penyimpanan tepungsari pollen dan teknik-teknik I n-vitro seperti kultur jaringan. Mengenai
luasan ideal untuk konservasi in-situ, Hedegrat 1976 dalam Zobel,et al. 1987, mengatakan bahwa hal itu sangat sulit dan hampir tidak mungkin, karena akan
sangat tergantung dari potensi genetik, spesies yang ditangani dan kelimpahannya didalam hutan atau kawasan. Sebagai contoh disarankan bahwa
areal 10 ha dianggap mamadai untuk areal konservasi in situ jati, karena areal tersebut akan dapat mengkonservasi antara 1.000- 6.000 individu dewasa, yang
jumlah ini dianggap cukup besar untuk mewakilii subpopulasi jati terutama untuk Tectona hamiltoniana dan T. philipinensis. Ukuran luasan ini semakin sulit
7
ditentukanuntuk hutan tropis seperti di Amazon, Brazil yang jumlah maupun jenis floranya relatif belum banyak dikenal Davidson, 1983.
Untuk mengantisipasi kebutuhan akan materi genetik jenis hutan tropis pada saat ini Pemerintah I ndonesia juga telah menunjuk Areal Sumber Daya
Genetik dalam dua katagori, yaitu : 1 Tegakan benih yang terletak di hutan produksi tetap, seluas 100 hektar setiap RKL, dan 2 Kawasan Pelestarian
Plasma Nutfah juga terletak di hutan produksi tetap seluas 100 - 300 hektar setiap HPH. Kedua areal tersebut dapat dijadikan sumber benih bagi kegiatan
tanam pengkayaan di areal bekas tebangan Soekotjo, 1999, hanya saja hingga saat ini keberadaan areal perlu diinventarisir dan ditetapkan ulang, demikian pula
cara pengelolaan dan pemanfataannya perlu dikaji lebih lanjut.
8
I I I . METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu
Kegiatan Pengelolaan SDG dilaksanakan di 6 Kabupaten Kota yaitu
Mukomuko, Lebong, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu pada Januari-Desember 2014.
3.2. Bahan dan Alat