Bab VI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
6.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung siswa seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan ketrampilan yang mereka
dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dikarenakan ketrampilan yang diberikan dalam pembelajaran lebih banyak diterima dalam
konteks sekolah daripada konteks kehidupan nyata. Nur dan Wikandari,1998:39. Sementara itu Semiawan dalam Wulandari 2002:1
menyatakan pendapatnya, meskipun para siswa mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu
menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap ke dalam situasi lain. Para siswa memang memiliki sejumlah
pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.
Salah satu faktor penyebab yang mempengaruhi hal tersebut adalah berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah masih
berjalan konvensional dan banyak di dominasi guru. Guru cenderung memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep,
prinsip dan aturan-aturan terkesan saling terisolasi dan kurang bermakna. Banyak pihak merasa tidak puas lagi dengan model pembelajaran
konvensional. Sinaga, 1999:1. Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran matematika, guru
dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan ketrampilan-ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuam mengembangkan,
60
menemukan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa sendiri.Abbas, 2000:3. Dengan kata lain seorang guru diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa dalam matematika.
Leitze dan Mau dalam Abbas 2000:4 mengatakan : guru dapat menggunakan kegiatan pemecahan masalah untuk beberapa tujuan, seperti
meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan mengorganisasikan data, ketrampilan berkomunikasi dan pengambil keputusan yang tepat, dan
membuat hubungan antar topik pada matematika. Jadi tugas guru tidak hanya menuangkan informasi kepada siswa, tetapi mengusahakan agar konsep-
konsep penting tertanam kuat dalam benak siswa. Belajar yang hanya menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa tanpa memaknai
perolehan informasi itu tidak bermakna bagi siswa sehingga perlu alternatif lain pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah
Problem-Based Instruction . Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses pengetahuan yang telah dimiliki dan membantu
siswa membangun sendiri pengetahuan tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Kardi dan Nur, 1999:16. Ibrahim dan Nur 2000:7 mengatakan
pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang mandiri.
Resnick dalam Ibrahim dan Nur 2000:11, mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berdasarkan masalah penting untuk menjembatani dua
kesenjangan antara pembelajaran sekolah formal dan aktivitas mental yang
61
lebih praktis dijumpai di luar sekolah. Pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan aktivitas mental di luar sekolah, seperti mendorong kerjasama
dalam menyelesaikan tugas, mendorong pengamatan dan dialog, melibatkan siswa dalam penyelidikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga 1999:133 pada siswa kelas I SMUN 3 Ambon didapatkan bahwa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah secara signifikan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional
dan pembelajaran berdasarkan masalah efektif dalam mengajarkan bahan kajian Fungsi Kuadrat. Wulandari 2002:36 yang melakukan penelitian pada
siswa kelas I SLTP Raden Rahmat Surabaya menemukan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik
dari hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Dan dapat dikatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah positif dari segi
aktivitas guru dan siswa, kemampuan mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran pada bahan kajian ukuran pemusatan.
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada materi yang berbeda, guna mengetahui apakah
model pembelajaran berdasarkan masalah efektif diterapkan untuk mengajarkan subpokok bahasan jajargenjang dan belahketupat.
Sub pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada siswa kelas II SLTP semester 3. Dalam kehidupan
sehari-hari sering dijumpai bentuk-bentuk segiempat, misalnya jendela, layang-layang, papan rambu lalu lintas, kaca dan sebagainya, sehingga
diharapkan siswa mampu untuk membedakan dan menentukan luas dari
62
masing-masing bentuk bangun tersebut dari masalah-masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah-masalah yang ditemuinya dalam
kehidupan sehari-hari.
6.2 Hakikat Belajar Matematika