Model Pembelajaran Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem-Based

Mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya, melainkan juga berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol dan tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Bruner dalam Hudoyo 1988:43 berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika tersebut. Uraian di atas memberi petunjuk bahwa hakikat belajar matematika merupakan suatu kegiatan mental untuk memahami obyek-obyek dalam struktur matematika serta hubungan-hubungannya sehingga didapatkan pengetahuan baru.

6.3 Model Pembelajaran

Saripuddin dalam Abbas 2000:17 mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Kardi dan Nur 1999:9 menjelaskan bahwa model pembelajaran mempunyai 4 empat ciri khusus, yaitu : rasional teoritis yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, landasan pemikiran tentang bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 64 Arends dalam Abbas 2000:18 menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan setiap model pembelajaran dapat menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran tertentu dapat diterapkan pada materi tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran. Salah satu model pembelajaran yang bertujuan agar siswa memiliki ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran berdasarkan masalah.

6.4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem-Based

Instruction Model pembelajaran berdasarkan masalah PBM merupakan pola pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalaah nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh penggunaan masalah nyata. Model ini tidak dirancang untuk membantu siswa menerima informasi sebanyak-banyaknya, tetapi dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan memecahkan masalah. Selain itu, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Lingkungan belajar dan sistem manajemen pada PBM dicirikan oleh lingkungan kelas yang terbuka dan 65 peranan aktif siswa, sehingga guru dalam PBM ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog dan pemberi fasilitas penelitian. Ibrahim dan Nur, 2000:7. Jadi, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran yang dicirikan penggunaan masalah nyata dan siswa dilibatkan untuk melakukan penyelidikan sehingga mereka mampu menemukan sendiri penyelesaian dari masalah yang diberikan. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah PBM Pengembang pembelajaran berdasarkan masalah seperti Madden, Dollan dan Wasik, Krajcik, Blumenfield, Mark dan Soloway, Slavin, Varderbitl dalam Ibrahim dan Nur 2000:5-7 memerikan model PBM itu memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Pengajuan pertanyaan atau masalah PBM mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata otentik, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends dalam Abbas 2000:23 pertanyaan atau masalah itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Otentik, yaitu masalah didasarkan dan diambil dari kehidupan sehari-hari, sesuai dengan pengalaman siswa dan sesuai dengan prinsip- prinsip akademik. 2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. 66 3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 4. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran telah ditetapkan. 5. Bermanfaat, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskaan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pemilik masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. b. Keterkaitan dengan disiplin ilmu. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan otentik. PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 67 d. Memamerkan hasil kerja. PBM mengajak siswa menyusun dan memamerkan hasil kerja sesuai dengan kemampuannya. Setelah selesai mengerjakan, beberapa kelompok menyajikan hasil kerjanya di depan kelas dan siswa pada kelompok lain memberikan tanggapan, kritik terhadap pemecahan masalah yang disajikan oleh temannya. Dalam hal ini guru mengarahkan, membimbing, memberi petunjuk kepada siswa agar aktivitas siswa menjadi terarah. e. Kerjasama Kolaborasi PBM dicirikan dengan kerjasama antar siswa dalam satu kelompok kecil. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks dapat meningkatkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan sosial. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Arends dalam Ibrahim dan Nur 2000:13 menjelaskan pengelolaan PBM mengikuti 5 lima langkah pokok yang diawali dengan orientasi siswa pada masalah dan diakhiri dengan menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut disajikan pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Lima Langkah Pokok Pembelajaran Berdasarkan Masalah Langkah Kegiatan Guru Langkah-1 Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Langkah-2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 68 Langkah-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Langkah-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Langkah-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

6.5 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah