Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Langkah-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Langkah-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Langkah-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

6.5 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Teori yang mendukung PBM salah satunya adalah teori konstruktivisme. Von Glasersferd dan Matthew dalam Suparno 1997:18 menjelaskan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan seseorang merupakan konstruksi diri mereka sendiri. Dalam pembelajaran, teori konstruktivis memandang siswa secara terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan 69 aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Teori ini menganjurkan peranan aktif siswa. Karena penekanannya pada siswa sebagai siswa yang aktif, starategi konstruktivis sering disebut pengajaran berpusat pada siswa student-centered instruction. Di dalam kelas yang berpusat pada siswa peran guru bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas melainkan membantu siswa menemukan informasi-informasi penting bagi siswa. Nur dan Wikandari, 1998:3. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan dengan bantuan guru ketrampilan- ketrampilan dasar yang diperlukan. Di dalam pengajaran top-down, siswa mulai dengan suatu tugas yang kompleks, lengkap dan otentik. Otentik artinya bahwa tugas-tugas itu bukan merupakan bagian atau penyederhanaan dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, melainkan tugas itu merupakan tugas yang sebenarnya. Sedangkan di dalam pengajaran bottom-up, ketrampilan-ketrampilan dasar secara bertahap dilatihkan kepada siswa untuk mewujudkan ketrampilan-ketrampilan yang kompleks. Nur dan Wikandari, 1998:6. Teori-teori pembelajaran yang mendasarkan pada pandangan konstruktivis antara lain adalah teori Piaget, teori Vygotsky, teori Ausubel, dan teori Bruner. a. Teori Piaget Piaget adalah salah seorang pioner konstruktivis. Piaget dalam Hudoyo 1988:45, menyatakan bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak 70 berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi semua orang, namun usia kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir lebih tinggi berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu. Piaget dalam Suparno 1997:47 menyebutkan bahwa perkembangan struktur kognitif hanya berjalan bila anak mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam lingkungannya. Ini terjadi mugkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan tertentu sehingga ia bisa berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir. Piaget dalam Ibrahim dan Nur 2000:17, mengatakan bahwa pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Pembelajaran yang baik harus melibatkan pemberian anak dengan situasi-situasi sehingga anak dapat mandiri melakukan eksperimen, mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya. Selain itu, juga mencocokkan apa yang ia temukan pada suatu saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain, membandingkan temuan-temuannya dengan temuan anak lain. Pemanfaatan teori Piaget dalam PBM adalah guru memusatkan pada proses berpikir anak atau proses mental anak lebih utama daripada sekedar hasil. Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk perkembangan intelektualnya. b. Teori Vygotsky Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek dan penemuan. 71 Karpov dalam Nur dan Wikandari, 1998:3. Nur dan Wikandari 1998:3-5, menyebutkan bahwa ada empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori- teorinya, antara lain : 1. Menekankan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebaya lebih mampu memacu terbentukanya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektualnya siswa. 2. Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Anak sedang bekeja di dalam zona perkembangan terdekat mereka pada saat mereka terlibat dalam tugas- tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri tetapi dapat menyelesaikannya bila dibantu oleh teman sebaya atau orang dewasa. 3. Menekankan pada pemagangan kognitif Gardner dalam Nur dan Wikandari, 1988:40. Istilah ini mengacu kepada proses ketika seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar. Pakar itu bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai permasalahannya. Mengajar siswa di kelas adalah suatu bentuk pemagangan. Penganut teori konstruktivis menganjurkan penggunaan model pembelajaran melibatkan aktivitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan melibatkannya dalam kelompok pembelajaran heterogen di mana siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks tersebut. 4. Menekankan pada scaffolding sebagai satu hal yang penting dalam pemikiran teori konstruktivis modern. Interpretasi terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistik 72 dan kemudian diberi bantuan secukupnya untuk menghasilkan tugas-tugas ini. Pemanfaatan dari teori Vygotsky dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar, kemudian menciptakan suasana kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka dan memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan kepada siswa untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah. c. Teori belajar Ausubel Menurut Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno 1997:53-54, ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna meaningfull learning dan belajar menghapal rote learning. Belajar bermakna adalah suatu proses belajar yang menghubungkan informasi baru dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang belajar. Belajar bermakna terjadi jika pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep. Jika pengetahuan baru tidak dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada, maka pengetahuan baru itu akan dipelajari melalui belajar hafalan. Hal ini disebabkan pengetahuan yang baru tidak diasosiasikan dengan pengetahuan yang ada. Dukungan penting teori belajar bermakana Ausubel pada PBM adalah dalam hal menghubungkan pengetahuan yang sudah dipunyai siswa dengan masalah yang akan diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa harus mampu menghubungkan pengetahuan yang ia miliki dengan permasalahan yang dihadapi. Bila pengetahuan atau konsep yang dimiliki siswa belum dapat digunakan untuk memecahkan masalah maka guru perlu membimbing siswa untuk menemukan konsep tersebut. 73 Dengan demikian siswa akan mampu memecahkan masalah yang diajukan apabila ia cukup memiliki pengetahuan yang terkait dengan masalah itu sehingga pengetahuan baru yang didapatkan akan lebih bermakna. d.Teori Bruner Jerome Bruner merupakan ahli psikologi yang menganjurkan pembelajaran dengan penemuan. Pembelajaran dengan penemuan merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi pendidikan Nur dan Wikandari, 1998:7. Pembelajaran penemuan merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Dalam pembelajaran tersebut siswa perlu aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan. Ibrahim dan Nur, 2000:20-21. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: memacu keingintahuan siswa, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka menemukan jawaban, dan belajar memecahkan masalah secara mandiri serta melatih ketrampilan berpikir kritis. Hal tersebut terjadi, karena mereka harus selalu menganalisis dan memanipulasi informasi. Kaitan antara pembelajaran penemuan dan PBM sangat jelas. Pada kedua model ini guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Guru yang menganut teori Bruner harus menjadikan siswa mampu mandiri. Guru mendorong siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri atau memecahkan masalah secara berkelompok, sehingga 74 siswa akan mendapat keuntungan jika mereka dapat “ melihat “ dan “melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah.

6.6 Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah