kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode pubertas dan diiringi dengan perkembangan seksual.Remaja juga mengalami perubahan yang mencakup
perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku.Kondisi ini menyebabkan remaja rentan terhadap masalah perilaku
beresiko dalam penularan HIVAIDS Soetjiningsih, 2004. Fakta menyebutkan bahwa 15 remaja sudah melakukan hubungan seks di luar nikahseks bebas dan
60 dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan berusia 24 tahun atau kurang Saifuddin dkk, 2010.
Salah satu cara penularan HIVAIDS adalah dengan adanya hubungan seks dengan penderita HIVAIDS. Penularan melalui hubungan seksual terhitung 75-
85 dari hampir 28 juta orang yang terinfeksi HIV Royce et al, 1997.Mengurangi resiko terjadinya penularan HIVAIDS salah satunya adalah
penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual.Pada penelitian Davis dan Weller 1999 menyimpulkan penggunaan kondom secara konsisten dan
benar mempunyai kemampuan mencegah transmisi HIV sebesar 87. Akan tetapi pengetahuan tentang fungsi kondom sangat diperlukan agar seseorang mempunyai
kesadaran akan sikap untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual untuk mencegah penularan HIVAIDS.
Berdasarkan uraian diatas, saya ingin mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara
angkatan 2010 tentang pentingnya peranan kondom dalam mencegah penularan HIVAIDS.
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah karena semakin tingginya kasus HIVAIDS di dunia dan fakta bahwa remaja rentan
terhadap masalah perilaku beresiko dalam penularan HIVAIDS serta pentingnya kondom dalam mencegah penularan penyakit tersebut. Untuk itu perlu diketahui
tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang peranan kondom dalam mencegah penularan HIVAIDS.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang peranan kondom terhadap
pencegahan penularan HIVAIDS.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang peranan kondom terhadap
pencegahan penularan HIVAIDS. b. Untuk mengetahui sikap mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera
Utara angkatan 2010 tentang peranan kondom terhadap pencegahan penularan HIVAIDS.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Menjadi masukan bagi masyarakat luas tentang peranan kondom terhadap
pencegahan penularan HIVAIDS. b. Menjadi masukan berupa pengetahuan tentang peranan kondom terhadap
pencegahan penularan HIVAIDS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
c. Menjadi pengalaman dan menambah wawasan peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIV-AIDS 2.1.1. Definisi
HIV Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.HIV menyerang sel CD4 yaitu salah satu jenis sel darah putih
dalam tubuh.Dengan semakin sedikitnya sel CD4, kemampuan sistem kekebalan yang melindungi tubuh dari infeksi juga semakin rendah Spritia, 2009.
AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome, adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak
oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang
bersifat oportunistik Budimulja dan Daili, 2008.
2.1.2.Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan Perancis Institute Pasteur, Paris 1983, yang
mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus LAV. Gallo
National Institute of Health, USA 1984 menemukan virus HTL-III Human T Lymphotropic Virus yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih
lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses 1986 WHO
memberikan nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1
secara genetik maupun antigenik. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1 Duarsa, 2011.
HIV adalah retrovirus yang mampu mengkode enzim khusus, reverse transcriptase, yang memungkinkan DNA ditranskripsikan dari RNA. Sehingga
HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA, di dalam sel inang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hospes seperti limfosit helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus HIV
pada sel inang ini merupakan rintangan berat untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia sebagai hospes
untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV Murtiastutik, 2008.
2.1.3.Patogenesis
HIV masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan sekret vagina.HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi
genetik RNA. Bilamana virus masuk ke dalam tubuh penderita sel hospes, maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcyptase yang dimiliki
oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
HIV cenderung menyerang sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh.Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag.Virus yang masuk ke dalam limfosit T4
kemudian mengadakan replikasi menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
HIV juga mempunyai sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi maupun pertumbuhan virus yang baru. Salah satu gen tersebut ialah tat yang dapat
mempercepat replikasi virus sedemikian hebatnya sehingga terjadi penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran yang akhirnya menyebabkan sistem kekebalan
tubuh menjadi lumpuh Duarsa, 2011.
2.1.4. Tanda dan Gejala
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun, dapat terlihat sehat dari luar dan biasanya tidak mengetahui bahwa
dirinya sudah terinfeksi HIV.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gejala awal infeksi HIV sama dengan gejala serangan penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti: demam tinggi, malaise, flu, radang tenggorokan,
sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal, sangat lelah dan terasa meriang. Setelah beberapa hari sampai sekitar dua minggu kemudian gejalanya hilang dan masuk
ke fase laten fase tenang disebut juga fase inkubasi. Beberapa tahun sampai sepuluh tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagai penderita AIDS
Miedzinski, 1992. Tanda dan gejala AIDS yang utama diantaranya: diare kronis yang tidak
jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari 1 minggu, berat badan menurun drastis, dan demam tinggi lebih dari 1 bulan. AIDS juga memiliki gejala tambahan
berupa infeksi yang tidak kunjung sembuh pada mulut dan kerongkongan; kelainan kulit dan iritasi gatal; pembesaran kelenjar getah bening di seluruh
tubuh seperti di bawah telinga, leher, ketiak, lipat paha; pucat dan lemah; gusi sering berdarah; depresi; hilang daya ingat; dan berkeringat waktu malam hari
National Institute of Health, 2009.
2.1.5. Penularan Infeksi HIV
Menurut Nettleman 2013, proses penularan HIV bisa terjadi dengan beberapa cara :
1. Melalui hubungan seksual yang tidak aman dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
2. Melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan cairan dari orang yang terinfeksi HIV.
3. Penularan dari ibu yang menderita HIV ke anaknya sewaktu kehamilan, persalinan, maupun menyusui.
Ibu yang terinfeksi HIV juga menghasilkan air susu ibu ASI yang mengandung virus HIV yang dapat menginfeksi bayi.
Ibu yang telah menderita HIV sebelum atau selama kehamilan mempunyai resiko untuk menginfeksi bayi melalui pemberian ASI
sekitar 15.Jika ibu menderita HIV setelah melahirkan, maka ibu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai resiko untuk menginfeksi bayi melalui pemberian ASI sekitar 29 WHO, 2007.
4. Mendapat transfusi darah yang telah terkontaminasi HIV. 5. Melalui transplantasi organ atau jaringan dari penderita HIV.
HIV tidak dapat ditularkan melalui cairan tubuh lainnya seperti air liur, air mata. HIV juga tidak dapat ditularkan hanya dengan berjabat tangan, pelukan,
ciuman di bibir, kontak sosial sehari-hari sewaktu kerja, di sekolah , atau dimanapun, air atau udara misalnya bersin, batuk, berenang di kolam bersama
penderita HIV, barang-barang seperti handuk, pakaian, sabun dan serangga seperti gigitan nyamuk atau serangga lainnya PubMed Health, 2012.
2.1.6. Pencegahan Penularan HIVAIDS
Pencegahan HIVAIDS berdasarkan PubMed Health 2012 dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
1. Pencegahan dalam hubungan seksual dapat dilakukan dengan mengadakan hubungan seksual dengan jumlah pasangan yang terbatas,
memilih pasangan seksual yang mempunyai risiko rendah terhadap infeksi HIV, dan mempraktikkan seks yang aman yakni menggunakan
kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seksual.
2. Pencegahan penularan melalui darah dapat dilakukan dengan menghindari transfusi darah yang tidak jelas asalnya, sebaiknya
dilakukan skrining setiap donor darah yang akan menyumbangkan darahnya dengan memeriksa darah tersebut terhadap antibodi HIV.
Selain itu, hindari pemakaian jarum bersama seperti jarum suntik, tindik, tato atau alat lain yang dapat melukai kulit. Penggunaan alat
suntik dalam sistem pelayanan kesehatan juga perlu mendapatkan pengawasan ketat agar setiap alat suntik dan alat lainnya yang
dipergunakan selalu dalam keadaan steril. Petugas kesehatan yang merawat penderita AIDS hendaknya mengikuti universal precaution
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seperti memakai pakaian pelindung, masker, dan kacamata. Semua petugas kesehatan diharapkan berhati-hati dan waspada untuk
mencegah terjadinya kontak langsung dengan darah penderita. 3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak dapat dilakukan dengan cara
antara lain sewaktu hamil dengan mengkonsumsi obat antiretroviral ARV, dan pada saat menyusui menghindari pemberian ASI yakni
dengan memberikan susu formula.
2.2. Kondom 2.2.1.Pengertian