Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dengan Tindakan terhadap HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

(1)

(2)

(3)

(4)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN ABSTRAK

AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat merusakan sistem imun manusia dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik. Sumatera Utara menduduki peringkat ke-9 di Indonesia dan Kota Medan sendiri memiliki kasus HIV/AIDS terbanyak di Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa dengan tindakan terhadap HIV/AIDS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Uji statistik chi-square telah digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variable tersebut.

Dari 86 orang mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapati 65.1% mempunyai tingkat pengetahuan baik di mana pengetahuan baik adalah tertinggi pada laki-laki sebesar 33.7%. Bagi sikap, 88.4% mempunyai sikap yang baik di mana proporsi laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu sebesar 44.2%. Bagi tindakan, 95.3% mempunyai tindakan baik di mana proporsi perempuan adalah tinggi sebesar 48.8%. Hasil uji chi square menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.029 dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.090.

Diharapkan mahasiswa FK USU lebih banyak mencari dan membaca informasi mengenai HIV/AIDS dan pihak universitas diharapkan mengadakan seminar dan ceramah bagi mahasiswa untuk memperluas pengetahuan dan membentuk sikap yang baik serta mewajibkan mahasiswa mengikuti ceramah tersebut.


(5)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ANDATTITUDE OF STUDENTS WITH BEHAVIOURAL TOWARDS HIV/AIDS IN MEDICAL

FACULTY OF UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA,MEDAN ABSTRACT

AIDS is a disease caused by the infection of Human Immunodefiency Virus (HIV), which can damage the human immnune system and increase susceptibility to opportunistic infection. North Sumatra is in the 9th ranking in Indonesia for HIV/AIDS cases. Medan City itself has the highest cases of HIV/AIDS in North Sumatra.

This study was conducted to determine the relationship between knowledge and attitude of USU medical students with behavioral towards HIV/AIDS. This is a descriptive analytic study with cross sectional study design. Samples were taken by using simple random sampling technique. Chi square test was used to determine the relationship between these two variables.

Out of 86 students who were respondents in this study,65.1% has a good level of knowledge where it is highest in males at 33.7%. For attitude, 88.4% has a good attitude in which the proportion of males and females are equal at 44.2%. For behavioural, 95.3% has good behavioural, where the female proportion is higher by 48.8%. The results of chi square test shows there is no relationship between the level of knowledge with attitudes in USU medical students towards HIV/AIDS with a p-value = 0.029 and there is no relationship between the level of knowledge with behavioural in USU medical students with a p-value = 0.090.

USU medical students are expected to do more searching and reading about HIV/AIDS and the university is expected to hold seminars and lectures for students to expand their knowledge and form a good attitude and make sure students follow the programs.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dengan Tindakan terhadap HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk ini penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr.Yuki Yunanda, M.Kes, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak mmeberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesai dengan baik.

3. Kedua orang tua penulis, yang mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Teman sejawat penulis atas masukan dan bantuan dalam pengambilan data.

5. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoha Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang mebangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 12 Desember 2014 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... L atar Belakang... 1

1.2 ... R umusan Masalah ... 4

1.3 ... T ujuan Penelitian ... 4

1.4 ... M anfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 HIV/AIDS ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Struktur HIV ... 5

2.1.3 Cara Penularan ... 6

2.1.4 Faktor Resiko ... 7

2.1.5 Patogenesis dan Gejala Klinis ... 8

2.1.6 Diagnosis ... 10

2.1.7 Penatalaksanaan ... 11

2.1.8 Pencegahan ... 13

2.2 Pengetahuan ... 14

2.2.1 Definisi ... 14

2.2.2 Tingkat Pengetahuan ... 14

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 16

2.3 Sikap ... 17

2.3.1 Definisi Sikap ... 17

2.3.2 Komponen Sikap ... 17

2.3.3 Tingkatan Sikap ... 18

2.4 Tindakan (Praktik) ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1 Kerangka Konsep ... 20

3.2 Definisi Operasional Penelitian ... 20

3.2.1 Pengetahuan ... 20


(8)

3.2.3 Tindakan ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Jenis Penelitian ... 22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.3.1 Populasi Penelitian ... 22

4.3.2 Sampel Penelitian ... 22

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

4.6 Pengolahan Data... 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 25

5.3 Hasi Analisa Data ... 26

5.3.1 Pengetahuan ... 26

5.3.2 Sikap ... 28

5.3.3 Tindakan ... 30

5.3.4 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan sikap terhadap HIV/AIDS ... 32

5.3.5 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan tindakan terhadap HIV/AIDS ... 32

5.4 Pembahasan ... 33

5.4.1 Tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap HIV/AIDS ... 33

5.4.2 Sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS ... 33

5.4.3 Tindakan mahasiswa terhadap HIV/AIDS ... 34

5.4.4 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan sikap terhadap HIV/AIDS ... 35

5.4.5 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan sikap terhadap HIV/AIDS ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi Jumlah Karakteristik responden berdasarkan

Jenis kelamin ... 25

5.2 Distribusi Frekuensi jawaban responden tentang pengetahuan... 26

5.3 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS... 27

5.4 Distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin... 27

5.5 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang sikap... 28

5.6 Distribusi sikap mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS... 29

5.7 Distribusi sikap berdasarkan jenis kelamin... 29

5.8 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang tindakan... 30

5.9 Distribusi tindakan mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS... 31

6.0 Distribusi tindakan berdasarkan jenis kelamin... 31

6.1 Tabel silang pengetahuan dengan sikap... 32


(11)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

ART : Antiretroviral Therapy

CD4 : Cluster of Differentiation 4

DNA : Deoxyribonucleic Acid

EIA : Enzyme Immunoassay

ELISA : Enzyme- Linked Immunoabsorbent Assay HART : Highly Active Antiretroviral Theraphy

HIV : Human Immunodeficiency Virus

NNRTI : Non-Nucleoside Reverse Transcriptase

NRTI : Nucleoside/ Nucleotide Reverse Transcriptase

ODHA : Orang dengan HIV/AIDS

PI : Protease Inhibitor


(12)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN ABSTRAK

AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat merusakan sistem imun manusia dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik. Sumatera Utara menduduki peringkat ke-9 di Indonesia dan Kota Medan sendiri memiliki kasus HIV/AIDS terbanyak di Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa dengan tindakan terhadap HIV/AIDS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Uji statistik chi-square telah digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variable tersebut.

Dari 86 orang mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapati 65.1% mempunyai tingkat pengetahuan baik di mana pengetahuan baik adalah tertinggi pada laki-laki sebesar 33.7%. Bagi sikap, 88.4% mempunyai sikap yang baik di mana proporsi laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu sebesar 44.2%. Bagi tindakan, 95.3% mempunyai tindakan baik di mana proporsi perempuan adalah tinggi sebesar 48.8%. Hasil uji chi square menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.029 dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.090.

Diharapkan mahasiswa FK USU lebih banyak mencari dan membaca informasi mengenai HIV/AIDS dan pihak universitas diharapkan mengadakan seminar dan ceramah bagi mahasiswa untuk memperluas pengetahuan dan membentuk sikap yang baik serta mewajibkan mahasiswa mengikuti ceramah tersebut.


(13)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ANDATTITUDE OF STUDENTS WITH BEHAVIOURAL TOWARDS HIV/AIDS IN MEDICAL

FACULTY OF UNIVERSITY OF SUMATRA UTARA,MEDAN ABSTRACT

AIDS is a disease caused by the infection of Human Immunodefiency Virus (HIV), which can damage the human immnune system and increase susceptibility to opportunistic infection. North Sumatra is in the 9th ranking in Indonesia for HIV/AIDS cases. Medan City itself has the highest cases of HIV/AIDS in North Sumatra.

This study was conducted to determine the relationship between knowledge and attitude of USU medical students with behavioral towards HIV/AIDS. This is a descriptive analytic study with cross sectional study design. Samples were taken by using simple random sampling technique. Chi square test was used to determine the relationship between these two variables.

Out of 86 students who were respondents in this study,65.1% has a good level of knowledge where it is highest in males at 33.7%. For attitude, 88.4% has a good attitude in which the proportion of males and females are equal at 44.2%. For behavioural, 95.3% has good behavioural, where the female proportion is higher by 48.8%. The results of chi square test shows there is no relationship between the level of knowledge with attitudes in USU medical students towards HIV/AIDS with a p-value = 0.029 and there is no relationship between the level of knowledge with behavioural in USU medical students with a p-value = 0.090.

USU medical students are expected to do more searching and reading about HIV/AIDS and the university is expected to hold seminars and lectures for students to expand their knowledge and form a good attitude and make sure students follow the programs.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV merusakan sistem imun manusia sehingga efektivitas sistem imun tubuh melemah dan menyebabkan meningkatnya kerentanan penderita terhadap infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis (Robbins dan Cotran, 2010). AIDS adalah tahap terakhir dari infeksi HIV, di mana tubuh manusia tidak dapat lagi melawan infeksi hingga dapat mengancam nyawa. Hingga saat ini tidak ada negara yang bebas dari HIV. Penyakit yang ditemukan di awal 1980-an ini memberikan dampak negatif pada kesehatan, sosial, ekonomi dan negara hingga saat ini dan mendapat perhatian masyarakat dunia.

Menurut World Health Organization (WHO), sejak dari awal epidemi hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal karena HIV. Secara global, 35.3 juta orang yang hidup dengan HIV dan 1.6 juta orang meninggal dunia akibat AIDS sampai akhir tahun 2012. Diperkirakan 0,8% orang dewasa usia antara 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV, meskipun beban epidemik bervariasi antara negara dan wilayah. Sub-Sahara Afrika masih dampak pada tahap yang parah, dengan hampir 1 dari 20 orang dewasa (4.7%) yang hidup dengan HIV dan terhitung 71% dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Secara urutan, setelah kawasan Sub-Sahara Afrika, prevalensi orang yang hidup dengan HIV di Selatan dan Asia Tenggara adalah 3.9 juta orang, di Latin Amerika 1.5 juta orang, di Amerika Utara, Eropa Timur dan Asia Tengah 1.3 juta orang, di Asia Timur 880.000 orang, di Eropa Barat dan Tengah 860.000 orang, di Timur Tengah dan Afrika Utara 260.000 orang, di Carribean 250.000 orang dan di kawasan Oceania 51.000 orang (UNAIDS, 2013).

Menurut the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS,2012), diperkirakan 12 negara mencapai lebih dari 90% dari orang yang


(15)

hidup dengan HIV dan lebih dari 90% infeksi HIV baru di Asia dan Pasifik yaitu di negara Kamboja, Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua Nagini, Filipina, Thailand dan Vietnam. Di bawah WHO guidelines tahun 2010, cakupan pengobatan secara keseluruhan adalah 51% di Asia dan Pasifik dengan peningkatan 46% sejak tahun 2009. Kematian karena AIDS di seluruh wilayah telah menurun 18% sejak tahun 2005 menjadi sekitar 270.000 di tahun 2012. Hasilnya, kebanyakan dari 4,9 juta orang yang hidup dengan HIV, jumlah kematiannya menurun tetapi dengan kondisi kronis dikelola. Dalam lima tahun terakhir, bagaimanapun jumlah keseluruhan infeksi baru sebagian besarnya tetap tidak berubah. Muncul epidemi jelas dalam beberapa negara. Sebagai contoh, antara tahun 2001 dan 2012, infeksi HIV baru meningkat 2,6 kali di Indonesia dengan jumlah penderita HIV di tahun 2001 adalah 29,000 dan di 2012 adalah 76 000, manakala di Pakistan telah terjadi peningkatan drastik delapan kali lipat dengan jumlah 2,300 orang pada tahun 2001 ke 19,000 orang di tahun 2012 dan di Filipina lebih dari 2 kali lipat dengan jumlah orang <1000 di tahun 2001 ke 1,800 orang di tahun 2012. Jumlah orang yang hidup dengan HIV di Asia dan Pasifik pada tahun 2012 adalah 4,734.000 dan Indonesia menempati tempat ketiga dengan jumlah orang sebanyak 610.000.

Di Indonesia sendiri, AIDS pertama kali ditemukan pada seorang Wisatawan Belanda pada April 1987, kebetulan seorang gay yang akhirnya meninggal di sebuah rumah sakit di Denpasar Bali (Novika Marashanti, 2012). Menurut United Nations Development Programme Indonesia (UNDP), sejajar dengan insidensi HIV, Indonesia dikenal sebagai negara dengan “concentrated” epidemi karena populasinya yang cukup tinggi pada kelompok tertentu, di mana populasi yang berisiko tinggi menunjukan tingkat infeksi di atas 5%. Pada tahun 2013, Ditjen PP dan PL Kemenkes RI telah melaporkan pada 1 Januari hingga 31 Desember 2013, jumlah kasus HIV adalah 29.037 dan jumlah kasus AIDS adalah 5,608. Secara kumulatif telah dilaporkan dari 1 April 1987 hingga 31 Desember 2013, jumlah kasus HIV adalah 127.416 dan jumlah kasus AIDS adalah 52.348 dan sekitar 9.585 orang telah meninggal dunia. Pada tahun 2013 sendiri, dilaporkan kelompok dengan resiko tertinggi terhadap AIDS adalah heteroseksual


(16)

dengan jumlah 32.719 kasus diikuti homo-biseksual dengan jumlah 1.274 kasus, transfusi darah dengan jumlah 123 kasus, transmisi perinatal dengan jumlah 1.438 kasus dan faktor risiko yang tidak diketahui 7.954 kasus. Proporsi terbesar yaitu dengan jumlah 17.892 kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu 20-29 tahun dan jumlah AIDS pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan dengan 28.846 kasus pada laki dan 15.565 kasus pada perempuan.

Pada tahun 2010, jumlah kasus baru untuk HIV (+) adalah 171 kasus dan AIDS sebanyak 468 kasus. Pada tahun 2011, kasus HIV/AIDS meningkat sebanyak 3.237. Pada tahun 2012, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat tajam menjadi 6.430 kasus dengan rincian, 2.189 kasus HIV dan 4.241 kasus AIDS. Peningkatan kasus yang terjadi setelah tahun 2000 merupakan upaya membongkar fenomena gunung es “iceberg phenomena” yaitu jumlah kasus yang ditemukan lebih sedikit dari jumlah sebenarnya di dalam populasi. Sumatera Utara menduduki peringkat ke-9 dari 33 provinsi di Indonesia, di mana terdapat 7.967 kasus HIV dan 1301 kasus AIDS dan 726 kematian pada tahun 2013 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2013). Kota Medan memiliki kasus AIDS yang terbanyak di Sumatera Utara dengan jumlah sebanyak 506 kasus atau sekitar 34,56% (Depkes RI, 2012).

Setiap tahun di Indonesia kasus HIV/AIDS pada remaja telah mendapat perhatian karena proporsi kasus AIDS tertinggi ada pada kelompok umur 20-29 tahun dimana pada kelompok tersebut sebagian termasuk kelompok remaja yaitu umur 15-24 tahun (Vincent, 2010). Menurut WHO dan UNAIDS remaja jauh lebih rentan terhadap infeksi HIV sebagai akibat kurangya informasi kesehatan yang benar, perilaku yang berisiko dan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai (Thanavanh, 2010). Ini juga termasuk mahasiswa yang berpindah ke kota atau daerah lain setelah tamat SMA untuk melanjutkan studi mereka. Mahasiswa muda ini yang jauh dari keluarganya selama bertahun-tahun atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orang tuanya pada suatu waktu kemungkinan akan melakukan seks bebas dan mengambil narkoba. Selain itu, kebelakangan ini kasus sex bebas dan pengambilan narkoba dalam kalangan mahasiswa semakin meningkat. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian di fakultas kedokteran karena dari komunikasi dengan teman, peneliti


(17)

mengetahui mengenai mahasiswa kedokteran melakukan hubungan seksual yang tidak aman dan konsumsi narkoba.

Sebagai mahasiswa kedokteran, seharusnya telah mengetahui konsekuensi hubungan sex bebas dan konsumsi narkoba yang salah satunya dapat menyebabkan terjadinya penyakit HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap HIV/AIDS.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang HIV/AIDS. 2. Mengetahui sikap mahasiswa tentang HIV/AIDS.

3. Mengetahui tindakan yang dilakukan mahasiswa tentang HIV/AIDS. 4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa FK USU.

2. Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya berkenaan topik peneliti dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi.

3. Bagi peneliti dapat menambahkan ilmu peneliti tentang topik penelitian dan mengembangkan kemampuan dalam bidang peneliti.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIV/AIDS

2.1.1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh yaitu sel CD+4, sel T dan makrofag, menghancurkan atau merusak fungsinya. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV yang dicirikan dengan jumlah CD4 kurang dari 200. AIDS bukan suatu penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons.

2.1.2. Struktur HIV

HIV adalah nontransforming retrovirus manusia yang tergolong dari famili Lentivirus. Antara virus lain yang termasuk dalam kelompok ini adalah Feline Immunodeficiency Virus, Simian Immunodeficiency Virus, Visna Virus of Sheep, Bovine Immunodeficiency Virus dan Equine Infectious Anemia Virus. Dua bentuk genetik berbeda tetapi terkait HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2 telah diisolasi dari pasien dengan AIDS. Epidemi HIV secara global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 tidak terlalu luas penyebarannya, hanya terdapat di Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang mempunyai hubungan erat dengan Afrika Barat (Robbins and Cotran, 2010).

HIV-1 virion berbentuk sferis dan mengandungi elektron padat, inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase, dan integrase. Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein yang dinamakan p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua


(19)

glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp 41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein matur. Genom virus HIV-1 RNA berisi gen gag, pol, dan env, yang khas dari retrovirus dan gen tersebut mengkode protein virus. Selain tiga gen retroviral standard ini, HIV berisi beberapa gen aksesori yang lain yaitu gen tat, rev, vif, nef, vpr, dan vpu yang mengatur sintesis dan perakitan partikel virus menular dan patogenisitas virus.

Gambar 2.1. Struktur HIV-1 Virion (Robbins dan Cotran, 2010)

2.1.3. Cara penularan

Virus ini hanya dapat ditularkan kepada seseorang melalui cairan darah, semen, cairan vagina, cairan rektal dan ASI dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak. Cairan ini harus datang dalam kontak dengan membran mukosa atau jaringan yang rusak atau langsung disuntikan ke dalam aliran darah seperti dari jarum suntik (CDC, 2014).

Penularan HIV yang utama adalah melalui :


(20)

“Multiple partners” atau memiliki infeksi menular seksual lain dapat meningkatkan resiko infeksi saat hubungan seksual.

• Penggunaan jarum suntik secara bergantian. Penularan HIV yang jarang adalah melalui:

• Penularan melalui ibu yang terinfeksi HIV. HIV dapat ditularkan dari ibu kepada anak saat mengandung, saat melahirkan dan pemberian ASI.

• Menerima transfusi darah atau transplantasi organ yang terkontaminasi dengan HIV.

• Makan makanan yang telah dikunyah oleh orang yang terinfeksi HIV.

• Digigit oleh orang yang terinfeksi HIV. Penularan melibatkan trauma berat dengan kerusakan jaringan yang luas dan adanya darah. Tidak ada resiko penularan jika kulit tidak rusak.

“Oral sex” menggunakan mulut dan proses ejakulasi pada mulut dari orang yang terinfeksi HIV.

• Kontak antara kulit rusak, luka atau selaput lendir dan darah yang terinfeksi HIV atau cairan tubuh darah yang terkontaminasi.

“Open- mouth kissing” jika orang dengan HIV memiliki luka atau gusi berdarah.

• Tato atau “body piercing” jika jarum tidak diganti. HIV tidak ditransmisi melalui :

• Kontak kasual seperti berjabat tangan, memeluk, penggunaan kamar mandi yang sama, penggunaan piring dan gelas yang sama dan “social kissing” ( berciuman sambil mulut tertutup).

• Udara

• Air liur dan air mata

• Gigitan serangga misalnya nyamuk • Makanan dan Minuman


(21)

2.1.4. Faktor Resiko

Lima kelompok dewasa telah diidentifikasi mempunyai faktor resiko untuk mengembangkan AIDS (Robbins and Cotran, 2010) :

• Kelompok homoseksual atau biseksual • Kelompok penyalahguna narkoba intravena • Kelompok haemophiliacs

• Kelompok penerima darah dan komponen darah • Kelompok heteroseksual

2.1.5. Patogenesis dan Gejala Klinis

Meskipun berbagai sel dapat menjadi target dari HIV, namun ada dua target utama infeksi HIV yaitu sistem imunitas tubuh dan sistem saraf pusat. Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 akan kemudiannya masuk ke sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada permukaan virus.

Molekul CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T helper, namun sel lain seperti makrofag dan sel dendritik dapat juga terinfeksi HIV dengan kombinasi virus-antibodi. Partikel virus yang terinfeksi akan terbentuk pada saat sel limfosit T teraktivasi. Aktivasi sel T CD4+ akan mengakibatkan aktivasi provirus. Karena protein virus dibentuk dalam sel hospes, maka membran plasma sel hospes akan disisipi oleh glikoprotein virus yaitu gp 41 dan gp 120. RNA virus dan protein akan membentuk membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodifikasi dengan glikoprotein virus, membentuk selubung virus dalam proses yang dikenal “budding”.

Menurut CDC ( Centre for Disease Control) fase perjalanan infeksi HIV dapat dibagi kepada tiga tahap yaitu:

1. Tahap infeksi akut HIV

Dalam waktu 2- 4 minggu setelah terinfeksi virus HIV, kebanyakan tapi tidak semua orang mengalami gejala mirip flu yang digambarkan “worst flu ever. Fase ini terdapat pada 40-90% kasus yang merupakan keadaan klinis yang bersifat


(22)

sementara yang berhubungan dengan replikasi virus pada stadium tinggi dan ekspansi virus pada respon imun spesifik. Proses replikasi tersebut menghasilkan virus-virus baru yang jumlahnya jutaan dan menyebabkan terjadinya viremia yang memicu timbulnya sindroma infeksi akut atau “primary HIV infection”. Gejalanya bisa berupa demam yaitu yang paling umum, pembengkakan kelenjar, sakit tenggorokan, ruam, kelelahan, nyeri otot dan sendi dan sakit kepala. Gejala ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu.Virus ini menggunakan sel CD4 untuk mereplikasi dan menghancurkan sel tersebut dan ini menyebabkan jumlah CD4 menurun dengan cepat. Oleh karena ini, respon kekebalan tubuh akan mulai membawa tingkat virus tubuh kembali ke tingkat yang disebut viral set point yang merupakan tingkat relatif stabil virus dalam tubuh. Pada titik ini, jumlah CD4 mulai meningkat, tetapi kemungkinan tidak kembali ke tingkat pra-infeksi.

2. Tahap Klinikal Latensi

Setelah tahap infeksi akut HIV, penyakit ini kemudian berubah ke fasa yang dikenali sebagai latensi klinikal. Latensi berarti suatu periode di mana virus hidup atau berkembang dalam tubuh manusia tanpa gejala. Selama tahap ini, orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki gejala terkait HIV atau hanya yang ringan atau dikenali sebagai tahap asimptomatik atau infeksi kronik HIV. Virus HIV terus memproduksi pada tingkat yang sangat rendah, meskipun virusnya aktif. Dengan pengambilan ART, orang yang terinfeksi HIV dapat hidup dengan klinik latensi selama beberapa dekade karena pengobatan membantu menjaga virus dari memproduksi lagi. Bagi orang yang tidak mengambil ART, tahap klinik latensi berlangsung rata-rata 10 tahun, tetapi beberapa orang mungkin maju tahap ini dengan lebih cepat. Orang dalam tahap bebas gejala ini masih dapat menularkan HIV kepada orang lain bahkan dengan pengambilan ART walaupun ART mengurangi resiko penularan.

Selama periode laten, HIV dapat berada dalam bentuk provirus yang berintegrasi dengan genom DNA hospes, tanpa mengadakan transkripsi. Ada beberapa faktor yang dapat mengaktivasi proses transkripsi. Monosit pada orang yang terinfeksi HIV cenderung melepaskan sitokin dalam jumlah besar sehingga


(23)

dapat menyebabkan meningkatkan transkripsi virus. Infeksi beberapa virus dapat meningkatkan transkripsi provirus DNA pada HIV sehingga berkembang menjadi AIDS.

3. Tahap AIDS

Ini adalah tahap infeksi HIV yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak dengan parah dan menjadi rentan terhadap infeksi dan kanker yang berhubungan dengan infeksi yang disebut infeksi oportunistik oleh karena peningkatan jumlah virion secara berlebihan di dalam sirkulasi sistemik. Ketika jumlah sel CD4 menurun di bawah 200 sel/mm3, maka seseorang telah memasuki tahap AIDS. Pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, jumlah CD4 adalah antara 500 dan 1,600 sel/mm3. Selama tahap akhir infeksi HIV ini, orang yang terinfeksi HIV mungkin memiliki gejala seperti penurunan berat badan yang cepat, demam berulang atau berkeringat pada malam hari, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening yang berkepanjangan di leher, diare yang berlangsung lebih dari seminggu, luka pada mulut, anus atau alat kelamin, pneumonia dan kehilangan memori, depresi dan gangguan neurologis lain. Tanpa pengobatan, orang dengan AIDS biasanya dapat bertahan hidup sekitar 3 tahun. Saat menderita infeksi oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa pengobatan jatuh sekitar 1 tahun.

2.1.6. Diagnosis

Tes antibodi adalah tes HIV yang paling umum untuk mencari antibodi HIV dalam tubuh. Tes EIA ( Enzyme immunoassay) menggunakan darah, cairan oral atau urin untuk mendeteksi antibodi HIV. Hasil untuk tes ini dapat mengambil waktu untuk dua minggu manakala tes antibodi Rapid HIV mengambil masa 10- 20 menit untuk menunjukan hasilnya. Jika hasil positif diperoleh dari salah satu dari tes tersebut, maka tes Western Blot harus dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil tersebut. Tes ini dapat mengambil waktu selama dua minggu untuk mengkonfirmasi hasil positif. Tes yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV pada orang tertentu membutuhkan sensitivitas dan spesifisitas. Di Amerika Serikat, ini dicapai dengan penggunaan algoritma menggabungkan dua tes untuk antibodi HIV. Jika antibodi terdeteksi oleh tes awal


(24)

dengan menggunakan metode ELISA ( enzyme- linked immunoabsorbent assay), maka tes kedua digunakan dengan prosedur Western bolt untuk menentukan ukuran antigen dalam test kit yang mengikat dengan antibodi. Kombinasi dari kedua metode ini adalah sangat akurat (Kishore, 2005).

Hasil tes negatif adalah normal tetapi orang dengan infeksi HIV awal atau infeksi HIV akut sering memiliki hasil tes negatif. Hasil positif pada tes skrining ELISA tidak berarti bahawa seseorang itu memiliki infeksi HIV. Kondisi tertentu dapat menyebabkan hasil false positive seperti penyakit Lyme, sifilis dan SLE.Tes Western Bolt positif yang mengkonfirmasi infeksi HIV. Tes Western Bolt yang negatif berarti tes ELISA adalah tes false positive. Tes negatif tidak menyingkirkan infeksi HIV karena terdapat periode waktu yang disebut window period di mana terjadinya infeksi HIV dan munculnya antibodi anti- HIV. Selama periode ini, antibodi biasanya tidak dapat diukur (U.S National Library of Medicine, 2013).

2.1.7. Penatalaksanaan

Pada awal 1980-an ketika epidemi HIV/AIDS mulai, pasien AIDS tidak hidup dengan lama. Saat ini, Food and Drug Administration telah mengesahkan 31 obat antiretroviral (ART) untuk mengobati infeksi HIV. Pengobatan ini tidak menyembuhkan pasien HIV atau AIDS, sebaliknya mensupresi virus ke tingkat yang tidak dapat terdeteksi lagi tetapi virusnya tidak dieliminasi sepenuhnya dari tubuh. Dengan mensupresi jumlah virus dalam tubuh, pasien yang terinfeksi dengan HIV dapat hidup dengan lebih lama dan sehat. Namun, mereka masih bisa menularkan virus kepada orang lain ( NIH, 2009)

Pengambilan dua atau lebih obat antiretroviral sekali disebut terapi kombinasi. Pengambilan kombinasi dari tiga atau lebih obat anti- HIV dikenali sebagai Highly Active Antiretroviral Theraphy ( HART). Dengan pengambilan satu obat sahaja, HIV dengan cepat akan menjadi resisten terhadap obat tersebut dan kerja obatnya berhenti. Pengambilan dua atau lebih ART pada saat yang sama akan mengurangi tingkat di mana resistensi berkembang dan membuat pengobatan lebih efektif dalam jangka panjang.


(25)

Obat antiretroviral menyerang kemampuan HIV untuk menginfeksi sel yang sehat dalam lima cara yang berbeda dan oleh karena itu obatnya dibagi menjadi lima kelas yang berbeda. Antaranya adalah Entry Inhibitors yang menggangu kemampuan virus untuk berikatan dengan reseptor pada permukaan luar sel dimana virus coba untuk masuk. Apabila pengikatan reseptor gagal, HIV tidak dapat menginfeksi sel. Kedua adalah Fusion Inhibitors yang menggangu kemampuan virus berfusi dengan membran sel untuk mencegah HIV masuk ke sel. Ketiga adalah Reverse Transcriptase Inhibitors yang mencegah enzim HIV RT dari mengkonversi single-stranded HIV RNA menjadi DNA HIV, proses yang dikenali reverse transcription. Terdapat dua jenis inhibitor RT yaitu Nucleotide Reverse Trancriptase Inhibitors yang menggangu kerja protein HIV, dimana virus membutuhkannya untuk membuat salinan virus baru sepertinya dan Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors yang menghentikan replikasi HIV dalam sel dengan menghambat protein reverse trancriptase. Keempat adalah Integrase Inhibitors yang memblokir integrase enzim HIV, dimana virus menggunakannya untuk mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam DNA sel yang telah terinfeksi. Terakhir adalah Protease Inhibitors yang menggangu enzim HIV yang disebut protease, yang biasanya memotong rantai panjang protein HIV menjadi protein yang lebih kecil. Apabila protease tidak bekerja, maka partikel virus baru tidak dapat bergabung.

Kombinasi obat pertama yang harus diberikan adalah terapi lini pertama yang terdiri dari dua obat Nucleoside/ Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs) dan satu obat dari Non- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs). Beberapa orang menghadapi kegagalan terapi pada lini pertama karena terjadinnya resistensi obat terhadap HIV, penyerapan obat yang lemah atau kombinasi obat yang lemah.

Bagi ART lini kedua, dua NRTI dan satu protease inhibitor (PI) obat digunakan bersama. ART lini kedua lebih kuat dari ART lini pertama tetapi membutuhkan seseorang untuk mengambil lebih ARV, pengaturan pola makanan dan kemungkinan memiliki lebih banyak efek samping. Jika ART lini kedua gagal, maka ART lini ketiga harus digunakan. Obat yang digunakan pada ART lini ketiga


(26)

adalah etravirine (ETV), darunavir (DRV) dan raltegravir (RAL). Akan tetapi, biayanya lebih tinggi dibandingkan ART lini pertama dan lini kedua yang dapat mengurangi akses di negara miskin.

2.1.8. Pencegahan

Dalam usaha menurunkan resiko terinfeksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia termasuk Indonesia menganjurkan pencegahan melalui pendekatan ABCD yaitu:

• A (Abstinence) bermaksud tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. • B (Be Faithful) bermaksud sentiasa harus setia pada pasangannya.

• C (Condom) bermaksud menggunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko

• D (Drugs) bermaksud menjauhi narkoba dan tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian.

Menurut Komisi Penanggulangan AIDS, tujuan upaya penanggulangan HIV dan AIDS bagi Strategi Nasional 2010-2014 adalah untuk mencegah penularan HIV, meningkatkan mutu hidup ODHA dan mengurangi dampak sosial ekonomi epidemi AIDS. Antara upaya pencegahan yang dikemukakan adalah meningkatkan pendidikan agama dan ketahanan keluarga, mencegah dan menghilangkan stigma dan diskriminasi, meningkatkan pendidikan sebaya/pemberdayaan remaja dan generasi muda dengan menerapkan slogan “ Say NO to drugs and free sex”, meningkatkan penjangkauan di tempat kerja dan meningkatkan pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan remaja puteri.

WHO telah menganjurkan beberapa langkah untuk mencegah infeksi HIV/AIDS. Antaranya adalah pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja, pelatihan keterampilan hidup, pendidikan agama, program penyuluhan rakan sebaya (peer group) untuk kelompok sasaran, program promosi kondom di lokasi pelacuran, program kerjasama dengan media cetak dan media elektronik, pencegahan komprehensif untuk pengguna narkoba, narkotika, termasuk program jarum suntik steril, program pelayanan infeksi menular seksual (IMS), program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling, dukungan untuk anak


(27)

jalanan dan mengetasan prostitusi anak dan integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan.

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi melalui panca indera seseorang terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai hasilnya pengetahuan sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik), dimana seseorang mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana seseorang akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, dimana seseorang mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, seseorang itu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).


(28)

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu : a) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui, meramalkan dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan atau mengaplikasikan materi yang dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenar. Aplikasi disini berarti penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain yang dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan membuat bagan.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan formulasi yang baru dari formulasi yang telah ada dengan meringkaskan suatu kata dari hal yang dibaca dan didengarkan.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.


(29)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.Tingkat pengetahuan di atas disesuaikan dengan kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur.

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

a) Usia

Usia adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Nursalam, 2003). Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah ilmu dan pengetahuannya karena pengetahuan yang seseorang itu miliki diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

b) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi pengetahuannya semakin luas. Semakin tinggi pendidikan, maka hidup seseorang akan semakin berkualitas karena akan membuahkan pengetahuan yang luas yang menjadikan hidup seseorang lebih berkualitas. Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan tidak formal.

c) Hubungan sosial

Hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan.

d) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam masa lalu.


(30)

e) Paparan media massa

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, majalah, surat khabar dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan, sugesti dan opini mengenai sesuatu hal yang memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

2.3. Sikap

2.3.1. Definisi sikap

Menurut Campbell (1950), sikap adalah “A syndrome of response consistency withregard to social objects”. Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Notoadmodjo (2010), mengemukakan bahawa sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Allport (1935) mendefinisikan sikap sebagai suatu keadaan siap yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap objek tertentu yang mengarah pada situasi yang terkait.

Sikap juga dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku (Eagle danChaiken, 1993). Dalam kata singkat dari Daryl Bem (1970), sikap adalah yang suka dan tidak suka. Dari definisi-definisi di atas menunjukan bahawa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi yang menyebabkan respon-respon yang konsisten.

2.3.2. Komponen Sikap

Terdiri 3 komponen sikap menurut Allport (1954)yaitu :

a) Komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaan atau kepercayaan, ide dan konsep. Komponen ini adalah apa yang dipercayai oleh seseorang individu mengenai apa yang berlaku dan apa yang benar bagi objek sikap.


(31)

b) Komponen afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Komponen ini menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.

c) Komponen konatif merupakan kecenderungan bertingkah laku (tend to behave). Komponen ini menunjukkan bagaimana perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.3.3. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo ( 2010), sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: a) Menerima (receiving)

Menerima berarti seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Menanggapi (responding)

Menanggapi berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c) Menghargai (valuing)

Menghargai berarti seseorang mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dengan memberikan tanggapan yang positif terhadap objek.

d) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab berarti seseorang harus menghadapi resiko terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya berdasarkan keyakinannya.

2.4. Tindakan (Praktik)

Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui dan yang disikapinya. Tindakan merupakan perilaku terbuka ataupun overt behaviour yang berarti seseorang itu sudah merespons terhadap stimuli. Suatu sikap itu tidak selalu berakhir dengan overt behaviour. Bagi menjadikan suatu perbuatan nyata, maka faktor pendukung atau reaksi diperlukan seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Tingkatan praktik atau tindakan dibagi menjadi 3 yaitu:


(32)

a) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan melakukan sesuatu tanpa panduan.

c) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010).


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa dengan tindakan terhadap HIV/AIDS. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah cross-sectional study karena pengukuran dilakukan satu kali saja.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 sehingga November 2014 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari fakultas kedokteran yang terdiri dari tiga angkatan yaitu 1543 jumlah mahasiswa pada :

Angkatan 2011 : 521 orang Angkatan 2012 : 536 orang Angkatan 2013 : 486 orang

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi : mahasiswa fakultas kedokteran yang menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi : mahasiswa yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah simple random sampling dimana penelitian dilakukan dengan memilih mahasiswa secara acak.

Menurut Dr. Bambang Supriyatno, dalam buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis 2011, besar sampel ditentukan berdasarkan formula berikut:


(34)

= 86.20 ( dibulatkan menjadi 86) Keterangan:

1. n : besar sampel

2. (nilai baku distribusi normal pada α tertentu) 3. d: 0.10 (kesalahan absolut yang dapat ditoleransi)

4. P: 0.34 (proporsi sampel pada penelitian sebelumnya dimana pada tahun 2013 jumlah AIDS pada golongan usia 20-29 tahun adalah 17.892 dari total 52,348)

5. Q: (1-P), jadi bila P= 0.34, maka Q= 0.66

4.4. Teknik pengumpulan data

• Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder.

• Data primer: langsung dari mahasiswa dengan cara pengisian kuesioner.

• Data sekunder: dari Sub Bahagian Pendidikan (SUBBAG) fakultas kedokteran USU yang berupa jumlah mahasiswa kedokteran.

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan bagi pertanyaan pengetahuan dan pertanyaan sikap. Uji ini telah dilakukan pada 20 orang responden.

Hasil uji validitas dan reliabilitas bagi tingkat pengetahuan adalah valid dengan Pearson Correlation sebesar 0.535 hingga 0.843 dan reliable dengan nilai Cronbach Alpha = 0.906.

Hasil uji validitas dan reliabilitas bagi sikap adalah valid dengan Pearson Correlation sebesar 0.486 hingga 0.816 dan reliable dengan nilai Cronbach Alpha = 0.905.


(35)

4.6. Analisa Data dan Pengolahan Data

Analisa data dalam penelitian ini digunakan uji statistik chi kwadrat (chi square). Setelah data dikumpul, data diperiksa secara manual dan kemudiannya diedit dan diolah dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences ( SPSS).


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan dr. Mansur nomor 5, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Sebanyak 86 responden telah mengikuti penelitian ini pada bulan Oktober sehingga November 2014.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Mahasiswa FK USU angkatan 2011 sehingga angkatan 2013 telah menjadi subjek penelitian. Menurut rumus besar sampel hanya 86 orang mahasiswa yang menjadi subjek penelitian dari total 1543 mahasiswa FK USU. Deskripsi karakteristik subjek terdiri dari jenis kelamin dan tempat tinggal mahasiswa.

Karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 dan di bawah.

Tabel 5.1: Distribusi Jumlah Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi (f) %

Laki-laki 43 50,0 Perempuan 43 50,0 Jumlah 86 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, perbandingan jenis kelamin mahasiswa adalah sama besar, dengan jumlah mahasiswa perempuan sebanyak 43 orang (50%) dan laki-laki 43 orang (50%).


(37)

5.3 Hasil Analisa Data 5.3.1 Pengetahuan

Distribusi jawaban pengetahuan responden tentang HIV dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah.

Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan

Jawaban responden

No Pertanyaan Benar Salah

f % f %

1. Singkatan HIV 70 81,4 16 18,6

2. Arti HIV 73 84,9 13 15,1

3. Singkatan AIDS 72 83,7 14 16,3

4. Penyebab AIDS 80 93,0 6 7,0

5. Virus HIV terdapat dalam 43 50,0 43 50,0 6. Penularan HIV 64 74,4 22 25,6 7. Berapa lama HIV kembang AIDS 34 39,5 52 60,5

8. Tahap tanpa gejala 35 40,7 51 59,3

9. Penularan AIDS 50 58,1 36 41,9

10. Tes HIV 50 43,0 43 50,9

11. Gejala akut HIV 35 40,7 51 59,3

12. Gejala AIDS 66 76,7 20 23,3

13. Kekambuhan HIV 68 79,1 18 20,9

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan 4 yaitu mengenai penyebab AIDS dengan jumlah mahasiswa sebanyak 80 orang (93,0%). Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan 7 yaitu berapa lama HIV dapat mengembang kepada AIDS dengan jumlah mahasiswa sebanyak 52 orang (60,5%).

Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan seseorang mahasiswa dibagikan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang. Baik dikatakan apabila responden menjawab lebih dari 8 pertanyaan dengan benar, dan kurang apabila responden menjawab kurang dari 7 pertanyaan dengan benar.

Tabel 5.3 di bawah menunjukan tingkat pengetahuan responden.


(38)

Tabel 5.3: Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS

Pengetahuan Frekuensi (f) %

Baik 56 65,1

Kurang 30 34,9

Jumlah 86 100

Dari tabel 5.3 di atas dapat terlihat bahwa jumlah mahasiswa yang tergolong dalam kategori baik adalah sebanyak 56 orang (65,1%) sedangkan mahasiswa yang tergolong dalam kategori kurang adalah sebanyak 30 orang (34,9%).

Distribusi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4: Distribusi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat pengetahuan

Jenis kelamin Baik Kurang f % f %

Laki- laki 29 67,4 14 32,6 Perempuan 27 62,8 16 37,2

Menurut tabel 5.4, mahasiswa laki-laki yang mempunyai pengetahuan baik adalah sebanyak 20 orang (33,7%) dan perempuan yang mempunyai pengetahuan baik adalah sebanyak 27 orang (31,4%). Bagi tingkat pengetahuan kurang, paling banyak adalah pada perempuan yaitu sebanyak 16 orang ( 18,6 %) dan pada laki- laki adalah 14 orang ( 16,3 %).


(39)

5.3.2 Sikap

Distribusi jawaban responden tentang sikap dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap

Jawaban responden

No Pertanyaan SS S BS S STS

f % f % f % f % f %

1. Narkoba suntik dapat tertular 56 65,1 22 25.6 4 4,7 3 3,5 1 1,2 HIV/AIDS

2. Penderita seharusnya dijauhi 1 1,2 4 4,7 15 17,4 31 36,0 35 40,7 masyarakat

3. HIV penyakit yang timbulkan 13 15,1 18 20,9 15 17,4 15 17,4 25 29,1 rasa malu dan mematikan

4. Penderita tidak harus hidup 3 3,5 2 2,3 6 7,0 17 19,8 58 67,4 5. Konsultasi melalui media dan 47 54,7 25 29,1 11 12,8 2 2,3 1 1,2

majalah

6. Penderita harus dijauhi 2 2,3 6 7,0 8 9,3 22 25,6 48 55,8 keluarga

7. Kondom dapat hindari HIV 28 32,6 29 33,7 18 20,9 6 7,0 5 5,8 8. Bantal/piring tidak harus 6 7,0 8 9,3 21 24,4 18 20,9 33 38,4

disentuh

9. Bayi HIV diketepikan 4 4,7 - - 9 10,5 23 26,7 50 58,1 10. Teman HIV dikucilkan 1 1,2 3 3,5 10 11,6 25 29,1 47 54,7 11. Penderita HIV harus karantina 12 14,0 9 10,5 20 23,3 23 26,7 22 25,6 12. Mahasiswa tidak harus ikuti kuliah 6 7,0 3 3,5 17 19,8 22 25,6 38 44,2 13. Penderita HIV harus dihukum 6 7,0 2 2,3 17 19,8 24 27,9 37 43,0

Dari tabel 5.5, terlihat bahwa sikap sangat setuju yang paling banyak dijawab adalah pertanyaan 1 yaitu narkoba suntik dapat tertular HIV/AIDS dengan jumlah mahasiswa sebanyak 50 orang (65,1%). Bagi sikap setuju paling banyak dijawab adalah pertanyaan 1 juga dengan jumlah mahasiswa sebanyak 22 orang (25,6%), pada sikap biasa saja paling banyak dijawab pada pertanyaan 8 yaitu bantal dan piring tidak harus disentuh dengan jumlah mahasiswa sebanyak 21 orang (24,4 %). Sedangkan bagi sikap tidak setuju yang paling banyak dijawab adalah pertanyaan 2 yaitu penderita seharusnya dijauhi masyarakat dengan jumlah mahasiswa sebanyak 31 orang (3,0%) dan sikap sangat tidak setuju yang paling banyak dijawab adalah pertanyaan 4 yaitu penderita tidak harus hidup dengan jumlah mahasiswa sebanyak 58 orang (67,4%).


(40)

Tabel di bawah menunjukan sikap responden.

Tabel 5.6: Distribusi Sikap Mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS Sikap Frekuensi (f) %

Baik 76 88,4 Buruk 10 11,6 Total 86 100,0

Dari tabel 5.6 di atas terlihat bahwa jumlah mahasiswa yang tergolong dalam kategori baik adalah sebanyak 76 orang (88,4%) dan 10 orang (11,6%) tergolong dalam kategori buruk.

Distribusi sikap tentang HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah.

Tabel 5.7: Distribusi Sikap Mahasiswa berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori sikap

Jenis kelamin baik buruk f % f %

Laki- laki 38 88,4 5 11,6 Perempuan 38 88,4 5 11,6

Menurut tabel 5,7, dapat dilihat 76 orang mahasiswa yang sikapnya positif, dimana perbandingan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan adalah sama dengan jumlah sebanyak 38 orang (44,2%). Sedangkan bagi kategori sikap buruk proporsi laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu sebanyak 5 orang (5,8%).


(41)

5.3.3 Tindakan

Distribusi jawaban responden tentang tindakan dapat dilihat pada tabel 5.8

Tabel 5.8: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan Jawaban responden

No Pertanyaan Pernah Tidak pernah

f % f %

1. Hubungan seksual sebelum 6 7,0 80 93,0 menikah

2. Hubungan seksual sesama 3 3,5 83 965 jenis

3. Pernah bergantian pasangan 1 1,2 85 98,8 seksual

4. Pernah guna kondom 6 7,0 80 93,0 5. Pernah guna narkotika 6 7,0 80 93,0 6. Narkoba menghirup 5 5,8 81 94,2 7. Penggunaan 3 3,5 83 96,5

jarum

8. Pernah bergantian 3 3,5 83 96,5 jarum

Berdasarkan tabel 5,8 di atas, paling banyak tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah hubungan seksual sebelum menikah, penggunaan kondom saat berhubungan seksual dan penggunaan narkotika dengan jumlah mahasiswa sebanyak 6 orang (7,0%) masing- masingnya. Diikuti pengambilan narkoba dengan menghirup adalah 5 orang (5,8%), hubungan seksual sesama jenis adalah sebanyak 3 orang (3,5%), pengambilan narkoba dengan penggunaan jarum adalah 3 orang (3,5%), bergantian jarum saat pengambilan narkoba adalah 3 orang (3,5%) dan jumlah mahasiswa yang pernah bergantian pasangan seksual adalah 1 orang (1,2%).

Tindakan seseorang mahasiswa dibagikan kepada 2 kategori yaitu baik dan buruk. Baik dikatakan apabila skor mahasiswa bagi pertanyaan tindakan adalah kurang atau sama dengan 2. Manakala bagi tindakan yang buruk dikatakan apabila skor mahasiswa bagi pertanyaan tindakan adalah lebih dari 3.


(42)

Tabel 5.9: Distribusi Tindakan Mahasiswa FK USU tentang HIV/AIDS Tindakan Frekuensi (f) %

Baik 76 88,4 Buruk 10 11,6 Total 86 100,0

Dari tabel 5.9, di atas terlihat bahwa jumlah mahasiswa yang tergolong dalam kategori baik adalah sebanyak 76 orang (88,4%). Manakala jumlah mahasiswa yang tergolong dalam kategori buruk adalah sebanyak 10 orang (11,6%).

Distribusi tindakan terhadap HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 6.0 di bawah.

Tabel 6.0: Distribusi Tindakan Mahasiswa berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori tindakan

No Jenis kelamin Baik Buruk f % f %

1 Laki- laki 39 90,7 4 9,3 2 Perempuan 37 86,0 6 14,0

Menurut tabel 6.0, 76 orang mahasiswa yang tindakannya baik, dengan proporsi terbesar adalah laki-laki yaitu sebanyak 39 orang (90,7%), manakala perempuan adalah 37 orang (86,0%). Bagi tindakan yang buruk, proporsi terbesar merupakan perempuan yaitu sebanyak 6 orang (14,0%), manakala laki-laki adalah 4 orang (9,3%).


(43)

5.3.4 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan sikap terhadap HIV/AIDS

Tabel 6.1: Tabel Silang Pengetahuan dengan Sikap

Sikap

Tingkat pengetahuan Total Buruk Baik *p-value

f % f % f %

Kurang 30 100 7 23,3 23 76,7 0,029 Baik 56 100 3 5,4 53 94,6

*Uji dengan Fisher’s Exact

Uji dengan Fisher’s Exact dilakukan dan hasil yang didapat signifikan di mana nilai p-value < 0,05, maka terdapat hubungan secara signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS.

5.3.5 Hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa dengan tindakan terhadap HIV/AIDS

Tabel 6.2: Tabel Silang Pengetahuan dengan Tindakan Tindakan

Tingkat pengetahuan Total Baik Buruk *p-value

f % f % f %

Kurang 30 100 24 90 6 10 0,090 Baik 56 100 52 98,2 4 1,8

*Uji dengan Fisher’s Exact

Uji dengan Fisher’s Exact dilakukan dan hasil yang didapat tidak signifikan di mana nilai p-value > 0,05, maka tidak ada hubungan secara signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan mahasiswa FK USU terhadap HIV/AIDS.


(44)

5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa terhadap HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5,3, dari 86 orang mahasiswa, 56 orang mahasiswa mempunyai pengetahuan baik, dan 30 mahasiswa lagi mempunyai pengetahuan kurang. Pada penelitian ini, kebanyakan mahasiswa mengetahui tentang penyebab terjadinya AIDS, definisi HIV dan singkatan dari HIV dan AIDS. Hal ini didukung penelitian oleh penelitian N Maimaiti (2012), di mana mahasiswa kedokteran di Xinjiang mempunyai pengetahuan yang baik yaitu sebesar 74,5%. Di sisi yang lain, sebagian mahasiswa tidak tahu berapa lama virus HIV dapat mengembang kepada AIDS, gejala akut HIV dan tahap tanpa gejala pada HIV disebut tahap apa. Ada juga beberapa mahasiswa yang mispersepsi bahwa HIV dapat menular melalui air liur. Hal ini didukung penelitian oleh Sanjay Kini et all bahawa mahasiswa memiliki mispersepsi HIV dapat menyebar melalui air liur dan berciuman. Manakala penelitian oleh H Khan (2012) di Pakistan menunjukan mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik mengenai transmisi dan pencegahan HIV/AIDS yaitu sebesar 94,6%.

Menurut tabel 5,4, tingkat pengetahuan baik lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Ini terjadi mungkin karena laki-laki lebih sadar akan konsekuensi dan infeksi yang akan muncul akibat HIV/AIDS. Selain itu, mungkin laki-laki lebih terbuka dalam mencari dan menerima informasi hingga pengetahuan mereka lebih baik dari perempuan yang lebih tertutup dan tidak mengendahkan dalam mencari dan menerima informasi. Hal ini didukung oleh penelitian A Kigombola (2007), di mana pengetahuan baik pada laki-laki lebih tinggi yaitu 77.3% dari perempuan yaitu 74.9%. Manakala penelitian C Maria (2012) di Ecuador menyatakan 34.4% laki-laki mempunyai pengetahuan yang kurang manakala perempuan pengetahuannya kurang adalah sebesar 30.2%.

5.4.2 Sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5,6, dari 86 orang mahasiswa, 76 mahasiswa memiliki sikap yang baik, dan 10 mahasiswa memiliki sikap yang buruk. Diketahui kebanyakan mahasiswa memiliki sikap yang baik terhadap HIV/AIDS. Hal ini bertentangan dengan penelitian Y Shiferaw (2011), bahwa


(45)

sikap mahasiswa buruk walaupun pengetahuan masih baik. Selain itu, penelitian oleh N.A. Al-Rebeei (2012) menyatakan 40.2% orang mempunyai sikap yang negatif terhadap HIV/AIDS. Pada umumnya sebagian besar mahasiswa setuju narkoba suntik dapat tertular HIV/AIDS, konsultasi mengenai HIV/AIDS harus diberi melalui media dan majalah dan pemakaian kondom dapat menghindari HIV/AIDS. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan mahasiswa yang cukup baik karena sebagai seorang mahasiswa kedokteran, seharusnya sudah mengetahui dampak penyakit ini dan sebagai seorang dokter adalah menjadi tanggungjawab untuk mengedukasi dan mengelakan seseorang dari menderita HIV/AIDS. Di samping itu, sikap mahasiswa terhadap penderita HIV juga baik. Kebanyakan dari mereka merasakan penderita HIV tidak seharusnya dijauhi masyarakat dan keluarga, bayi HIV tidak harus diketepikan, teman HIV tidak harus dikucilkan, mahasiswa yang menderita HIV bisa mengikuti kuliah dan penderita HIV tidak harus dihukum. Dari sikap mahasiswa ini, dapat dilihat mereka berperikemanusiaan dan tidak berintensi untuk melukai perasaan penderita HIV. Sebagai seorang dokter juga, harus memiliki sikap yang baik karena ini merupakan tanggungjawab untuk mengobati seorang penderita HIV tanpa memandang rendah terhadap penyakit yang dihadapinya. Namun, penelitian oleh H Khan (2008) di Universitas Peshawar, Pakistan mengatakan bahwa 71% mahasiswa mempunyai sikap yang negatif terhadap penderita HIV/AIDS

Menurut tabel 5.8, perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan yang mempunyai sikap baik adalah sama yaitu sebanyak 38 orang. Ini terjadi mungkin karena mahasiswa lebih cenderung mentaati norma kognitif dan afektik seperti lebih halus perbicaraannya dengan penderita dan dapat bertindak dan memberi respon yang sesuai dengan keadaan. Namun penelitian oleh RG Majelantle (2013) di Botswana menyatakan bahwa laki-laki mempunyai sikap yang buruk terhadap HIV/AIDS yaitu sebesar 23,9% berbanding perempuan yaitu sebesar 17,8%.

5.4.3 Tindakan Mahasiswa terhadap HIV/AIDS

Tindakan merupakan perilaku terbuka ataupun overt behaviour yang berarti seseorang itu sudah merespons terhadap stimuli. Berdasarkan hasil


(46)

penelitian dari tabel 5,9, 82 orang mahasiswa ( 95.3%) memiliki perilaku seksual

yang baik dan tidak mengkonsumsi narkoba. Sementara 4 orang mahasiswa (4.7%) pernah melakukan hubungan seksual dan mengkonsumsi narkoba. Hasil

penelitian menunjukan mahasiswa pernah bergantian jarum saat pengambilan narkoba. Ini menunjukan pengetahuan mahasiswa kurang karena dengan bergantian jarum HIV dapat tertular. Di samping itu, ada juga mahasiswa yang pernah bergantian pasangan seksual. Dalam hal ini, diketahui pengetahuan mahasiswa cukup buruk karena perilaku seksual yang buruk bisa menimbulkan dampak yang buruk seperti kehamilan dan penyakit infeksi menular termasuk HIV/AIDS. Hal ini didukung oleh penelitian N Maimaiti (2010), di mana 15.8% mahasiswa mempunyai perilaku seksual yang buruk. Selain itu, penelitian SO Ike (2007) juga mendukung hal ini di mana 40% mahasiswa mengakui mempunyai perilaku seksual yang aktif. Manakala penelitian oleh M Albrektsson (2009) di China menyatakan mahasiswa universitas Wuhan tidak mempunyai perilaku seksual yang buruk yaitu sebesar 75%. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, seharusnya telah mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat bertindak dengan benar.

Berdasarkan tabel 6,0, tindakan yang baik paling banyak pada laki-laki dengan jumlah mahasiswa sebanyak 39 orang manakala perempuan sebanyak 37 orang. Ini mungkin terjadi karena perempuan lebih cenderung menghadapi tekanan sosial dan emosi yang membatasi dari mengindari perilaku seksual. Namun mungkin juga ada yang mengalami tekanan dari pasangan untuk melibatkan diri dalam perilaku seksual ini. Hal ini bertentangan dengan penelitian oleh M Paul (2013) di Ethiopia yang menyatakan 51.2% laki-laki lebih aktif dalam aktivitas seksual berbanding perempuan yaitu sebesar 21.7%.

5.4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dengan Sikap Terhadap HIV/AIDS

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi sikap. Menurut Van Dyk (2008), informasi mengenai HIV/AIDS merupakan instrumen dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang karena pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dalam keterampilan terhadap infeksi


(47)

HIV/AIDS (C Ndakaitei, 2012). Pengetahuan yang tinggi biasanya didahului dan diikuti dengan kesadaran karena sulit untuk mempromosikan sesuatu yang tidak diketahui kepada seseorang. Selain itu, seseorang yang berpengetahuan tinggi memilki sikap yang baik terhadap HIV/AIDS karena memilki pengetahuan mengenai penularan HIV dan etiologinya, sehingga lebih cenderung menunjukan rasa simpati terhadap pasien. Hal ini didukung oleh penelitian Elsadig Y.Mohamed (2009) di Sudan dimana terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS dengan p-value = 0,000. Manakala penelitian oleh Siregar (2012), menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan p-value = 0,129. Hal ini mungkin terjadi karena selain dari pengetahuan, faktor lain seperti agama dan emosional dapat mempengaruhi sikap.

5.4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dengan Tindakan Terhadap HIV/AIDS

Green mengemukakan bahwa pengetahuan adalah faktor yang penting namun tidak hanya berpengaruh dalam perubahan perilaku dan pengetahuan yang tinggi tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku ( Luthfiana, 2012).

Hal ini mungkin juga terjadi disebabkan modernisasi yang cepat dan perubahan sosial. Meskipun stigma wujud dalam budaya berkenaan dengan seksualitas, namun sikap positif terhadap perilaku seksual aman bisa menjadi indikasi dari perubahan sikap pada orang muda terhadap seksualitas dan perilaku seks yang lebih aman ( Rahnama, 2010).

Secara kesimpulannya, pengetahuaan yang baik tidak berarti seseorang itu melakukan tindakan yang baik dan pengetahuan yang kurang tidak bearti seseorang itu melakukan tindakan yang buruk karena perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti lingkungan, perubahan sosial dan emosi. Hal ini disokong oleh penelitian Luthfiana (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Penelitian oleh P.I. Okonta (2003) menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.272.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FK USU adalah seperti berikut:

1. Kebanyakan mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebesar (65,1%).

2. Jenis kelamin yang tertinggi mempunyai pengetahuan baik adalah laki-laki yaitu sebesar (33,7%).

3. Bagi sikap, kebanyakan mahasiswa mempunyai sikap yang baik yaitu sebesar (88,4%).

4. Kedua jenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai sikap yang baik yaitu sebesar (44,2%).

5. Bagi tindakan, kebanyakan mahasiswa mempunyai tindakan yang baik yaitu sebesar (95,3%).

6. Jenis kelamin yang tertinggi mempunyai tindakan baik adalah perempuan yaitu sebesar (48,8%).

7. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.029

8. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan mahasiswa terhadap HIV/AIDS dengan nilai p-value = 0.090.


(49)

6.2 Saran

1 . Bagi mahasiswa FK USU diharapkan supaya tetap lebih banyak mencari dan membaca informasi mengenai HIV/AIDS seperti cara penularan, gejala dan tahap bagi meluaskan pengetahuan mengenai HIV/AIDS.

2. Bagi pihak universitas, diharapkan mengadakan seminar dan ceramah, dan memberikan bimbingan untuk memperluas pengetahuan mahasiswa,

membentuk sikap yang positif dan tindakan yang rasional terhadap HIV/AIDS.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih meluas mengenai HIV/AIDS.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

AIDS Education and Research Trust (AVERT), 2013. HIV and AIDS Treatment and Care. Available from:

AIDS Education and Research Trust (AVERT), 2013. Stages of HIV Infection. Available from:

Agarwal AS, Maurya AA, Siddiqui WA, 2013. Knowledge and Attitude of Medical Students, Interns and Post Graduate Medical Students regarding HIV/AIDS. Available from:

Albrektsson, M, 2009. HIV/AIDS Awarness, Attitudes and Risk Behaviour Among University Students in Wuhen, China. Available from:

C Ndakaitei, 2012. Knowledge, Attitudes and Perceptions of HIV and AIDS Response Programmes by Service Staff at the University of Venda.

Available from:

file:///C:/Users/ACER/Downloads/chikonzo_knowledge_2012.pdf

Depkes RI, 2012. Jumlah Kasus HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Utara tahun 1994- 2012. Jakarta. Available from:

Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf

Elsudig Y. Mohamed, 2012. Knowledge and Attitudes of the Population in Gezira State, Sudan, About HIV/AIDS. Availabel from:

http://www.sjph.net.sd/files/Vol6N4/Original%20Article2.pdf HIV Transmission In: Centers for Disease Control and Prevention 2014.

Available from:

Ike S.O, 2007. HIV/AIDS perception and sexual behaviour among Nigerian University students. Available from:

file:///C:/Users/ACER/Downloads/11248-13453-1-PB.pdf

Joint United Nations Programme on HIV and AIDS. Global summary of the AIDS epidemic 2012. Available from:

logy/2013/gr2013/201309_epi_core_en.pdf


(51)

Joshi AV, Nikam K, Hungund BR, Viveki RG, Nikam SV, Halappanavar A B, Sunanda H, 2013. Attitude towards HIV/AIDS person In: Knowledge about and attitude towards HIV/AIDS among first year medical students: A cross- sectional study. Available from:

http://www.jscisociety.com/article.asp?issn=05009;year=2013;volume=40

Komisi Penanggulangan AIDS, 2012. Info HIV/AIDS. Available from : AIDS#sthash.tCpPjiyZ.dpbs

Kumar, 2010. Diseases of the Immune System In: Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th Edition: 236- 245

Mahmood, A, 2012. Attitude of Medical Students towards HIV/AIDS and Leukemia Patients. Available from:

Maimaiti, N, 2010. Knowledge, Attitude and Practice regarding HIV/AIDS among University students in Xinjiang. Available from:

http://www.ccsenet.org/journal/index.php/gjhs/article/viewFile/5519/5862 National AIDS Trust, 2010. Public Knowledge and Attitudes. Available from:

Knowledge-and-Attitudes.pdf

National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIH), 2009. Testing and Diagnosis of HIV/AIDS. Available from:

N. Schwarz (EDS) and A. Tesser, 2001. The Construction of Attitudes.

Available from:

ude-construction-ms.pdf

Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi, Jakarta: RinekaCipta.

Notoatmodjo, S, 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi, Jakarta: RinekaCipta

Okunta, P.O, Oseji, M.I, 2003. Relationship between knowledge of HIV-AIDS and sexual behaviour among in school-adolescents in Delta-State, Nigeria Available from:


(52)

Paul.M, et.all, 2013. The Gendered Knowledge of HIV/AIDS among Urban University students in Southern Ethiopia. Available from:

http://eujournal.org/index.php/esj/article/viewFile/1498/1507

Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia 2013. Available from:

Sastroasmoro, S, 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

keempat, Jakarta .

World Health Organization.Global Health Observatory 2012. Available from:

Xiadong Tan, Jingju Pan, Dong Zhou, Chunhong Wang and ChaojunXie, 2007.

HIV/AIDS Knowledge, Attitudes and Behaviours Assessment of Chinese

Students.A Questionnaire Study.

Shiferaw,Y, 2011. Assessment of Knowledge, Attitude and Risk Behaviours

towards HIV/AIDS and other Sexual Transmitted Infection Among Prepatory Students of Gonder Town, North West Ethiopia. Available from:

http://www.biomedcentral.com/1756-0500/4/505

Samant, Y, MBBS, Mankeshwar, R, MD, Sankhe, L, MD, Parker, D, MD, 2005. Attitude towards HIV/AIDS In: HIV- Related

Knowledge and Attitudes among First Year Medical Students in Mumbai, India. Available from:


(53)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Semua data yang terdapat pada kuesioner ini akan dirahasiakan. Hanya peneliti yang mengetahuinya. Silakan mengisi pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang anda pilih. Mohon untuk mengis isemua bagian kuesioner ini dengan baik dan jujur. Apabila terdapat bagian yang kurang jelas, silakan menanyakan kepada peneliti.

1. IdentitasMahasiswa

NO MAHASISWA: …….……… .( DIISI OLEH PENELITI) UMUR : ……….

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI/ PEREMPUAN TEMPAT TINGGAL : RUMAH SENDIRI

DENGAN ORANG TUA KOS

RUMAH SEWA DENGAN TEMAN LAKI-LAKI

PEREMPUAN


(54)

2. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS

1. Apakah singkatan dari HIV?

a. Human immunedeficiency virus b. Human immobilization virus c. Human immunodeficiency virus d. Tidak tahu

2. Apakah pengertian dari HIV

a. Suatu virus yang menyerang sistem kekebalan manusia b. Suatu virus yang menyerang organ manusia

c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia d. Tidak tahu

3. AIDS adalah singkatan dari apa? a. Acquired Immunodefiency Sistem b. Acquired Immunodeficiency Syndrome c. Acquired Immunedifferential Sistem d. Tidak tahu

4. Menurut anda penyebab AIDS adalah?

a. Bakteri c. Jamur

b. Virus d. Tidak tahu

5. Virus HIV terdapat dalam :

a. Cairan vagina, air mata

c.Darah,cairan vagina

b. Cairan semen, cairan

vagina, air liur d. Tidak tahu 6. Bagaimana penularan HIV terjadi?

a. Melalui perkongsian pinggan dan gelas b. Melalui air liur

c. Cairan sperma d. Tidak tahu

7. Virus HIV membutuhkan berapa lama untuk mengembangkan kepada AIDS?

a. 1 tahun c. 10 tahun b. 6 tahun d. Tidak tahu


(55)

a. Tahap infeksi akut HIV c. Tahap AIDS b. Tahap klinikal latensi d. Tidak tahu 9. AIDS tidak bisa ditularkan melalui ?

a. “social kissing” (berciuman sambil mulut tertutup) dengan penderita AIDS

b. Anak yang lahir dari ibu yang menderita AIDS c. Apabila digigit oleh orang yang terinfeksi HIV d. Tidak tahu

10.Untuk mendeteksi virus HIV di dalam tubuh dilakukan tes apa?

a. Elisa dan Western Bold

c. Kultur

b. Polymerase chain reaction

(PCR) d. Tidak tahu

11.Antara berikut yang manakah merupakan gejala dari infeksi akut HIV/AIDS?

a. Pembengkakan kelenjar, demam, muntah b. Gejala mirip flu, demam, ruam

c. Luka pada kulit, diare, pneumonia d. Tidak tahu

12.Apakah gejala dari AIDS? a. Demam

b. Penurunan berat badan <10 % dalam satu bulan, c. Sakit kepala, muntah darah

d. Tidak tahu

13.Apakah penyakit HIV dapat disembuhkan? a. Ya, dengan pengambilan obat-obatan b. Tidak

c. Ya, sembuh dengan sendiri d. Tidak tahu

SIKAP TERHADAP HIV/AIDS

SS = SANGAT SETUJU S = SETUJU

BS = BIASA SAJA TS = TIDAK SETUJU


(56)

STS = SANGAT TIDAK SETUJU

NO PERNYATAAN SIKAP SS S BS TS STS

1. Menurut anda dengan penggunaan narkoba suntik dapat tertular HIV/AIDS

2. Apakah penderita HIV/AIDS seharusnya dijauhi oleh masyarakat

3. Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan rasa malu dan mematikan

4. Menurut anda apakah penderita HIV/AIDS tidak harus hidup 5. Apakah konsultasi mengenai

HIV/AIDS harus diberikan melalui media dan majalah? 6. Apakah penderita AIDS harus

dijauhi dari keluarga? 7. Penggunaan kondom dapat

mengindari resiko terinfeksi HIV 8. Bantal atau piring yang digunakan

penderita HIV/AIDS tidak harus disentuh

9. Bayi yang terinfeksi HIV/AIDS harus diketepikan

10. Menurut anda jika teman anda terinfeksi HIV/AIDS harus dikucilkan


(57)

dikarantina supaya tidak tertular kepada orang lain

12. Mahasiswa yang terinfeksi HIV/AIDS tidak harus mengikuti kuliah

13. Penderita HIV/AIDS harus dihukum

3.Tindakan terhadap HIV/AIDS

1. Apakah anda pernah melakukan salah satu hal dibawah ini? a. Hubungan seksual sesama jenis

b. Menggunakan narkotika

c. Hubungan seksual sebelum menikah? d. Pernah bergantian pasangan seksual?

e. ………. ( Sebutkan jika lain) f. Tidak pernah melakukan hal di atas

2. Jika anda pernah melakukan hubungan seksual apakah pernah menggunakan kondom?

Pernah Tidak pernah

3. Jika anda pernah mengkonsumsi narkoba : • apakah dengan menghirup?

• apakah dengan penggunaan jarum? • apakah pernah bergantian jarum?


(58)

(1)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Semua data yang terdapat pada kuesioner ini akan dirahasiakan. Hanya peneliti yang mengetahuinya. Silakan mengisi pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang anda pilih. Mohon untuk mengis isemua bagian kuesioner ini dengan baik dan jujur. Apabila terdapat bagian yang kurang jelas, silakan menanyakan kepada peneliti.

1. IdentitasMahasiswa

NO MAHASISWA: …….……… .( DIISI OLEH PENELITI) UMUR : ……….

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI/ PEREMPUAN TEMPAT TINGGAL : RUMAH SENDIRI

DENGAN ORANG TUA KOS

RUMAH SEWA DENGAN TEMAN LAKI-LAKI

PEREMPUAN


(2)

2. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS 1. Apakah singkatan dari HIV?

a. Human immunedeficiency virus b. Human immobilization virus c. Human immunodeficiency virus d. Tidak tahu

2. Apakah pengertian dari HIV

a. Suatu virus yang menyerang sistem kekebalan manusia b. Suatu virus yang menyerang organ manusia

c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia d. Tidak tahu

3. AIDS adalah singkatan dari apa? a. Acquired Immunodefiency Sistem b. Acquired Immunodeficiency Syndrome c. Acquired Immunedifferential Sistem d. Tidak tahu

4. Menurut anda penyebab AIDS adalah?

a. Bakteri c. Jamur

b. Virus d. Tidak tahu

5. Virus HIV terdapat dalam :

a. Cairan vagina, air mata

c.Darah,cairan vagina

b. Cairan semen, cairan

vagina, air liur d. Tidak tahu 6. Bagaimana penularan HIV terjadi?

a. Melalui perkongsian pinggan dan gelas b. Melalui air liur

c. Cairan sperma d. Tidak tahu

7. Virus HIV membutuhkan berapa lama untuk mengembangkan kepada AIDS?

a. 1 tahun c. 10 tahun b. 6 tahun d. Tidak tahu


(3)

a. Tahap infeksi akut HIV c. Tahap AIDS b. Tahap klinikal latensi d. Tidak tahu 9. AIDS tidak bisa ditularkan melalui ?

a. “social kissing” (berciuman sambil mulut tertutup) dengan penderita AIDS

b. Anak yang lahir dari ibu yang menderita AIDS c. Apabila digigit oleh orang yang terinfeksi HIV d. Tidak tahu

10.Untuk mendeteksi virus HIV di dalam tubuh dilakukan tes apa?

a. Elisa dan Western Bold

c. Kultur

b. Polymerase chain reaction

(PCR) d. Tidak tahu

11.Antara berikut yang manakah merupakan gejala dari infeksi akut HIV/AIDS?

a. Pembengkakan kelenjar, demam, muntah b. Gejala mirip flu, demam, ruam

c. Luka pada kulit, diare, pneumonia d. Tidak tahu

12.Apakah gejala dari AIDS? a. Demam

b. Penurunan berat badan <10 % dalam satu bulan, c. Sakit kepala, muntah darah

d. Tidak tahu

13.Apakah penyakit HIV dapat disembuhkan? a. Ya, dengan pengambilan obat-obatan b. Tidak

c. Ya, sembuh dengan sendiri d. Tidak tahu

SIKAP TERHADAP HIV/AIDS SS = SANGAT SETUJU S = SETUJU

BS = BIASA SAJA TS = TIDAK SETUJU


(4)

STS = SANGAT TIDAK SETUJU

NO PERNYATAAN SIKAP SS S BS TS STS

1. Menurut anda dengan penggunaan narkoba suntik dapat tertular HIV/AIDS

2. Apakah penderita HIV/AIDS seharusnya dijauhi oleh masyarakat

3. Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang menimbulkan rasa malu dan mematikan

4. Menurut anda apakah penderita HIV/AIDS tidak harus hidup 5. Apakah konsultasi mengenai

HIV/AIDS harus diberikan melalui media dan majalah? 6. Apakah penderita AIDS harus

dijauhi dari keluarga? 7. Penggunaan kondom dapat

mengindari resiko terinfeksi HIV 8. Bantal atau piring yang digunakan

penderita HIV/AIDS tidak harus disentuh

9. Bayi yang terinfeksi HIV/AIDS harus diketepikan

10. Menurut anda jika teman anda terinfeksi HIV/AIDS harus dikucilkan


(5)

dikarantina supaya tidak tertular kepada orang lain

12. Mahasiswa yang terinfeksi HIV/AIDS tidak harus mengikuti kuliah

13. Penderita HIV/AIDS harus dihukum

3.Tindakan terhadap HIV/AIDS

1. Apakah anda pernah melakukan salah satu hal dibawah ini? a. Hubungan seksual sesama jenis

b. Menggunakan narkotika

c. Hubungan seksual sebelum menikah? d. Pernah bergantian pasangan seksual?

e. ………. ( Sebutkan jika lain) f. Tidak pernah melakukan hal di atas

2. Jika anda pernah melakukan hubungan seksual apakah pernah menggunakan kondom?

Pernah Tidak pernah

3. Jika anda pernah mengkonsumsi narkoba : • apakah dengan menghirup?

• apakah dengan penggunaan jarum? • apakah pernah bergantian jarum?


(6)