Perhitungan Tulangan Ganda Perhitungan Geser dan Torsi

22

2.3.3.1 Persentase Tulangan Minimum, Balance dan Maksimum

a. Rasio tulangan minimum ρ min Rasio tulangan minimum ditetapkan sebesar 4 . 1 fy Vis dan Kusuma, 1993 b. Rasio tulangan balance ρ b Dari gambar regangan penampang balok Gambar 2.4 didapat: s y cu cu E fy d c + = + = 003 , 003 , ε ε ε 2.31 Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 2002 pasal 10.52 ditetapkan Es sebesar 2 x10 5 Mpa, sehingga didapat fy d c + = 600 600 2.32 Keadaan balance: 0,85.fc’. .c.b = ρ.b.d.fy fy d b b c fc . . . . . . 85 , β ρ = fy fc fy . 85 , 600 600 β ρ + = 2.33 c. Rasio tulangan maximum ρ max Berdasarkan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.3.3-3 besarnya ρ max ditetapkan sebesar 0,75 ρ b.

2.3.3.2 Perhitungan Tulangan Ganda

Apabila ρ ρ max maka terdapat dua alternatif Vis dan Kusuma, 1997: a. Sesuaikanlah ukuran penampang balok b. Bila tidak memungkinkan, maka dipasang tulangan rangkap Dalam menghitung tulangan rangkap, total momen lentur yang dilawan akan dipisahkan dalam dua bagian: Mu 1 + Mu 2 23 Dengan: Mu 1 = momen lentur yang dapat dilawan oleh ρ max dan berkaitan dengan lengan momen dalam z. Jumlah tulangan tarik yang sesuai adalah As 1 = ρ max .b.d Mu 2 = momen sisa yang pada dasarnya harus ditahan baik oleh tulangan tarik maupun tekan yang sama banyaknya. Lengan momen dalam yang berhubungan dengan ini sama dengan d – d’. As As Jumlah tulangan tarik tambahan As 2 sama dengan jumlah tulangan tekan As’, yaitu: . . 1 2 d d fy Mu Mu As As − − = = φ 2.34

2.3.3.3 Perhitungan Geser dan Torsi

Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 2002 pasal 13.3 ditentukan besarnya kekuatan gaya nominal sumbangan beton adalah: d b f V w c c . 6 1 = 2.35 atau besarnya tegangan yang dipikul beton adalah: 6 1 c c f v = 2.36 Untuk penampang yang menerima beban aksial, besarnya tegangan yang mampu dipikul beton dapat dituliskan sebagai berikut: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + = 6 14 1 c f A P v g u c 2.37 24 Sedangkan besarnya tegangan geser yang harus dilawan sengkang adalah: c u s v v v φ φ − = 2.38 Besarnya tegangan geser yang harus dipikul sengkang dibatasi sebesar: c f v s 3 2 max = φ 2.39 Untuk besarnya gaya geser yang mampu dipikul oleh penampang ditentukan dengan syarat sebagai berikut: n u V V φ ≤ 2.40 dimana: V u = gaya lintang pada penampang yang ditinjau. Vn = kekuatan geser nominal yang dihitung secara Vn = Vc + Vs Vc = kekuatan geser nominal sumbangan beton Vs = kekuatan geser nominal sumbangan tulangan geser vu = tegangan geser yang terjadi pada penampang vc = tegangan geser nominal sumbangan beton vs = tegangan geser nominal sumbangan tulangan geser φ = faktor reduksi kekuatan = 0,75 b = lebar balok mm d = tinggi efektif balok mm f’c = kuat mutu beton Mpa Berdasarkan persamaan 2.86, tulangan geser dibutuhkan apabila c u v v φ . Besarnya tulangan geser yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus berikut: y c u v f s b v v A φ φ . − = Vis dan Kusuma, 1997 2.41 dimana: A v = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm 2 s = jarak sengkang dalam mm Rumus di atas juga dapat ditulis sebagai berikut: 25 y c u v f b v v A φ φ 1000 . − = Vis dan Kusuma, 1997 2.42 dimana A v adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm 2 . Namun apabila c u v v φ 2 1 harus ditentukan besarnya tulangan geser minimum sebesar RSNI Tata Cara Perhittungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Tahun 2002: y w v f s b A 3 = 2.43 dimana: A v = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm 2 s = jarak sengkang dalam mm Rumus ini juga dapat ditulis sebagai berikut: y w v f b A 3 1000 = Vis dan Kusuma, 1997 2.44 dimana A v adalah luas tulangan geser yang berpenampang ganda untuk tiap meter panjang yang dinyatakan dalam mm 2 . Jarak sengkang dibatasi sebesar d2, namun apabila 3 1 fc v s φ jarak sengkang maksimum harus dikurangi setengahnya. Perhitungan tulangan torsi dapat diabaikan apabila memenuhi syarat berikut: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ cp cp u p A fc T 2 12 φ 2.45 Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi syarat: ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ 2 2 7 , 1 . oh h u w u A p T d b V 3 2 fc v c φ φ + 2.46 Besarnya tulangan sengkang untuk menahan puntir ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 26 t A = θ cot 2 yv o n f A s T 2.47 dengan n T = φ u T . Sedangkan besarnya tulangan longitudinal yang harus dipasang untuk menahan puntir dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: A l = θ 2 cot ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ yt yv h t f f p s A 2.48 dimana: A cp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 A o = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm 2 A oh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm 2 A t = luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam daerah sejarak s, mm 2 A l = luas tulangan longitudinal yang memikul puntir, mm 2 f yh = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan geser, MPa f yt = kuat leleh tulangan torsi lungitudinal, MPa f yv = kuat leleh tulangan sengkang torsi, MPa p cp = keliling luar penampang beton, mm p h = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm s = spasi tulangan geser atau puntir dalam arah paralel dengan tulangan longitudinal, mm

2.3.4 Perencanaan Kolom