normal. Mikroskop elektron dapat menunjukkan keberadaan virion di dalam
fagosom makrofag.
2.1.8. Klasifikasi Hasil Pemeriksaan Berdasarkan Jumlah CD4 dan Gejala Klinis
CDC mengklasifikasikan infeksi HIV menjadi kategori sebagai berikut: 1. Kategori A adalah infeksi HIV asimtomatik, tanpa adanya riwayat gejala
maupun keadaan AIDS. 2. Kategori B adalah terdapatnya gejala-gejala yang terkait HIV; termasuk:
diare, angiomatosis
basiler, kandidiasis
orofaring, kandidiasis
vulvovaginal, pelvic inflammatory disease PID termasuk klamidia, GO, atau gardnerella, neoplasma servikal, leukoplakia oral EBV, purpura
trombositopenik, neuropati perifer, dan herpes zoster. 3. Kategori C adalah infeksi HIV dengan AIDS.
4. Kategori A1, B1, dan C1 yaitu CD4 500 µ L. 5. Kategori A2, B2, dan C2 yaitu CD4 200-400 µ L.
6. Kategori A3, B3, dan C3 yaitu CD4 200 µ L. CDC, 2009.
2.2. Cluster of Differentiation 4 CD4
2.2.1. Definisi
Sel T CD4 adalah limfosit T yang mengekspresikan molekul protein ko- reseptor CD4 pada permukaan sel. Istilah CD berarti cluster of differentiation
yang mengacu pada suatu molekul yang dikenal oleh sekelompok cluster antibodi monoklonal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jalur atau stadium
diferensiasi limfosit, sehingga dapat membedakan antar kelas limfosit Bratawidjaja, Rengganis, 2010.
2.2.2. Kecenderungan HIV menyerang Limfosit T CD4
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Yang target utama dari virus HIV adalah limfosit T CD4 karena pada permukaan limfosit T terdapat reseptor CD4 yang merupakan pasangan ideal bagi gp
120 permukaan surface glycoprotein 120 pada permukaan luar HIV enveloped. Meskipun demikian kompleks gp120 dan reseptor CD4 tersebut masih belum
memungkinkan HIV masuk ke dalam limfosit T melalui prses internalisasi. Internalisasi ke dalam limfosit T di tubuh host perlu dibantu oleh peran ko-reseptor
CCR5 dan CXCR4 yang juga berada di permukaan limfosit T Nasronudin, 2012.
2.2.3. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan CD4
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah CD4 seperti perubahan diurnal yang menunjukkan bahwa nilai terendah didapati saat pukul setengah satu
siang sedangkan nilai puncak saat pukul setengah sembilan malam.Penurunan dapat terjadi juga pada penderita infeksi akut dan operasi mayor. Pemberian kortikosteroid
pada penyakit akut dapat menurunkan jumlah CD4, tetapi pemakaian lama untuk penyakit kronik menunjukkan tidak terlalu berpengaruh. Perubahan pada penyakit
mungkin disebabkan redistribusi lekosit antara sirkulasi perifer dengan sumsum tulang, limpa,dan nodus limfoid. Jenis kelamin,usia pada orang dewasa, stress
psikologi,stres fisik dan kehamilan mempunyai efek minimal terhadap jumlah CD4. Pemakaian obat antiviral dapat meningkatkan j
umlah CD4 sebanyak ≥ 50 selmm
3
. Setelah pemakaian 4 sampai 8 minggu dan meningkat 50-100 selmm
3
tiap tahunnya WHO, 2010.
2.3. Infeksi Oportunistik 2.3.1. Definisi