TINJAUAN PUSTAKA Kata Sandang

xxvii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai analisis citra perempuan dalam novel ﺔﺒﻴﺒﻄﺗﺍﺮﻛﺬﻣ mu ẕakkarat ţabībah‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as- Sa’dāwī di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya USU sepanjang penulis ketahui belum ada. Secara etimologi kata kritik berasal dari bahasa Yunani kuno: Krités seorang hakim, Krinein menghakimi, Kriterion dasar penghakiman, dan Krtikós hakim kesusastraan, kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra Wellek dalam Pradopo, 2002: 32. Ahmad al-Syayib dalam Muzakki, 2011: 64, mengatakan kritik sastra adalah: ﻭﺃ ﺎﻬﻟ ﺔﻬﺑﺎﺸﻤﻟﺍ ﺎﻫﺮﻴﻐﺑ ﺎﻬﺘﻧﺯﺍﻮﻣﻭ ﺎﻬﻠﻴﻠﺤﺗﻭ ﺎﻫﺮﻴﺴﻔﺗﻭ ءﺎﺷﻷﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩ ﺪﻘﻨﻟﺍ ﺕﺎﻴﺴﺤﻟﺍ ﻰﻓ ﺍﺬﻫ ﻯﺮﺠﻳ ﺎﻬﺘﺟﺭﺩ ﻭ ﺎﻬﻨﻤﻴﻓ ﻥﺎﻴﺒﺑ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻢﺛ ﺔﻠﺑﺎﻘﻤﻟﺍ ﺓﺎﻴﺤﻟﺎﺑ ﻞﺼﺘﻣ ﺊٮﻴﺷ ﻞﻛ ﻰﻓ ﻭ ﻥﻮﻨﻔﻟﺍ ﻭ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﻰﻓ ﻭ ﺕﺎﻳﻮﻨﻌﻤﻟﺍﻭ annaqdu dirāsatu al-asyāi tafasīruhā wa taḥlīluhā wa mawāzinatuhā bigayrihā al- musyābahati lahā aw al-muqābalati ṡumma al-ḥukmu ‘alayhā bibayānin fīmanihā wa darajatihā tajrī hażā fī al-hasyāni walma’nawi bāni wa fī al-‘ulūmi wal funūni wa fī kulli syay`in muttaṣilu bilḥayāti`kritik adalah usaha mempelajari, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxviii menafsirkan, menganalisis, dan membandingkan sesuatu dengan lainnya, baik yang dianggap setara maupun tidak, kemudian menetapkan kedudukannya terhadap hal-hal yang konkrit dan abstrak, baik yang terkait dengan ilmu pengetahuan, bidang-bidang seni, maupun yang terkait dengan kehidupan.` Kritik sastra ialah pertimbangan baik dan buruk karya sastra, penerangan dan penghakiman karya sastra Jassin dan Hudson dalam Pradopo, 2002: 17. Kritik sastra merupakan studi yang berhubungan dengan pendefinisan, pengolongan, penguraian analisis, dan penilaian evaluasi karya sastra Abrams dalam Pradopo, 2002: 18 Muzakki 2011: 18 mengatakan, kritik sastra ialah bagian dari ilmu sastra yang memperbincangkan tentang pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra menurut Ahmad al-Syabib dalam Muzakki, 2011: 64-65 yaitu: ءﻯﺩﺮﻟﺍ ﻭ ﺪﻴﺠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻑﺮﻌﺘﻟﺍ ﻭ ﺔﻴﺑﺩﻷﺍ ﺐﻴﻟﺎﺳﻻﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻮﻫ ﻰﺑﺩﻷﺍ ﺪﻘﻨﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ annaqdu al- adabī huwa fī dirāsati al-asālībi al-adabiyati watta’rifu ‘alā al- jayyidi warradī`i fīhā‘kritik sastra adalah kajian tentang stilistika bahasa sastra serta mengetahui memberikan penilaian baik dan buruknya.’ Menurut Semi 1989: 11-13, berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, kritik sastra dapat digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu: 1. Kritik mimetik mimetic crticism, yaitu kritik bertolak pada pandangan bahwa karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Oleh sebab itu kritik sastra mimetik cenderung untuk mengukur kemampuan suatu karya sastra menangkap gambaran kehidupan yang dijadikan sebagai objek. 2. Kritik pragmatik paragmtic crticism, yaitu suatu kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra itu disusun untuk mencapai efek-efek Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxix tertentu kepada pembacanya, seperti efek kesenangan, estetika, pendidikan, dan sebagainya. Kritik pragmatik ini kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap suatu karya berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. 3. Kritik ekspresif, yaitu kritik sastra yang menekankan telaah kepada kebolehan pengarang dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra. Dalam hal ini kritik sastra cenderung untuk menimbang karya sastra dengan meoerlihatkan kemampuan pencurahan, kesejatian, atau visi penyair yang secara sadar atau tidak tercermin pada karyanya tersebut. 4. Kritik objektif, yaitu suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya sastra adalah karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi pengarangn pembaca, atau dunia sekitarnya. Ia harus dilihat sebagai objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri. Dari macam- macam kritik sastra tersebut juga mengalami perkembangan dan memunculkan beberapa teori berikutnya yaitu salah satunya kritik sastra feminis. Feminis berasal dari kata femme woman, artinya perempuan tunggal yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan jamak sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan interelasi jender. Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial Ratna, 2005: 414. Feminisme menurut Goefe dalam Sugihastuti, 2000: 37 ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita. Moeliono 1988 dalam Sugihastuti 2000: 37 mengatakan bahwa feminisme ialah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Kritik sastra feminis berawal dari hasrat para wanita untuk mengkaji karya penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita sebagai Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxx makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan Djajanegara, 2000: 27. Tujuan feminis adalah untuk meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sederajat dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Cara mencapai tujuan feminis adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki dan membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Menurut para feminis, nilai tradisional inilah yang menjadi penyebab utama inferioritas atau kedudukan dan derajat rendah kaum wanita. Nilai-nilai ini menghambat perkembangan wanita untuk menjadi manusia seutuhnya Sugihastuti, 2000: 4-5. Fakih dalam Sugihastuti dan Saptiawan mengatakan asumsi bahwa perempuan telah ditindas dan dieksploitasi menghadirkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca sebagai wanita sebagai dasar menyatukan pendirian bahwa perempuan dapat membaca dan menafsirkan sastra sebagai perempuan Sugihastuti, 2002: 202. Kritik sastra feminis adalah membaca sebagai perempuan, yakni kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna karya sastra Culler dalam Djajanegara, 2002:7. Para pengkritik sastra feminis memiliki tujuan penting dari kritik sastra feminis, yaitu ingin membantu agar pembaca dapat memahami, mendeskripsikan, menafsirkan, serta menilai karya-karya yang ditulis oleh pengarang Djajanegara, 2000: 27. Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang wanita dapat membaca karya sastra sebagai wanita, pengarang menulis novel sebagai wanita, dan mengungkapkan citra wanita yang ada Satoto dan Fanannie, 2000: 85 Endaswara 2011: 149 mengatakan kegiatan akhir dari sebuah perjuangan feminis adalah persamaan derajat, yang hendak mendudukkan wanita tak sebagai obyek. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxi Langkah-langkah untuk mengkaji sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan feminis antara lain: 1. mengidentifikasikan satu atau beberapa tokoh wanita, dan mencari kedudukan tokoh-tokoh itu dalam masyarakat; 2. meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati; Macam kritik sastra feminis menurut Djajanegara 2000: 28-39 adalah sebagai berikut. 1. Kritik sastra feminis ideologis, yaitu kritik sastra feminis yang melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Adapun yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita dalam penelitiannya adalah citra serta stereotipewanita dalam karya sastra. Selain itu meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab mengapa wanita sering ditiadakan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra. 2. Kritik sastra feminis-gynocritic atau ginokritik, yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji penulis-penulis wanita. Kajian dalam kritik ini adalah masalah perbedaan antara tulisan pria dan wanita. 3. Kritik sastra feminis-sosialis atau kritik sastra marxis adalah kritik sastra feminis yang meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat tokoh wanita dalam karya sastra lama adalah wanita yang tertindas yang tenaganya dimanfaatkan untuk keperluan kaum laki-laki yang menerima bayaran. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxii 4. Kritik sastra feminis-psikoanalitik adalah kritik sastra feminis yang diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedang tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya. 5. Kritik sastra feminis-ras atau kritik sastra feminis-etnik yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji tentang adanya diskriminasi seksual dari kaum laki-laki kulit putih atau hitam dan diskriminasi rasial dari golongan mayoritas kulit putih, baik laki- laki maupun perempuan. 6. Kritik sastra feminis lesbian, yakni kritik sastra feminis yang yang hanya meneliti penulis atau tokoh wanita saja. Dalam kritik sastra feminis ini, para pengkritik sastra lesbian lebih keras untuk memasukkan kritik sastra feminis lesbian ke dalam kritik sastra feminis serta memasukkan teks-teks lesbian ke dalam kanon tradisional maupun kanon feminis. Selanjutnya untuk memfokuskan penelitian ini, di sini peneliti menggunakan kritik sastra feminis ideologis, karena kritik sastra feminis yang melibatkan perempuan khususnya sebagai pembaca.Kritik sastra feminis ini merupakan cara menafsirkan suatu teks, yaitu satu diantaranya banyak cara yang dapat diterapkan untuk teks yang paling rumit sekalipun.Yang dikaji adalah citra serta stereotipe perempuan dan meneliti kesalahpahaman mengenai perempuan. Cara ini bukan saja memperkaya wawasan para pembaca wanita, tetapi juga membebaskan cara berfikir mereka Djajanegara, 2000: 28. Mengingat fokus dari penelitian ini tentang citra perempuan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa definisi citra. Menurut KBBI 2002:206 citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh suatu kata, frasa, kalimat, dan merupakan unsur yang khas dalam karya prosa dan puisi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxiii Kata citra dalam penelitian ini mengacu pada makna setiap gambaran pikiran. Menurut Sugihastuti 2007: 45, citra artinya rupa, gambaran; dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi.Citra perempuan diambil dari gambaran-gambaran citraan yang ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pencecapan tentang perempuan. Menurut Sugihastuti 2007: 46, perempuan dicitrakan sebagai makhluk individu, yang beraspek fisik dan psikis, dan sebagai makhluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat. Gambaran pikiran yang terdapat dalam citra merupakan efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan daerah- daerah otak yang berhubungan. Dengan demikian citra dalam penilitian ini adalah wujud gambaran sikap dan sifat dalam keseharian perempuan yang menunjukkan wajah dan ciri khas perempuan. Dalam kajian citra perempuan dalam novel ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ mu ẕakkarat ţabībah ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī peneliti ingin mengkaji sesuai dengan pendapat Sugihastuti bahwa citra perempuan meliputi tiga hal yaitu citra perempuan dari aspek fisik, psikis, dan sosial. Proses peneletian ini dilakukan sesuai dengan teori kritik sastra feminis Soenarjati Djajanegara dalam bukunya “Kritik Sastra Feminis : Sebuah Pengantar”. Menurut Sugihastuti, 2000: 83-121 citra perempuan dapat diklasifikasikan berdasarkan : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxiv 1. Citra perempuan dalam aspek fisik dan psikis. Citra perempuan dalam aspek fisik dan psikis dikongkretkan dalam sistem komunikasi sastra, yaitu menempatkannnya dalam tegangan antara penyair, teks, pembaca, dan semestaan. Sebagai contoh: Citra perempuan dalam aspek fisik dalam novel ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ mu ẕakkarat ţabībah ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as- Sa’dâw ī. Tokoh “Aku” dalam novel tersebut merupakan seorang perempuan. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut : BAB I halaman 1 ﺖﻨﺑ ﻰﻣﺃ ﻦﻣ ﻊﻤﺳﺃ ﺎﻤﻛ ﺖﻨﺑ ﻰﻨﻧﺃ ﺖﻗﻮﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻲﻓ ﻪﻓﺮﻋﺃ ﺖﻨﻛ ﺎﻣ ّﻞﻛ ﺖﺴﻟ ... ًﺍﺪﻟﻭ ﺖﺴﻟ ﻰﻧﺃ ﻮﻫ ...ﺪﺣﺍﻭ ﻰﻨﻌﻣ ﻯﻮﺳ ﻯﺮﻈﻧ ﻲﻓ ﺖﻨﺑ ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻦﻜﻳ ﻢﻟ ﻭ ... ﻰﺧﺃ ﻞﺜﻣ kullu mā kuntu a’rifuhu fī ẕalikal waqti ananī bintun kamāasma’u min amī bintun. Wa lam ma yakunu likalimatin bintin fī naẓrī sawiya ma’nan wā hidin... huwa annaī lastu waladan ... lastu miṣla akhī ‘satu-satunya yang kuketahui waktu itu hanyalah bahwa aku seorang anak perempuan dan seorang gadis. Sepanjang hari aku mendengar kata-kata itu dari ibuku. “Gadis” demikian ia biasa memanggilku dan bagiku sebenarnya ini hanya berarti bahwa aku bukan seorang anak laki-laki dan bahwa aku memang berbeda dari saudara lelakiku.’ 2. Citra perempuan dalam aspek psikis dalam novel ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ mu ẕakkarat ţabībah ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. Tokoh “Aku” dalam novel tersebut merupakan sosok perempuan yang tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut : BAB I halaman 14 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxv ﻭ .ﻰﺴﻔﻧ ﻲﻓ ﺔﺠﺟ ﺄﺘﻤﻟﺍ ﺔﻠﻌّﺸﻟﺍ ﻚﻠﺗ ءﻰﻔﻄﻳ ﻦﻟ ... ﻲﻨﻴﻔﻜﻳ ﻦﻟ ﻉﺎﻔﺗﺭﺍ ﻱﺃ ﻥﺃ ﺖﻠﺧ ﺓﺪﺣﻭ ... ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺓﺮﻣ ﻉﻮﺿﻮﻤﻟﺍ ﺃﺮﻗﺃ ﺖﻨﻛ ... ﺔّﻴﺑﺎﺸﻴﻤﻟﺍ ﺓﺭّﺮﻜﺘﻤﻟﺍ ﺱﻭﺭّﺪﻟﺍ ﺖﻫﺮﻛ ... ًﺍﺪﻳﺪﺟ ... ًﺍﺪﻳﺪﺟ ﺄﻴﺷ ﺪﻳﺭﺃ ﺖﻨﻛ ... ﻰﻨﻠﺘﻘﻳ ... ﻰﻨﻘﻨﺘﻳ ﺭﺍﺮﻜﺘﻟﺍ ﻥﺃ ﺖﺴﺴﺣﺃ ... ﻂﻘﻓ ... ًﺎﻤﺌﻟﺍﺩ khaltu anna ayya irtafā’in lan yakfaynī ... lan yaţfaa tilka asysya’lata al-muta`a jajata fī nafsī. Wakarahtu ad-durūsa al-mutakarrirata al-mutasyābiyyata ... kuntu `aqra`u al- mawdū’a maratan wāhidatan ... wāhidatan faqaţ ... `ahsastu `anna al- tikrāra yatnaqunī ... yaqtulunī ... kuntu urīdu syayan jadīdan ... jadīdan ... d ā`iman ... ‘bagiku rasanya, ketinggian seberapa pun dapat kuraih, tak akan memuaskan hatiku, api yang membara di dalam diriku rasanya tak akan dapat dipadamkan. Pada waktu itu, aku mulai membenci pengulangan dan persamaan- persamaan yang kujumpai dalam pelajaran; biasanya aku membaca materi pelajaran dan hanya satu kali saja; mengulang membacanya bagiku terasa mencekik, dan membunuhku. Aku selalu menginginkan sesuatu yang baru, yang baru senantiasa’ 3. Citra perempuan dalam aspek sosial. Citra perempuan dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat. Citra perempuan dalam aspek sosial dalam novel ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ mu ẕakkarat ţabībah ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. Tokoh “Aku” dalam novel tersebut merupakan sosok perempuan yang aktif berjiwa organisasi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut: BAB I halaman 13 ﺔﺑﺎﻄﺨﻟﺍ ﺔﻴﻌﻤﺟ ﻭ ﻞﻴﺸﻤﺘﻟﺍ ﺔﻴﻌﻤﺟ ﺖﻠﺧﺩ ... ﺔﺳﺭﺪﻤﻟﺍ ﻁﺎﺸﻧ ّﻞﻛ ﻲﻓ ﺖﻛﺮﺘﺷﺍﻭ ... ﻢﺳﺮﻟﺍ ﺔّﻴﻌﻤﺟ ﻭ ﻰﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻴﻌﻤﺟ ﻭ ﺔﺿﺎﻳﺮﻟﺍ ﺔّﻴﻌﻤﺟﻭ Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxvi wāsytaraktu fī kulli nasyā ţ i al-madrasati ... dakhaltu jami’iyataal-tamśīliwa jami’iyyataal- khiţābati wa jam’iyyataaryādati wa jam’iyyataal-mawsīqi wa jam’iyyata ar-rasmi...‘aku mengikuti semua aktivitas di sekolah, juga menggabungkan diri dalam kelompok drama, ikut kelompok diskusi, tak ketinggalan pula ikut olahraga atletik, ikut bermain musik serta kegiatan kesenian lainnya.’ Identifikasi citra perempuan dalam novel ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ mu ẕakkarat ṭabībah ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī digunakan untuk melihat perempuan yang dipresentasikan melalui karya sastra. Untuk mengungkapkan citra perempuan tersebut dapat ditelusuri melalui peran tokoh perempuan tersebut dalam masyarakat. Secara leksikal peran dapat didefinisikan sebagai peringkat tingkah yang diharapkan untuk dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat KBBI, 2002: 854.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN