Sekilas tentang Biografi Pengarang

xxxviii Dalam bidang pendidikan “Aku” seorang perempuan yang cerdas dan itu merupakan suantu kebanggaan tersendiri bagi ayahnya. Ketika tamat sekolah “Aku” memilih kuliah di Fakultas Kedokteran karena menurutnya bidang kedokteran adalah sesuatu yang mengerikan dan mengundang rasa hormat bahkan setengah rasa memuja dari ibu, ayah, dan saudara laki-lakinya. Dan menurutnya ilmu kedokteran adalah ilmu yang tidak membedakan antara perempuan dan laki- laki. Karena keseriusannya menggeluti bidang kedokteran akhirnya “Aku” menjadi seorang dokter perempuan yang sukses dan memilki nama yang cukup melambung. Di tengah-tengah kesuksesannya sebagai dokter perempuan “Aku” juga menginginkan sosok pendamping hidup dan “Aku” bertemu seorang lelaki yang saat itu telah menarik perhatiannya. Mereka pun menikah tetapi di tengah pernikahannya “Aku” merasa semua terbatasi karena kehendak suaminya, bahkan “Aku” dilarang membuka prakteknya karena suaminya merasa tugas seorang istri hanya di rumah mengurus rumah dan suami. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang telah dijalankan “Aku” selama hidupnya. Perbedaan ini akhirnya membawa perceraian di antara mereka berdua dan membuat “Aku” merasakan kebebasan seperti pada saat sebelum “Aku” menikah. Setelah terjadinya perceraian “Aku” kembali fokus dengan karirnya dan menikmati kesendiriannya, padasaat kesediriannya itu “Aku” merenungi kebahagiaan apa yang telah dicapainya selama ini dan merasa kesukesessan bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya “Aku” rasakan. Sampai akhirnya “Aku” bertemu dengan seorang lelaki seniman dan menganggap profesi sebagai dokter mempunyai seni tersendiri. Hal inilah yang membuat “Aku” merasa lelaki itulah yang cocok dengannya dan mengerti dengan profesinya sebagai perempuan yang bukan hanya berdiam diri dirumah untuk melayani suami. Akhirnya “Aku” merasakan bahwa ia membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya dan melepaskan rasa keegoisannya selama ini.

3.2 Sekilas tentang Biografi Pengarang

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xxxix Nawal As- Sa’dāwī adalah dokter bangsa Mesir. Ia terkenal di seluruh dunia sebagai novelis dan penulis wanita peluang hak-hak wanita. Dilahirkan di sebuah desa bernama Kafr Tahla, sebuah perkampungan kecil di luar Kairo. Saudaranya delapan orang. Ia tumbuh di lingkungan keluaega yang cukup religius dan dalam kondisi negara sedang di bawah tekanan kolonial. Ayahnya seorang sarjana perguruan tinggi, terdidik, dan mengharagai pendidikan. Sehingga ia menuntut kepada semua anak-anaknya untuk selalu belajar dan belajar. Pada tahun 1947 ayahnya menjabat sebagai Pengawas Umum Pendidikan untuk Provinsi Minufia di daerah Delta, wilayah yang terletak di sebelah utara Kairo. Tidak hanya ayahnya, ibu Nawāl juga seorang perempuan yang terdidik. Nawāl menggambarkan ibunya sebagai “seorang revolusioner yang berambisi”. Ibunya telah meninggal dunia ketika dia berumur 25 tahun, dan ayahnya tak lama kemudian ikut menyusul ibunya. Keduanya tak dapat menyaksikan prestasi anak perempuannya yang luar biasa itu. Pendidikannya Nawāl diselesaikan pada sekolah dasar, sekolah menengah, dan juga sekolah tingginya di dalam negeri. Ia tidak seperti intelektual Mesir yang lain sezamannya, yang kebanyakan mereka menghabiskan masa studinya di luar negeri. Setelah tamat di tingkat menengah, Nawāl memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Cairo, sebuah jurusan yang disentuh oleh kaum laki-laki, tetapi justru itu yang dikehendaki oleh Nawāl. Ia meraih gelar sarjana psikiatri pada tahun 1955 dan dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari ratusan mahasiswa laki- laki maupun perempuan. Pekerjaan yang pernah dijalani Nawāl adalah di departemen Kesehatan Mesir 1958 dan sempat menjadi Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat Mesir. Saat itulah Nawāl berjumpa dengan suaminya, Sherif Hetata yang juga seorang dokter. Hetata pernah aktif di salah satu aliran kiri dengannya. Oleh karenanya, ia pernah dipenjara selama 13 tahun. Sebagai soerang akademisi dan sekaligus pejuang hak-hak perempuan, Nawāl beberapa kali mengadakan kegiatan ilmiah, antara lain; penelitian dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xl observasi, terutama mengenai masalah ketidakadilan gender gender anequity. Tahun 1972 Nawāl diberhentikan dari instansi tempatnya bekerja, sekaligus dicopot dari posisinya sebagai Direktur Kesehatan Masyarakat. Pemberhentian itu lebih banyak disebabkan oleh pemikirannya yang blak-blakkan yang dituangkan dalam bukunya Woman and Sex. Dalam karya pertamanya non-fiksi tersebut ia menguraikan dengan vulgar hal-hal yang bersifat tabu tentang kewanitaan dan seksualitas, serta hal-hal yang sensitif yang terkait dengan masalah politik dan agama. Nawāl melakukan penelitian tentang wanita dan neurosis di Fakultas Kedokteran University ‘Ain Syams 1973-76. Hasilnya dipublikasikan dengan judul “Wanita dan Neurosis” pada tahun 1976, yang telah memasukkan 20 studi kasus wanita di penjara dan rumah sakit. Penelitian initelah memberikan inspirasi baginya untuk menulis novel Women at Point Zero Perempuan di Titik Nol. Pada tahun 1977, Nawāl mempublikasikan karya termahsyurnya, yaitu The Hidden Face of Eve yang dilingkupi dengan topik-topik besar yang terkait dengan wanita Arab sebagai sebuah reaksi atau kasus-kasus yang terkait dengan kewanitaan. Seperti pemotongan alat kelamin wanita, aborsi, hubungan seksual, pernikahan, dan talak, serta Islam fundamentalis. Pada Tahun 1979-1980 menjabat sebagai Penasehat PBB untuk Program Wanita di Afrika ECA dan juga Timur Tenga ECWA. Pada tahun 1982 Nawāl mendirikan sebuah organisasi perempuan bernama AWSA Arab Women’s Solidary Association atau Persatuan Solidaritas Kaum Perempuan. Tujuan pendirian organisasi ini adalah mengupayakan kekuatan politik yang memperjuangkan aspirasi kaum perempuan. Pada tahun 1985, organisasi ASWA telah mendapatkan pengakuan resmi dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBBsebagai organisasi non-pemerintah NGO Arab. Nawāl as-Sa’dāwī menghasil 23 karya yang berbentuk dalam novel dan beberapa naskah drama. Beberapa karya Nawāl As-Sa’dāwī telah diterjemahkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara xli ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Portugis, Swedia, Norwegia, denmark, Italia, Belanda, Finlandia, Indonesia, Iran, Turki, dan Urdu.

3.3 Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel