Aspek Strategis Permasalahan Utama

Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pertimbangan bahwa pelayanan penempatan dan perlindungan TKI banyak melibatkan instansikelembagaan yang terkait maka karakteristik BNP2TKI yang dikonstruksikan oleh Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berfungsi pelaksanaan kebijakan penempatan dan perlindungan TKI dan dalam melaksanakan fungsinya harus terkoordinasi dan terpadu serta terdiri dari wakil wakil instansi pemerintah yang terkait. Dengan karakteristik tersebut diatas, maka fungsi BNP2TKI sebagai ”service provider”, sedangkan pelayanan langsung penempatan dan perlindungan TKI berada di unit pelaksana teknisBalai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BP3TKI, Balai Pelayanan Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia BPKTKI, Loka Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia LP3TKI dan Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia P4TKI dipintu pintu debarkasi dan embarkasi dengan prinsip murah, mudah, cepat, dan aman. Deputi Bidang Penempatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi BNP2TKI, bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan penempatan TKI. Gambaran tentang Kinerja Pelayanan penempatan TKI pada renstra diproyeksikan ke dalam Indikator Utama yang pencapaian targetnya telah ditetapkan untuk 2015 sampai dengan 2019 sejalan dengan arah kebijakan dan strategi dalam upaya untuk melindungi hak dan keselamatan pekerja migranTKI. Untuk itu, Deputi Bidang Penempatan berkewajiban menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP dengan mengacu pada Standar Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diemban. Lakip 2016 merupakan laporan tahun kedua dalam rencana-strategis BNP2TKI 2015-2019 yang menitikberatkan pada pembenahan tata kelola pelayanan penempatan TKI.

B. Aspek Strategis

1. Dokumen TKI Terverifikasi Sesuai Standar Prosedur. Menurut Undang-undang nomor 39 tahun 2004, 2. Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri SISKOTKLN yang terus dikembangkan sesuai dengan kerja sama yang telah terbangun bersama Instansi dan stakeholder terkait, untuk mencapai target seluruh prosedur terjalin dalam suatu sistem online layanan penempatan dan perlindungan TKI. Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 3. Peningkatan TKI Formal yang terus menerus hingga mencapai Zero TKI Informal; 4. Terlaksananya biaya penempatan TKI menggunakan Transaksi Non Tunai; 5. Terlaksananya penempatan tenaga kerja luar negeri oleh pemerintah melalui program G to G dan G to P 6. Pembenahan pembiayaan penempatan TKI melalui program KUR-TKI

C. Permasalahan Utama

1. Sulitnya pengendalian dalam mekanisme penempatan TKI mengakibatkan banyaknya penempatan TKI secara non procedural 2. Kurangnya sentra-sentra pelayanan penempatan TKI maupun pelayanan yang mudah, cepat dan murah 3. Kurang informasi dan teknologi tentang peningkatan kualitas dan kecepatan penyediaan layanan TKI secara online. 4. Panjangnya mata rantai proses penempatan dan tingginya beban biaya yang ditanggung TKI yang disebabkan oleh adanya hambatan dalam Regulasi proses penempatan TKI 5. Kurangnya sosialisasi dan diseminasi informasi tentang bekerja ke luar negeri secara benar dan aman di seluruh Indonesia; 6. Beban biaya penempatan TKI yang masih relative tinggi sebagai akibat antara lain kurangnya keterbukaan informasi dalam mekanisme pembiayaan penempatan TKI, kepentingan PPTKIS karena PPTKIS menggunakan pihak ketiga dalam mendapatkan job order bargaining power dan atau lembaga keuangan yang profit oriented non tunai, KUR TKI 7. Terjadinya manipulasi dalam pembayaran pembiayaan penempatan TKI dan adanya perang tarif dalam penerapan pembayaran proses penempatan; 8. Tidak adanya regulasi pelayanan penempatan TKI di perbatasan;

D. Maksud dan Tujuan