ANALISIS CAPAIAN KINERJA AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis Capaian kinerja dilakukan dalam rangka menggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategis. Capaian programkegiatan Deputi Bidang Penempatan tahun 2016 dianalisis dengan cara dibandingkan dan dihitung terhadap target tahun 2016 serta terhadap Capaian programkegiatan tahun 2015, Analisis Capaian Kinerja Deputi Bidang Penempatan tahun 2016 disajikan sebagai berikut : 1. SASARAN PROGRAM KEGIATAN 1 Meningkatnya Penempatan TKLN Memenuhi Syarat Kerja Dan Prosedur Berbasis Sistem P2TKI Tabel 14 CAPAIAN KINERJA SASARAN PROGRAMKEGIATAN I TAHUN 2015 DAN 2016 Sasaran Program Kegiatan Indikator Kinerja Utama Tahun Pelaksanaan Target Capaian Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem P2TKI Persentase TKI yang ditempatkan memiliki dokumen dan memenuhi standar yang ditetapkan 2015 300.000 275.736 91.91 2016 300.000 234.451 78,15 Prosentase Penempatan TKI Formal yang Memenuhi Syarat Kerja dan Prosedural yang Berbasis Sistem 2015 275.736 152.394 55,26 2016 234.451 125.176 53,46 Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa Persentase TKI yang ditempatkan memiliki dokumen dan memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan capaian tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2016 menunjukkan penurunan sebanyak 41.285 TKI, sedangkan gambaran Persentase Penempatan TKI Formal yang memenuhi syarat kerja dan prosedural yang berbasis sistem capaian tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2016 menunjukkan penurunan sebanyak 27.218 TKI Analisis terhadap Sasaran ProgramKegiatan Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis Sistem P2TKI dengan indikator Kinerja Persentase TKI yang ditempatkan memiliki dokumen dan memenuhi standar yang ditetapkan dan Indikator kinerja Prosentase Penempatan TKI Formal yang Memenuhi Syarat Kerja dan Prosedural yang Berbasis Sistem, serta Analisis lainnya yang mendukung Sasaran ProgramKegiatan 1 didapat hasil sebagai berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 a. INDIKATOR KINERJA I PADA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 1 Persentase TKI yang Ditempatkan Memiliki Dokumen Dan Memenuhi Standar Yang Ditetapkan Analisis Capaian Kinerja sebagai berikut : Pada tahun 2016 dapat ditempatkan sejumlah 234.152 TKI 78,05 yang berdokumen lengkap. Jika penempatan pada tahun 2015 dengan jumlah sebanyak 275.736 orang 91,91 dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 234.152 orang 78,05 dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan sebesar 13,76, Terjadi penurunan jumlah penempatan TKI dalam tahun 2016 banyak dipengaruhi oleh : 1 Adanya kebijakan Pemerintah terkait moratorium penempatan TKI pada penggunan perseorangan di kawasan Timur Tengah; 2 Adanya kebijakan Pemerintah terkait dengan penghapusan KTKLN yang menyebabkan pemahaman masyarakat terkait dengan dokumen TKI, terabaikan sehingga banyak calon TKI yang menempuh jalur unprosedural; 3 Berdasarkan hasil monitoring di daerah perbatasan, data dan informasi dari konsulat bahwa banyak pintu-pintu perlintasan tidak resmi ke luar negeri jalan tikus yang memungkinkan para Calon TKI berangkat ke Luar Negeri tanpa melalui prosedur yang benar dan adanya kemudahan di negara-negara penempatan untuk menampung mereka bekerja secara ilegal, bahkan terjadi di negara Malaysia Calon TKI berangkat secara illegal namun para majikan menguruskan visa kerja JP Visa. 4 Adanya modus penempatan TKI ke berbagai negara penempatan oleh PPTKIS yang tidak bertanggung jawab secara terselubung menghindari prosedur yang sudah ditetapkan sebagaimana terjadi pada penempatan tujuan Hongkong yang ditenukan pada akhir tahun 2016 dan tujuan penempatan lainnya dengan modus wisata dan Umroh. hal tersebut dimungkinkan oleh banyaknya PPTKIS yang melakukan penempatan secara terselubung menghindari prosedur penempatan yang berlaku. Tahun 2016 yang berangkat dengan diberikan pelayanan E-KTKLN sebanyak 234.152 orang sedangkan jumlah yang mengikuti PAP sebanyak 207.883 orang. Terjadinya perbedaan data tersebut disebabkan karena adanya kebijakan Permenaker No. 22 Tahun 2014 yang memperkenankan bagi TKI re-entry tidak diwajibkan mengikuti PAP, data penempatan sebagaimana lampiran I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 b. INDIKATOR KINERJA 2 PADA SASARAN PROGRAM KEGIATAN 1 Prosentase Penempatan TKI Formal yang Memenuhi Syarat Kerja dan Prosedural yang Berbasis Sistem Analisis Capaian kinerja adalah : Target penempatan TKI formal adalah 70, dari penempatan sebesar 234.451 orang jumlah penempatan formal 125.176 orang 53,46, dan penempatan informal sebesar 109.275 orang 46,61. Capaian kinerja dibanding target, belum terpenuhi. Proporsi Penempatan TKI formal masih lebih besar karena dampak dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh BNP2TKI antara lain melalui sosialisasi, koordinasi, moratorium penempatan TKI sektor informal dan adanya peningkatan permintaan pasar kerja sector formal di luar negeri. Penempatan TKI formal pada tahun 2016 tidak tercapai sebesar 17,88 dari target sebesar 70, dan bila dibandingkan dengan penempatan tahun 2015 sebesar 247.610 Orang 58 dengan target 55 terjadi penurunan, hal ini disebabkan oleh pemahaman masyarakat terkait dengan dokumen TKI terabaikan sehingga banyak calon TKI yang menempuh jalur unprosedural. c.ANALISIS CAPAIAN KINERJA LAINNYA YANG MENDUKUNG SASARAN PROGRAM KEGIATAN 1 Teknis pengelolaan data dan informasi Pelayanan Penempatan Calon TKI telah ditetapkan memanfaatkan Sistem Teknologi Informasi dengan nama Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri SISKOTKLN, fungsi sistem ini seutuhnya bentuk dari prosedur pelayanan penempatan TKI berdasarkan UU nomor 39 tahun 2004 pasal 51. Sejak pertama kali SISKOTKLN dikembangkan tidak pernah berhenti mengalami perubahan pengembangan menyesuaikan dengan kebijakan teknis terbaru sebagai bagian dari upaya pembenahan tata kelola pelayanan penempatan TKI kerjasama dengan instansi terkait untuk menghasilkan Layanan dokumen Calon TKI yang terintegrasi dan terverifikasi. Dalam rangka memperoleh Calon TKI dengan kelengkapan persyaratan dan dokumen yang benar, maka proses verifikasi terhadap hal tersebut dibangun secara komprehensif bersama instansi dan lembaga yang kompeten untuk masing-masing persyaratan dan dokumen serta perwakilan negara asing, pada tahun anggaran 2015 telah terlaksana kegiatan yang mendukung pengembangan pemanfaatan integrasi dengan Sistem Informasi Keimigrasian SIMKIM berupa pengembangan sistem integrasi Rekomendasi penerbitan paspor online, dengan manfaat, keluarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Rekomendasi penerbitan paspor Calon TKI langsung diterima secara online di kantor imigrasi, dan memungkinkan proses penerbitan paspor lebih cepat. Persiapan Teknis implementasi pelayanan Calon TKI non tunai untuk lembaga pendukung penempatan TKI, sarana Kesehatan, BLK-LN. Lembaga pembiayaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan tata kelola pelayanan penempatan TKI di daerah perbatasan, dikembangkan suatu pelayanan teknis dengan output menghasilkan Calon TKI berdokumen lengkap dan benar dengan sebutan Program Poros Sentra Pelatihan dan Pemberdayaan di Daerah Perbatasan dengan layanan terintegrasi dari berbagai layanan stakeholder terkait, bertempat di satu lokasi dengan sebutan Layanan Terpadu Satu Pintu LTSP, yang pertama telah diresmikan pada tanggal 26 Februari 2016 oleh Ibu Fuan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Nunukan Kalimantan Utara. Program ini juga akan dilaksanakan di Entikong, Kalimantan Barat, Batam, Tanjung Pinang Kepulauan Riau. dengan progres pada tahapan koordinasi dan fasilitasi pembentukan LTSP bersama kepala daerah dan SKPD setempat. Untuk wilayah atau daerah dengan riwayat penduduk banyak bekerja menjadi TKI, dibentuk “LTSP daerah asal” pada tahun 2016 dengan rencana awal sebanyak 9 sembilan LTSP daerah asal di 9 sembilan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat di dorong untuk dapat terwujud, sampai dengan akhir tahun 2016 “LTSP daerah asal” yang diresmikan hanya 1 satu yaitu “LTSP daerah asal” Kabupaten Indramayu melaksanakan berbagai tahapan terutama koordinasi dan fasilitasi bagi kebutuhan pelayanan penempatan TKI . 2. SASARAN PROGRAM KEGIATAN 2 Meningkatnya Pelayanan TKI Sejak Pra Keberangkatan Sampai Dengan Kepulangan. Tabel 15 CAPAIAN KINERJA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 2 TAHUN 2016 Sasaran Program Kegiatan Indikator Kinerja Utama Tahun Pelaksanaan Target Capaian Meningkatnya pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan sampai dengan kepulangan Persentase proses pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan sampai dengan kepulangan menggunakan transaksi secara non tunai 2016 30 40 133 Biaya bunga yang menjadi beban TKI maksimum 20 floating rate 2016 30 5,74 19,13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Sasaran Program Kegiatan Indikator Kinerja Utama Tahun Pelaksanaan Target Capaian Cost structure dengan beban tanggung jawab wajar antara TKI, PPTKIS dan Majikan serta negara Indonesia + Negara Penempatan 2016 30 71,43 238.09 Dari hasil analisis terhadap Sasaran ProgramIIKegiatan 2 yaitu Meningkatnya Pelayanan TKI Sejak Pra Keberangkatan Sampai Dengan Kepulangan dengan indikator Kinerja Prosentase lembaga keuangan yang terlibat dalam pembiayaan TKI terintegrasi Sistem SISKOTKLN dengan transaksi Non Tunai dan Indikator kinerja Persentase proses pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan sampai dengan kepulangan menggunakan transaksi secara non tunai, serta Analisis Capaian Kinerja lainnya yang mendukung Sasaran ProgramKegiatan 2 didapat hasil sebagai berikut :

a. INDIKATOR KINERJA 1 PADA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 3

Persentase proses pelayanan TKI sejak pra-keberangkatan sampai dengan kepulangan menggunakan transaksi secara non tunai, Analisis Capaian kinerja adalah : Sesuai data dari Sistim Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri SISKOTKLN terdapat 3 lembaga keuangan yang terlibat dalam pembiayaan TKI terintegrasi SISKOTKLN dengan transaksi Non Tunai dalam pembayaran asuransi TKI. Lembaga keuangan tersebut yaitu Bank BRI, Bank BNI dan Bank Mandiri. Sehingga presentase lembaga keuangan yang terlibat dalam pembiayaan TKI telah mencapai 100 dari target prosentase Tahun 2016 sebesar 30. Jumlah TKI dalam pembayaran Asuransi dengan Transaksi Non Tunai No Perbankan Jumlah Transaksi Jumlah TKI Jumlah Pembayaran Rp. 2015 2016 2015 2016 2015 2016 1 BANK MANDIRI 10,856 47.927 70,550 290.110 14,134,180,000 60.981.450.000 2 BANK NEGARA INDONESIA 1,698 7.470 10,078 41.430 1,858,310,000 8.632.440.000 3 BANK RAKYAT INDONESIA 3,412 12.664 18,101 58.536 3,813,130,000 12.890.340.000 Total 15,966 68.061 98,729 390.076 19,805,620,000 82.504.230.000 Pelaksanaan transaksi non tunai pada tahun 2016 baru pada tahap pembayaran asuransi TKI dan pemeriksaan kesehatan CTKI di Sarana Kesehatan, sedangkan pendidikan dan pelatihan CTKI di BLKLN dan Uji Kompetensi belum dapat Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 dilaksanakan, hal ini disebabkan Karena belum siapnya lembaga-lembaga tersebut untuk melakukan pembayaran dengan sistem non tunai. Pelaksanaan pembayaran non tunai asuransi TKI dan pemeriksaan kesehatan merupakan program terobosan dalam Renstra tahun 2015 – 2019, guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pelayanan penempatan TKI. Solusi untuk mendorong BLK dan Uji Kompetensi dapat melakukan sistem pembayaran non tunai melalui koordinasi dengan lembaga terkait.

b. INDIKATOR KINERJA 2 PADA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 2

Biaya bunga yang menjadi beban TKI maksimum 20 floating rate, Analisis Capaian kinerja adalah : Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pada tahun 2016, fasilitasi pembiayaan masih di dominasi oleh lembaga keuangan Non KUR, sehingga masih terjadi pembebanan biaya bunga lebih dari 20 karena kemudahan dan kecepatan dalam pelayanan kepada CTKI. Sedangkan biaya bunga yang menjadi beban TKI yang difasilitasi melalui KUR sebesar 9 ditambah 3 untuk fee colecting agency sehingga total beban bunga yang ditanggung oleh TKI 12. Implementasi di lapangan banyak TKI yang belum terfasilitasi melalui KUR karena: 1 Terbatasnya lembaga keuangan untuk penyalur KUR; 2 Pencairan KUR oleh lembaga keuangan membutuhkan waktu lama; 3 SOP lembaga keuangan penyalur KUR tidak seragam; 4 Pencairan subsidi kepada lembaga penyalur KUR belum sesuai dengan waktu yang ditentukan; Solusi untuk mendorong pencapaian biaya bunga yang menjadi beban TKI maksimum 20 floating rate adalah : 1 Menambah lembaga keuangan penyalur KUR; 2 Membuat standarisasi dan mempermudah proses pencairan KUR; 3 Melakukan pengendalian penerbitan SIP terhadap Pelaksana Penempatan dalam proses penempatan TKI ke luar negeri; 4 Peningkatan edukasi keuangan kepada CTKI, PPTKIS dan stakeholders lain di daerah.

c. INDIKATOR KINERJA 2 PADA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 3

Cost structure dengan beban tanggung jawab wajar antara TKI, PPTKIS dan Majikan serta negara Indonesia + Negara Penempatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Analisis Capaian kinerja adalah : Dari 7 tujuh negara penempatan yang sudah menerapkan cost struture sesuai dengan peraturan pemerintah sebanyak 5 lima negara yaitu Korea, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Taiwan sehingga pembebanan tanggung jawab wajar antara TKI, PPTKIS dan majikan serta negara Indonesia dan negara penempatan menjadi 238.09, sedangkan 2 dua negara penempatan yaitu Brunei Darussalam dan Malaysia belum ditetapkan cost structure sehingga pembebanan tanggung jawab tidak wajar antara TKI, PPTKIS dan majikan serta negara Indonesia dan negara penempatan. Solusinya adalah melakukan koordinasi dengan kementerian Tenaga Kerja RI, untuk segera menetapkan cost structur di 2 dua negara yaitu Brunei Darussalam dan Malaysia dan memperbarui cost structure di 5 negara yaitu Korea, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Taiwan. Tabel 16 REALISASI KUR TKI PERIODE NOVEMBER 2015 - 31 DESEMBER 2016 NO BANK JUMLAH TKI PLAFOND REALISASI KET 1 BANK MANDIRI 502 500.000.000.000 7.555.957.600 SINGAPURA, TAIWAN, HONGKONG 2 BRI 4.150 500.000.000.000 52.803.969.900 KOREA, SINGAPURA, TAIWAN, HONGKONG, MALAYSIA 3 BANK BNI 2.463 1.000.000.000.000 38.686.363.102 SINGAPURA, TAIWAN, HONGKONG 4 SINARMAS BANK 4.774 1.000.000.000.000 74.166.966.439 TAIWAN, HONGKONG 5 MAYBANK INDONESIA 34 38.000.000.000 534.000.000 TAIWAN, SINGAPURA 6 BANK ARTHA GRAHA 228 50.000.000.000 3.582.026.600 TAIWAN, HONGKONG JUMLAH 12.151 3.088.000.000.000 177.329.283.641 5,74 3. SASARAN PROGRAM KEGIATAN 3 Meningkatnya kepatuhan lembaga penempatan dan pendukung penempatan terhadap standar dan ketentuan yang berlaku Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Tabel 17 CAPAIAN KINERJA SASARAN PROGRAM KEGIATAN 3 TAHUN 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama PPTKIS dan LPP Pelaksanaan Target Capaian 1 2 3 4 Meningkatnya kepatuhan lembaga penempatan dan pendukung penempatan terhadap standar dan ketentuan yang berlaku Persentase tingkat kepatuhan lembaga penempatan dan pendukung penempatan dalam standar pelayanan dan ketentuan yang berlaku. PPTKIS 85 87,10 102,47 LPP 85 90,17 106,08

a. INDIKATOR KINERJA 1 PADA SASARAN PROGRAM KEGIATAN 3

Prorsentase tingkat kepatuhan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan yang mematuhi standar pelayanan dan ketentuan yang berlaku Analisis Capaian kinerja adalah : Untuk mengukur tingkat kepatuhan lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan tahun 2016 menggunakan data berdasar dari tim tunda layanan sebagai berikut: 1 Lembaga Penempatan PPTKIS Sesuai data dari Tim Tunda Layan BNP2TKI Tahun 2016, Lembaga penempatan PPTKIS yang mendapatkan Cabut Tunda Layan sebanyak 28 PPTKIS dan yang mendapatkan Tunda Layan sebanyak 34 PPTKIS dengan Total 62 PPTKIS dari jumlah lembaga penempatan 496 PPTKIS. 2 Lembaga Pendukung Penempatan BLKLN, SARKES, dan LSP Sesuai data dari Tim Tunda Layan BNP2TKI Tahun 2016, Lembaga Pendukung Penempatan yang mendapatkan Cabut Tunda Layan dan Tunda Layan sebagai berikut : - BLKLN yang mendapatkan Cabut Tunda Layan sebanyak 9 BLKLN dan yang mendapat Tunda Layan sebanyak 16 BLKLN dengan Total 25 BLKLN dari jumlah 449 BLKLN; - Sarana Kesehatan SARKES yang mendapatkan Cabut Tunda Layan sebanyak 14 Sarkes dan yang mendapat Tunda Layan sebanyak 8 Sarkes dengan Total 22 Sarkes dari jumlah 92 Sarkes; - Lembaga Sertifikasi Profesi LSP yang mendapatkan Cabut Tunda Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Layan sebanyak 0 LSP dan yang mendapat Tunda Layan sebanyak 0 LSP dengan Total 0 Sarkes dari jumlah 8 LSP; Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rekapitulasi di bawah ini : Tabel 18 REKAPITULASI TUNDA LAYAN LEMBAGA PENEMPATAN DAN LEMBAGA PENDUKUNG PENEMPATAN TAHUN 2015-2016 No Lembaga 2015 2016 Cabut Tunda Layan Tunda Layan Total Jumlah Lembaga Cabut Tunda Layan Tunda Layan Total Jumlah Lembaga 1 PPTKIS 182 13 195 496 28 34 64 496 2 BLKLN 96 25 121 418 9 16 25 449 3 SARKES 4 10 10 157 14 8 22 92 4 LSP 3 3 7 8 Grafik . Rekap Tunda Layan Lembaga Penempatan Lembaga Pendukung Penempatan PPTKIS, BLKLN, SARKES Tahun 2015-2016 Untuk menjawan Sasaran 2 yaitu meningkatnya kepatuhan lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan terhadap standar dan ketentuan yang berlaku dengan 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 PPTKIS BLKLN SARKES LSP TAHUN 2015 TAHUN 2016 Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 presentasi lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan yang mematuhi standar pelayanan dengan target 85 . Berdasarkan data dari hasil Tunda Layan BNP2TKI, Tahun 2016 terdapat 62 lembaga penempatan PPTKIS yang mendapatkan tunda layan dari total 496 PPTKIS. Berarti terdapat 432 PPTKIS atau 87,10 yang tidak mendapatkan tunda layan. Sehingga tingkat kepatuhan lembaga penempatan terhadap standar dan ketentuan yang berlaku Tahun 2016 sebesar 87,10. Sedangkan lembaga pendukung penempatan mendapatkan tunda layan pada Tahun 2016 yaitu terdapat 25 BLKLN dari total 449 BLKLN, 22 Sarkes dari total 92 Sarkes, dan 0 LSP dari total 8 LSP. Dari jumlah tersebut jumlah lembaga pendukung penempatan BLKLN, SARKES, LSP yang mematuhi standar dan ketentuan yang berlaku tahun 2016 sebesar 90,17. Dapat disimpulkan berdasarkan dari data Tunda Layan BNP2TKI Tahun 2016, capaian presentase lembaga penempatan 87,10 dan lembaga pendukung penempatan 90,17 , sehingga pencapaian kinerja pada tahun 2016 untuk lembaga penempatan maupun lembaga pendukung penempatan melebihi target yang ditetapkan. Secara keseluruhan capaian kinerja lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan adalah sebesar 104,27 dari target 85. Untuk melihat tingkat kepatuhan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan terhadap standard dan ketentuan yang berlaku dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 19 KEPATUHAN LEMBAGA PENEMPATAN DAN PENDUKUNG PENEMPATAN TERHADAP STANDAR DAN KETENTUAN YANG BERLAKU TAHUN 2015-2016 No Lembaga 2015 2016 Total Tunda Layan Jumlah Lembaga Tidak Patuh Kepatuhan Total Tunda Layan Jumlah Lembaga Tidak Patuh Kepatuhan 1 Lembaga Penempatan 39,31 60,69 12,90 87,10 PPTKIS 195 496 39,31 60,69 62 496 12,90 87,10 2 Lembaga Pendukung Penempatan 26,06 73,94 9,83 90,17 BLKLN 121 418 28,95 71,05 25 449 5,57 94,43 SARKES 10 157 6,37 93,63 22 92 23,91 76,09 LSP 3 7 42,86 57,14 8 100 Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 4. SASARAN PROGRAM KEGIATAN 4 : Meningkatnya pelayanan penempatan pemerintah G to G dan G to P INDIKATOR KINERJA 1 PADA SASARAN PROGRAMKEGIATAN 4 Persentase penempatan yang menggunakan skema G to G dan G to P berbasis pendaftaran online Analisis Capaian kinerja : Sasaran Strategis “Terwujudnya pelaksanaan penempatan TKI oleh Pemerintah dengan melalui kebijakan teknis, Penyiapan Calon TKI, Koordinasi dan Kerjasama, serta Pelaksanaan Penempatan TKI dengan kegiatan entry dan sending data, verifikasi dokumen, pelatihan dan pemberangkatan TKI sebanyak 4.768 orang terdiri dari 4.400 orang TKI ke Korea, 348 orang ke Jepang dan 20 TKI ke Kanada”. Realisasi penempatan TKI program G to G ke Korea sebanyak 5662 128,68, ke Jepang 279 80 dan G to P ke Kanada sebanyak 6 30 sehingga secara keseluruhan penempatan G to G dan G to P sebanyak 5947 124,72. Penempatan Ke Korea sesuai kuota sebanyak 4400 telah tercapai pada bulan September 2016 sebanyak 4698 sehingga pihak Korea memberikan penambahan kuota menjadi 5662 pada tahun 2016. Peningkatan penempatan ini tidak terlepas dari peran TKI yang mempunyai etos kerja dan disiplin kerja yang tinggi, sehingga pengguna melalui HRD Korea banyak meminta tenaga kerja dari Indonesia. Indonesia mampu bersaing dengan 15 negara lainnya yang menempatkan tenaga kerja ke Korea. Indonesia menempati 3 besar pengirim tenaga kerja ke Korea. Penempatan ke Jepang periode tahun 2016 angkatan IX sesuai permintaan sebanyak 348 dengan rincian 58 perawat, dan 290 Careworker. Jumlah pendaftar sebanyak 633 terdiri dari 110 perawat, dan 523 Careworker. Setelah dilakukan seleksi , baik seleksi administrasi maupun seleksi kompetensi maka yang berhasil mengikuti pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan di Jakarta, sebanyak 292 yang terdiri 51 perawat dan 241 careworker, dari 292 yang mengikuti pelatihan bahasa Jepang, berhasil diberangkatakan ke Jepang untuk mengikuti pelatihan bahasa Jepang tahap lanjutan selama 6 bulan sebanyak 279 yang terdiri 46 perawat dan 233 careworker. Berkurangnya jumlah antara yang mengikuti pelatihan dan yang diberangkatkan ke Jepang sebanyak 13 disebabkan: 1 Hasil medical check up yang unfit to work ; 2 Tidak disiplin pada saat mengikuti pelatihan diskualifikasi; 3 Tidak lulus ujian bahasa Jepang setelah selesai pelatihan di Indonesia. Sebanyak 279 yang berangkat ke Jepang untuk mengikuti pelatihan lanjutan, pada bulan Desember 2016 seluruhnya telah ditempatkan dirumah sakit dan panti lansia di Jepang. Salah satu kendala dalam program penempatan perawat ke Jepang ini adalah Calon TKI harus memenuhi persyaratan memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun sejak Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 diterbitkannya Surat Tanda Registrasi STR. Persyaratan ini sangat memberatkan bagi TKI karena penghitungan pengalaman kerja terhitung sejak diterbitkannya STR, padahal yang bersangkutan telah bekerja sebelum mendapat STR. Penyebab lain dari sedikitnya peminat program G to G ke Jepang khususnya untuk perawat Nurse adalah adanya persyaratan harus memiliki pengalaman kerja 2 tahun. Hal ini mengurangi jumlah peminat karena pada umumnya calon yang sudah mempunyai pengalaman kerja 2 tahun sudah mapan dan sudah menikah. Dalam mengatasi masalah tersebut diatas diperlukan solusi : 1 BNP2TKI mendorong Council keperawatan melalui BPSDM, Kemenkes RI untuk mempercepat proses penerbitan STR; 2 BNP2TKI mendorong Lembaga Pendidikan Keperawatan agar segera mengajukan pendaftaran STR bagi lulusannya; 3 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pengalaman kerja dari 2 tahun menjadi 1 tahun melalui usulan delegasi Indonesia Kemenkes, Kemenaker, Kemlu, BNP2TKI pada pertemuan Sub committe IJEPA 4 Perlu dilaksanakan program Up-skill bahasa dan budaya Jepang pada calon untuk menghadapi test interview, japanese quiz, dan aptitude test. Penempatan G to P ke Kanada untuk bidang pekerjaan butcher pemotong daging sapi atas permintaan pada bulan Desember 2015 dan dilaksanakan proses pelayanan penempatan tahun 2016 sebanyak 20 orang. Kronologis pelayanan : 1. Pendaftaran : bulan Januari-Februari 2016, pendaftar sebanyak 156 orang terdiri dari Jakarta 30 orang, Bengkulu 41 orang, Yogyakarta 53 orang dan Semarang 32 orang. 2. Proses seleksi dilakukan di Jakarta menghasilkan 7 orang dan di Bengkulu menghasilkan 2 orang, Yogyakarta menghasilkan 8 orang. 3. Pelatihan bahasa Inggris untuk persiapan test IELTS yang diikuti oleh 16 orang peserta terpilih 1 orang mengundurkan diri karena sakit. a Placement test di Indonesia Australia Language Foundation IALF Jakarta untuk mengetahui tingkat kemampuan atau level bahasa Inggris dengan hasil yang direkomendasikan sebanyak 6 orang. b Pelatihan bahasa Inggris untuk mempersiapkan test IELTS selama 3 tiga minggu dilaksanakan di CEVEST Bekasi. c Pelatihan bahasa Inggris untuk persiapan dan pelaksanaan test IELTS di The British Institute TBI Jakarta selama 3 tiga minggu dan test 1 hari. 4. Hasil kelulusan test IELTS yang diikuti oleh 16 orang lulus sebanyak 7 orang. 5. Penempatan ke Kanada sebanyak 6 orang dikarenakan 1 orang sakit unfit to work Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Penempatan Tahun 2016 Penempatan 6 orang butcher ke Cargill Meat Solution CMS Kanada ini merupakan penempatan yang pertama pilot project. Apabila hasil dari pekerjaan ke-6 orang ini baik dan memuaskan maka pihak Kanada akan melanjutkan program penempatan ini. Solusi Menyikapi rencana pihak CMS Kanada maka BNP2TKI harus memprogramkan Upskilling bahasa Inggris sampai level yang dipersyaratkan.

C. AKUNTABILITAS KEUANGAN