3.5 Diagram Alir Penelitian
Secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan berurutan dan sistematis seperti ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.
Ya A
Tidak MULAI
Identifikasi masalah dan menetapkan tujuan penelitian
STUDI AWAL: Studi
literatur
PENGUMPULAN DATA
- Data airfoil - Data eksperimen
PENGOLAHAN DATA : Input data
Komputasi data
ANALISA DATA
KESIMPULAN
SELESAI
Universitas Sumatera Utara
3.6 Peralatan Pengujian
Peralatan pengujian merupakan seperangkat komputer yang telah terinstal software yang berkaitan dengan spesifikasi komputer sebagai berikut:
- Processor
: Intel Celeron -
RAM : 2 Gb
- Software
: Gambit 2.4.6, Solidwork 2010 dan Fluent 6.3.26 -
VGA : Intel HD 1 Gb plus shared
- Operating system : Win7 32 bit
3.7 Langkah langkah Pengujian 3.7.1 Pengujian
airfoil secara 2D
Airfoil yang dipilih merupakan airfoil NACA tipe 4415 yang diunduh dari situs milik Universitas Illinois. Penampang dari airfoil ini ditunjukkan oleh
gambar berikut:
Gambar 3.2. Geometri airfoil NACA 4415
Alasan pemilihan airfoil NACA 4415 untuk disimulasi adalah sebagai berikut:
- seri 44xx merupakan tipe airfoil yang sering digunakan untuk turbin
angin dan disebut juga laminar airfoil. -
memiliki gaya drag yang kecil pada besar sudut serang tertentu. -
Tidak terlalu terpengaruh oleh kekasaran pada permukaannyasurface roughness.
Universitas Sumatera Utara
Langkah langkah dalam melakukan simulasi dibagi kedalam dua tahap yaitu pemodelan geometri di software Gambit dan Solidwork 2010 dan yang
kedua melakukan simulasi CFD di Fluent.
3.7.1.1 Pemodelan geometri 1. Input koordinat geometri
airfoil
Koordinat geometri yang telah diunduh dari situs resmi milik Universitas Illinois berupa file notepad yang tersusun atas 2 kolom. Kolom ini mewakili
sumbu x dan sumbu y. Untuk dapat diinput ke software Gambit, diperlukan koordinat untuk sumbu z. Langkah yang dilakukan adalah meng copy file yang
ada di notepad ke Ms. Excell. Proses pengubahan file ini ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.3 Koordinat asli NACA 4415 sebelum diubah
Gambar 3.4 Koordinat airfoil yang sudah diubah di Ms. Excell
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar diatas terlihat file asli yang belum memiliki koordinat dalam arah sumbu z. Pada gambar yang bawah setelah dilakukan pengubahan dengan
tambahan koordinat dalam arah sumbu z. Setelah penambahan sumbu z, langkah selanjutnya adalah menambahkan angka yang ditunjukkan oleh garis biru dan
garis merah. Garis biru menunjukkan titik koordinat keseluruhan setelah dibagi dua. Angka 2 yang ditunjukkan oleh garis merah merupakan jumlah garis pada
airfoil yang terdiri atas garis atas dan garis bawah. Kedua garis ini diperlukan untuk membentuk dinding atas dan dinding bawah pada bagian atas dan bagian
bawah airfoil. Setelah selesai di Ms. Excel, langkah selanjutnya adalah meng copy nya
kembali kedalam file notepad untuk selanjutnya disimpan dengan format .dat . File ini lah yang akan dibuka di Gambit .
2. Pembentukan Geometri airfoil
Langkah kedua adalah membentuk geometri dengan software Gambit . Tahapan yang dilakukan adalah menginput koordinat airfoil . Proses simulasi
airfoil ini dilakukan seperti di terowongan angin . hanya saja terowongan angin digantikan oleh bentuk simulasi dalam bentuk CFD .
Langkah berikutnya adalah menggambar lingkungan tempat dimana airfoil itni diletakkan . Tahapan langkah-langkah ini ditampilkan sebagai berikut .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5 Langkah menginput koordinat airfoil ke Gambit
Gambar 3.6 Geometri airfoil dan lingkungannya
c merupakan panjang chord airfoil yaitu jarak antara leading edgedepan dan trailing edgebelakang .
Airfoil 12.5 c
20 c R
12 5
Universitas Sumatera Utara
3. Pembentukan meshmesh
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan setelah membuat geometri adalah melakukan pembagian objek menjadi bagian bagian kecil disebut dengan
meshing. Ukuran mesh yang terdapat pada suatu objek akan mempengaruhi ketelitian hasil perhitungan CFD. Semakin kecil ukuran mesh pada suatu objek,
maka hasil yang didapatkan akan semakin teliti, tetapi membutuhkan daya komputasi dan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan objek yang memiliki
ukuran mesh yang lebih besar. Konsep pembuatan mesh yang dilakukan dimulai dari mesh garis lalu mesh bidang.
Hasil meshing yang dilakukan ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.7 Tampilan mesh yang telah dibuat di GAMBIT
Selain dari ukuran mesh yang menentukan ketelitian dari hasil perhitungan, factor lain yang mempengaruhi hasil simulasi adalah bentuk mesh itu sendiri. Di
Gambit, disediakan beberapa alternatif bentuk mesh ,yaitu quad map, quad pave, quad submap, tri pave, quad tri. Pemilihan bentuk mesh harus diperhatikan karena
untuk kasus dan geometri yang berbeda diperlukan pemilihan mesh yang berbeda agar hasil simulasi teliti. Hal ini berhubungan dengan kualitas mesh itu sendiri.
Airfoil
Universitas Sumatera Utara
Ukuran dari kualitas mesh yang dibuat adalah berdasarkan sudut kemiringan dari tiap tiap mesh yang dinamakan Equiangle skew. Equiangle sudut
kesamaan merupakan sudut pada elemen mesh bidang atau volume yang paling ideal. Untuk elemen segitiga , berarti segitiga sama sisi sehingga tiap sudutnya
=60
o
. Jadi bila sudutnya semakin lancip sehingga disatu sudutnya semakin tumpul,maka bentuk elemennya burukkualitas mesh buruk. Hal ini akan
menyebabkan hasil simulasi pada program Fluent menjadi tidak akurat dan akan sulit mencapai konvergen.
4. Penentuan Boundary condition
Setelah selesai melakukan meshing pada bentuk geometri,hal selanjutnya adalah menetapkan Boundary condition. Boundary condition diperlukan sebagai
parameter yang akan dikenali Fluent untuk menyelesaikan suatu kasus CFD . Parameter yang digunakan dalam menyelesaikan kasus ini adalah dengan
menggunakan boundary pressure far field. Pressure far field digunakan untuk kasus yang berhubungan dengan kecepatan angin yang cukup tinggi bilangan
Mach 0,3. Pressure far field berlaku untuk aliran fluida yang compressible dan material yang dipakaidalam hal ini fluida adalah gas ideal. Penelitian ini berupa
simulasi seperti di terowongan angin maka parameter yang digunakan harus mirip seperti simulasi di terowongan angin agar hasilnya nanti dapat dibandingkan.
Penetapan boundary condition ditunjukkan oleh gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8 Boundary condition Setelah boundary condition ditetapkan di Gambit, langkah akhir yang
dilakukan di Gambit adalah meng export mesh menjadi file dengan format .msh . File ini yang selanjutnya akan dibuka di Fluent.
3.7.1.2 Simulasi airfoil 2D
File mesh yang telah dihasilkan di gambit lalu dibuka di Fluent. Setelah terbuka, hal pertama yang dilakukan adalah proses pengecekan kondisi
mesh apakah sudah benar atau terdapat error. Jika muncul pesan error, maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan meshing ulang di software Gambit.
Langkah berikutnya adalah menentukan jenis model dan persamaan dasar yang dapat dipilih sesuai dengan kasus yang akan dianalisis pada simulasi.
Penentuan jenis metode aliran yang akan dipakai adalah berdasarkan bilangan Reynold . Pengelompokan aliran ini ditunjukkan sebagai berikut.Untuk aliran
eksternal, suatu aliran dikatakan turbulen bila : ��
�
≥ 5 � 10
5
��������� ��������� ��
�
≥ 2 � 10
5
������� ����� �����
Dalam kasus ini simulasi airfoil, aliran yang terjadi adalah aliran eksternal di sekitar airfoil . Data yang dihasilkan dari simulasi akan dibandingkan dengan
Wall Pressure
far field
Universitas Sumatera Utara
data yang telah dihasilkan melalui eksperimen. Eksperimen yang telah dilakukan menggunakan bilangan Reynold sebesar 1,81 x 10
6
. Penelitian ini menggunakan bilangan Mach M sebesar 0,4 sehingga dapat dikatakan aliran ini adalah
turbulen. Model yang digunakan adalah model Spallart Allmaras.
Gambar 3.9 Penentuan jenis model aliran
Setelah model persamaan dasar sudah dipilih, langkah berikutnya adalah pemilihan jenis material . Material yang dipilih adalah gas ideal dan
langkah penentuannya ditentukan oleh gambar berikut ini .
Gambar 3.10 Penentuan jenis material yang digunakan pada simulasi
Universitas Sumatera Utara
Langkah berikutnya adalah menentukan jenis boundary condition. Boundary condition yang akan ditentukan berdasarkan yang telah ditetakan di
Gambit. Apabila ada kesalahan menentukan boundary condition, hal ini masih dapat diganti di Fluent. Namun apabila boundary condition belum tersedia, maka
hal selanjutnya adalah kembali membuat geometri di Gambit. Tampilan dari langkah menetukan boundary condition ditunjukkan
oleh gambar berikut:
Gambar 3.11 Penentuan jenis boundary condition
Nilai boundary condition yang akan diatur adalah nilai pressure far field. Tampilan dari penentuan jenis boundary condition untuk pressure far field
ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.12 Penentuan besaran pada pressure far field
Universitas Sumatera Utara
Langkah berikutnya setelah penentuan nilai boundary condition adalah menentukan solution method . Langkah ini ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.13 Penentuan jenis solution method
Langkah selanjutnya dalah melakukan inisialisasi dan iterasi. Simulasi akan mencapai konvergen setelah melalui beberapa iterasi . Proses iterasi
ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Gambar 3.14 Proses iterasi
Universitas Sumatera Utara
Hasil konvergen akan didapat setelah dilakukan beberapa kali iterasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan post processing berupa nilai C
L
, C
D
, kontur kecepatan, kontur tekanan serta data data lain yang dibutuhkan pada
penelitian ini. Berikut ini ditampilkan contoh berupa kontur kecepatan:
Gambar 3.15 Kontur kecepatan
3.7.2 Pengujian turbin angin dengan simulasi
Simulasi yang dilakukan merupakan simulasi 2 dimensi berupa susunan airfoil dengan memvariasikan panjang chord sudu dan tip speed ratio. Jumlah
sudu untuk tiap tiap variabel adalah sebanyak 3 buah dan sudut pitch yang digunakan adalah 8
o
. Sudu yang dipakai merupakan penampang airfoil NACA 4415 yang telah disimulasi. Untuk langkah ini, penulis menggunakan software
Solidwork sebagai pembentuk geometri dan Fluent yang terintegrasi didalam Ansys Workbench untuk melakukan simulasi. Langkah langkah yang dilakukan
untuk melakukan simulasi adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan geometri turbin angin
Geometri yang dibuat berupa susunan sudu sebanyak 3 buah dan sudut pitch sebesar 8
o
. Airfoil didapatkan dari situs pendidikan milik Universitas Illinois dan diimport ke dalam Solidwork. Koordinat yang diimport merupakan geometri
airfoil yang tidak memiliki satuan namun memiliki panjang chord sebesar satu. Panjang chord dapat diatur sesuai dengan panjang chord yang akan dianalisa yaitu
30 cm, 45 cm, 60 cm dan 75 cm dengan memakai skala. Langkah selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
adalah mengatur sudut pitch airfoil dengan cara melakukan rotasi dengan sudut rotasi sebesar 8
o
. Setelah melakukan rotasi, hal selanjutnya adalah meng-array airfoil sehingga terbentuk 3 airfoil dimana airfoil ini memiliki sudut 120
o
. Setelah dilakukan penyekalaan, pengaturan sudut pitch dan array , hal berikutnya
adalah membuat lingkaran di luar geometri airfoil. Geometri lingkaran yang
dibuat ini akan dikenal sebagai rotating region . Geometri yang telah dibuat
ditunjukkan sebagai berikut .
Gambar 3.16 Susunan airfoil c = 30 cm pada rotating boundary
Setelah menggambar daerah rotating regionnya, langkah selanjutnya adalah menggambar geometri untuk bagian luar. Geometri ini dibuat untuk
mengamati kontur aliran udara sebelum memasuki turbin angin maupun setelah melewati turbin angin. Geometri ini dibuat dengan bagian tengah yang dilubangi
berupa lingkaran yang berukuran sama dengan daerah rotating region . Untuk melihat pola aliran yang terjadi dibagian atas dan bawah daerah
rotating region ini maka boundary luar dibuat dengan panjang 300 cm. Boundary di bagian depan dan bagian belakang daerah rotating region dibuat sepanjang 300
cm dimana jarak titik pusat ke sisi belakang geometri luar berjarak 300 cm. Hal ini dimaksudkan agar perhitungan kecepatan angin setelah melewati turbin angin
dapat dihitung secara akurat dan kontur kecepatan sebelum ataupun sesudah Rotatin
g
Universitas Sumatera Utara
melewati turbin angin dapat terlihat. Kecepatan angin sebelum dan sesudah melewati daerah rotating region ini lah yang digunakan untuk menghitung
koefisien daya dari turbin angin sesuai dengan rumus teoritis. Geometri boundary bagian luar dari turbin angin ini ditunjukkan oleh
gambar berikut ini:
Gambar 3.17 Lingkungan di luar rotating region
Setelah geometri selesai dibuat , hal selanjutnya adalah melakukan meshing.
2. Proses meshing turbin angin
Proses meshing ini dilakukan dengan bantuan Ansys Workbench . Untuk melakukan simulasi turbin angin ada tahapan yang harus dilakukan yaitu berupa
pendefenisian bagian yang berputar dengan bagian yang diam pada susunan turbin angin. Turbin angin memiliki bagian yang bergerak yaitu bagian rotor
yang dikenal dengan istilah rotating region pada Fluent . Istilah ini menandakan
parameter yang harus dibuat adalah bagian yang berputar sehingga Fluent dapat mengenali daerah ini. Hasil akhir yang didapatkan berupa pergerakan rotor turbin
angin ketika disimulasi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.18 Geometri turbin angin 2D yang telah dibuat
Geometri yang terdapat pada gambar diatas dibedakan atas 2 daerah , yaitu rotating region dan bagian di luar rotating region yang sebenarnya kedua daerah
ini tidak menyatu. Agar Fluent tidak mengenali lingkaran pada rotating region ini sebagai wall, maka harus didefenisikan sebagai interface antara lingkaran
rotating region dengan lingkungan di luar rotating region. Langkah pembuatannya ditunjukkan oleh gambar berikut .
Gambar 3.19 Penentuan interface pada geometri dilakukan sebelum melakukan meshing
Proses pemberian nama dan meshing ini dilakukan pada Ansys Icem CFD yang memunginkan pada satu meshing terdapat dua daerah yang berbeda.
Setelah selesai melakukan penamaan pada geometri, selanjutnya adalah
Lingkaran luar ini sebagai Interface 1
Rotating region Daerah di luar
rotating region Lingkaran luar ini
sebagai Interface 1 1
Rotating region
Boundary luar
Universitas Sumatera Utara
melakukan meshing. Meshing yang dibuat berdasarkan ukuran sel. Ukuran terkecil adalah 5 mm dan terbesar adalah 5 cm. Total sel yang terbentuk sekitar
7000 sel – 10000 sel. Banyaknya sel yang terbentuk ini bertujuan agar hasil simulasi yang didapatkan lebih akurat. Meshing yang telah dibuat ditunjukkan
oleh gambar berikut ini.
Gambar 3.20 Boundary yang ditetapkan pada simulasi
3. Proses simulasi
Simulasi yang dilakukan terhadap susunan sudu ini dilakukan di Fluent. Simulasi tidak bisa langsung dijalankan mengingat meshing yang dibaca oleh
Fluent terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar dan bagian rotating region. Pada kondisi ini, fluent membaca daerah rotating region ini sebagai wall yang terletak
ditengah dan ketika dilakukan pengecekan mesh akan muncul pesan error. Velocity
Pressure outlet
Wall
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.21 Error yang muncul ketika dilakukan pengecekkan pada mesh
Error ini muncul bukan pada kesalahan geometri yang telah dibuat melainkan harus terlebih dahulu didefenisikan daerah antara rotating region dan
kotak luar. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah mendefenisikan interface di fluent .
Langkah penyatuan kedua interface ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 3.22 Pembuatan mesh interface pada Fluent
Keterangan : = Langkah pembuatan mesh interface
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya adalah menentukan daerah rotating region pada turbin angin. Penentuan ini beserta penetapan nilai kecepatan putar dari turbin
angin ini sendiri. Proses ini ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.23 Input besaran rotating region Keterangan :
= Langkah input kecepatan rotasi
Pada tahap ini ditentukan nilai kecepatan putar dari sudu turbin angin sesuai dengan nilai tip speed ratio yang akan diteliti. Fluent menetapkan untuk
arah putar searah dengan jarum jam, maka besarnya kecepatan rotasi ini akan bernilai negative dan berlaku sebaliknya. Penentuan arah putaran dari turbin angin
yang akan dianalisa tergantung kepada letak leading edge dan trailing edge.
4. Running simulasi
Setelah selesai menentukan besar kecepatan angin dan daerah rotating region, hal selanjutnya adalah menjalankan simulasi. Simulasi dijalankan secara
transien yaitu dengan menetapkan waktu iterasi selama 20 detik. Proses iterasi ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.24 Proses iterasi
5. Post processing
Post processing merupakan langkah akhir yang dilakukan pada proses simulasi. Hasil yang ditampilkan berupa kontur kecepatan, tekanan serta vector
kecepatan dan tekanan. Selain kontur kecepatan dan tekanan, Fluent juga memungkinkan penggunanya menampilkan grafik hasil perhitungan simulasi.
Hasil yang ingin didapatkan pada penelitian ini adalah nilai kecepatan angin yang keluar pada bagian outlet dimana hasil ini akan dihitung lagi untuk mendapatka
daya secara teoritis.
Universitas Sumatera Utara
3.1 Diagram alir prosedur simulasi
Diagram alir dalam melakukan simulasi baik untuk melakukan simulasi airfoil dan turbin angin ditunjukkan gambar berikut .
Gambar 3.25 Diagram alir prosedur simulasi
Tidak
Ya
Tidak
Ya Pendefinisian bidang
batas pada geometri Pengecekan
mesh
Mesh baik?
Penentuan kondisi batas
Proses numerik
Iterasi berhasil?
1. Plot kontur tekanan dan kecepatan
2. Plot grafik 3. Plot kecepatan angin
Selesai Mulai
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan hasil penelitian berupa simulasi CFD yang dilakukan terhadap airfoil NACA 4415 yang akan digunakan sebagai penampang airfoil di
turbin angin sumbu vertikal tipe Darrieus-H. Hasil yang ditampilkan berupa nilai sudut serang
α yang paling optimal dalam menghasilkan nilai koefisien liftC
L
yang paling besar dan nilai koefisien dragC
D
yang paling rendah serta ditampilkan nilai C
L
C
D
yang paling maksimal. Setelah itu ditampilkan hasil simulasi turbin angin dengan variasi panjang chord dan variasi tip speed ratio
yang optimal dalam mengekstrak energi angin.
4.1 Hasil simulasi airfoil
1. Airfoil NACA 4415
Berikut ini ditampilkan hasil simulasi airfoil NACA 4415 dengan variasi sudut serang
α. Hasil simulasi ditunjukka n oleh gambar berikut ini:
Gambar 4.1 Kontur tekanan untuk α = 7
o
Universitas Sumatera Utara